Acara malam

169 32 3
                                    

"Makan nasi dulu woy, nanti baru lanjut makan camilan! Gimana badan mu nggak gemuk kalau kaya gini caranya?" Jendra menyilangkan kedua tangannya melihat Haikal yang masih fokus menonton Frozen dengan berbagai camilan dipangkuannya.

"Kalau kaya gini gemuk, trus yang kurus tuh kek gimana? Berat badan ku cuma lima puluh delapan ya, nggak usah banyak cing-cong!" sahut Haikal kesal.

Tanpa aba-aba Jendra menarik kedua tangan Haikal dan membawa nya ke dapur, mendudukkan nya dikursi dan menyiapkan makan malam.

"Tumben, sejak kapan bisa masak?" tanya Haikal heran.

Jendra menoleh kearah Haikal sebentar kemudian fokus menata piring dan berbagai masakan yang baru saja matang. "Mama sama papa masih dirumah nenek, bunda sama ayah masih dirumah paman. Kalau nggak latihan masak, itu badan kamu bakalan mengering."

"Nggak sadar diri, orang situ yang kurus kerempeng!"

Setelah berdebat kecil, akhirnya mereka berdua makan malam dengan tenang dan tanpa keributan. Setelah selesai, Haikal yang mencuci piring dan gelas. Sedangkan Jendra merapikan meja makan dan kursi, tak lupa membersihkan bungkus-bungkus camilan yang berserakan di ruang tamu.

"Nanti arisan, ke rumahnya mbak Salbi. Jangan lupa bawa uang sepuluh ribu!" ucap Jendra setelah selesai mengerjakan tugasnya, lalu merebahkan tubuhnya dikasur kamar.

Haikal yang tengah memainkan handphone nya, menoleh sebentar kearah sahabat nya. "Jam delapan kan? Ini baru jam setengah delapan, masih ada waktu tiga puluh menit!"

"Ya udah, ganti baju sana. Masa iya arisan pakai baju tidur beruang kayak gitu?" ejek Jendra dengan wajah yang ingin ditonjok.

"Mohon kesadarannya, kamu juga makai baju tidur motif kelinci kayak gitu!" semprot Haikal lalu mengambil sebuah bantal dan melemparkannya ke Jendra.

Jendra yang nggak siap-siap pun terjungkal kebelakang, untung saja di lantai ada keset yang lumayan empuk. Jadi kepala Jendra aman walaupun sedikit sakit.

"Mam to the pus!" ujar Haikal dengan sinis, kemudian mengambil baju ganti di lemari dan bergegas ke kamar mandi.

Tinggallah Jendra sendirian di kamar yang terduduk dilantai dengan tangan yang mengusap-usap belakang kepalanya. "Jangan sampai benjol deh, masa iya nanti di rumah nya mbak Salbi kepala belakang ku benjol?"

Haikal keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang sudah berganti. Menatap heran Jendra yang masih sibuk duduk lesehan di lantai, padahal diatas ada kasur sama kursi loh.

"Ngapain duduk dibawah? Jangan kaya orang miskin deh, ini kasur sama kursi kosong loh." Ucap Haikal kemudian mengulurkan tangannya dan membantu Jendra berdiri.

"Sakit nih, kamu lemparnya nggak pelan-pelan!" ujar Jendra lalu duduk di kasur dengan tangan yang masih sibuk mengusap-usap belakang kepalanya.

Haikal tersenyum polos melihatnya, berjalan ke meja belajar Jendra dan mengambil minyak kayu putih. "Balik badan!"

Jendra mengernyit heran. "Mau ngapain?" tanya nya pelan.

Dengan gemas, Haikal membalikkan badan Jendra sehingga jadi memunggunginya. Kemudian menuangkan minyak tadi ditangannya, lalu diusap-usap kan ke bagian kepala Jendra yang sakit.

"Diem, nggak usah banyak protes. Katanya sakit!"

Jendra memilih diam, daripada kena semprot lagi.

Best Friend (01)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang