Ini masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah, tapi Haikal dan Jendra sudah duduk manis di kursi kelas. Jangan tanya kenapa mereka berangkat sepagi ini...
"Guru nya belum datang, kita kepagian nggak sih?" tanya Jendra sembari memainkan handphone nya. Nggak ada yang penting sih, cuma bolak balik buka YouTube doang.
"Emang, ini baru jam enam. Jelas kepagian lah, pak satpam aja masih sarapan tuh di kantin."
Haikal kemudian berdiri dan berjalan ke belakang kelas, Jendra mengerutkan keningnya. "Mau ngapain?"
Haikal lalu memegang sapu dan menunjukkannya ke Jendra, "Mau nyapu lah, bosen nggak ngapa-ngapain!"
Akhirnya dengan semangat membara Haikal menyapu bersih ruang kelas tersebut tanpa bantuan Jendra, sedangkan Jendra sendiri hanya memperhatikan sahabatnya.
"Bersih juga nih kelas!" ujar Haikal dengan bangga. Tapi tak lama wajahnya kembali tertekuk begitu melihat jam dinding masih menunjukkan pukul 06.15 WIB.
"Masa dari tadi nyapu satu ruangan cuma lima belas menit? Apaan tuh?!" protes Haikal dengan kaki menendang-nendang meja yang tadi sudah dia rapikan.
Jendra terkekeh pelan melihat perilaku Haikal yang sangat lucu menurutnya, maklum aja sih. Haikal jarang banget mau kaya gitu, untung aja nih Jendra lihatnya secara gratis.
"Mau beresin perpustakaan nggak? Sekalian mau cari novel buat dipinjam!" tawar Jendra.
Haikal yang tadinya sibuk melototi sapu beralih menatap Jendra. "Tumben? Kesambet apaan kak? Pagi-pagi gini nggak mungkin ada setan dikelas!"
"Mau ikut nggak? Kalau nggak ya udah."
Haikal buru-buru berdiri dan membenarkan kacamata nya, kemudian berjalan mendahului Jendra ke perpustakaan."Si babi, udah ditawarin malah ditinggalin! TUNGGUIN WOY, ATAU GUE SUMPAHIN LO KEPLESET!"
Duk!
Ya, doa orang teraniaya selalu terkabulkan. Meski bukan kepleset, tapi Haikal menabrak pintu perpustakaan sampai jidatnya memerah. Dalam beberapa menit akan benjol besar tuh jidat.
"Alhamdulillah, doa seorang Jendra Gumelar yang sangat tampan dan rupawan terkabulkan~"
"SAKIT NIH, KALAU DOA TUH YANG BAIK-BAIK!"
Jendra buru-buru menghampiri Haikal yang mengusap-usap jidatnya dengan muka kesal. "Ya maaf, siapa suruh ninggalin! Karma itu ada, dan buat adek ku tercinta, tersayang, yang bernama Haikal. Karma buat mu itu nyata!"
Setelah itu Jendra disibukkan dengan kegiatannya mencari novel yang dia inginkan, bolak-balik, sana sini, bahkan sampai manjat kursi dan meja. 'Mana sih?!'
Haikal asik sendiri dengan dunianya meski jidatnya sudah benjol besar. Membersihkan debu yang bertengger dengan kemoceng, setelah itu menata rapi buku-buku yang berserakan di meja bahkan di lantai.
Setelah semua buku tersusun rapi, Haikal bergantian mengambil sapu dan mulai menyapu perpustakaan tersebut. Tentunya nggak sendirian, dia menyapu dibantu oleh Jendra. Gila kali ya, nyapu perpustakaan segede gaban gini sendirian.
"Kamu nyapu ruangan yang bagian buku paket siswa, setelah itu ke samping ruangannya ada ruang musik. Kamu yang bagian situ, aku yang lain!" perintah Haikal, Jendra hanya mengangguk mengiyakan.
🐻🐻🐻
"Mau dibantuin?" tanya Haikal ke Mila, bendahara kelas. Saat ini sudah jam istirahat, jadi waktunya siswa-siswi dikelas Haikal membayar uang kas.
Mila yang sedang sibuk mencatat dan menghitung uang menoleh kearah Haikal. 'GANTENG BANGET YA ALLAH, MILA MAU PINGSAN MAMA!!!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend (01)
Teen FictionIni kisah tentang persahabatan antara Haikal Nugraha dan Jendra Gumelar. Mereka bersahabat sejak masih kecil dan selalu bersama-sama. Dimana ada Haikal, disitu ada Jendra. Tak jarang orang lain mengira mereka berdua itu kembar, karena selalu menempe...