04. Daniel 🥺

114 14 0
                                    

Silahkan tekan tanda vote (⭐) jika berminat 😉
Happy reading...

─────────────────────────

Akhirnya Belva memutuskan untuk membeli kotak musik itu. Belva sadar kalau Daniel sedikit kesal padanya hari ini, jadi kotak musik ini bisa dijadikan sebagai hadiah permintaan maaf.

"Huft....aku sudah lelah, kamu mau pulang?" Tanya Sella.

"Ayo, aku juga sudah lelah."

Sella hendak mengambil ponselnya untuk mengabari Zen dan Daniel kalau mereka sudah selesai belanja, tapi dari jauh Sella melihat dua laki-laki yang menjadi pusat perhatian semua orang karena ketampanannya. Ya, tentu saja mereka adalah Zen dan Daniel.

Zen dan Daniel berjalan ke arah dimana Sella dan Belva berada dan membuat para wanita yang menatap mereka pun langsung patah hati.

"Kalian sudah selesai?" Tanya Zen.

"Iya, kami sudah selesai" ucap Sella.

"Kalau begitu ayo kita pulang, Daniel yang akan mengantar Belva pulang" jelas Zen.

"Baiklah. Bel, besok aku akan mengantarmu ke bandara jadi-"

"Gak bisa, aku mau bawa kamu jalan-jalan besok." Zen dengan cepat memotong ucapan Sella.

Sella terkejut dengan ucapan Zen, kenapa Zen tiba-tiba ingin mengajak Sella pergi? Sungguh aneh.

Sebenarnya Zen sedang menjalankan rencana yang ia buat dengan Daniel tadi. Zen bisa menghabiskan waktu dengan Sella dan Daniel juga bisa mengantar Belva ke bandara tanpa gangguan siapapun.

"Wow...kak Zen...hari ini kakak menunjukkan kemajuan yang sangat hebat." ucap Belva yang hari ini terus terkejut dengan perlakuan Zen pada Sella.

Zen hanya tersenyum, ia terlalu gengsi jika harus mengatakan kalau ia ingin menghabiskan waktu bersama dengan Sella.

"Kalau begitu kami pergi dulu, bye bye" Zen dengan cepat menarik tangan Sella.

"Kamu bohong 'kan tadi?" Tanya Sella saat mereka sudah jauh dari tempat Daniel dan Belva berada.

"Soal apa?"

"Soal kamu yang mau ngajak aku jalan-jalan. Aku minta maaf karena tidak bisa membaca situasi. Daniel pasti ingin mengantar Belva besok jadi tidak seharusnya aku menawarkan diri tadi"

Zen hanya terdiam, reaksi macam apa ini? Kenapa Sella malah minta maaf? Bukankah harusnya ia senang jika Zen mau mengajaknya jalan-jalan?. Begitu banyak pertanyaan di kepala Zen, padahal tanpa disadari ia sendirilah yang membuat Sella tidak berani untuk berharap lebih karena takut kecewa untuk yang kesekian kalinya.

"Aku akan pulang sendiri, kamu tidak perlu susah payah untuk mengantarku pulang." Ucap Sella.

Zen menahan tangan Sella sebelum ia benar-benar pergi, "aku yang akan mengantarmu."

Akhirnya Sella mengikuti permintaan Zen karena ia sedang tidak ingin berdebat.

Disisi lain, sejak tadi Belva dan Daniel berjalan dengan suasana yang sangat canggung. Tidak ada yang berani membuka topik pembicaraan hingga akhirnya mereka masuk ke dalam mobil Daniel.

"Ini untukmu, aku membeli ini sebagai permintaan maaf" ucap Belva sambil memberikan tas belanja yang berisi kotak musik yang ia beli tadi.

"Permintaan maaf?"

"Iya..., Aku tau kau sedikit kesal karena aku baru memberitahumu tentang perjalanan bisnisku. Maaf"

"Tidak perlu minta maaf, tadi aku terlalu terbawa perasaan. Padahal kau sudah sering pergi untuk perjalanan bisnis tapi perjalananmu kali ini sangatlah lama jadi aku sedikit terkejut" jelas Daniel.

Daniel sangat suka dengan sifat Belva yang tidak suka basa-basi. Belva sangat tau jika Daniel sedang kesal padanya, maka ia akan langsung meminta maaf pada Daniel. Belva tidak akan mau untuk membuang-buang waktu hanya untuk sebuah kesalahpahaman.

Maka dari itu hubungan Daniel dan Belva selalu berjalan dengan baik. Tapi ya...sejak perasaan cinta muncul di hati Daniel ia jadi lebih posesif lalu terkadang juga terbawa emosi karena Belva tidak peka pada perasaannya.

"Aku akan berusaha untuk pulang lebih cepat dari jadwal awalku. Jadi...apa kau sudah tidak kesal padaku?" Tanya Belva pada Daniel.

Daniel mengangguk dan berkata "terimakasih hadiahnya, lain kali aku yang akan memberimu hadiah." ucap Daniel.

"Sama-sama, kau juga sudah sering memberiku hadiah."

"Besok aku akan mengantarmu ke bandara." ucapan Daniel membuat Belva membulatkan matanya.

Belva tau betul kalau Daniel mempunyai trauma pada suara pesawat sejak orangtuanya mengalami kecelakaan pesawat, tapi apa yang baru saja Belva dengar?.

"Apa? Kau yakin?." Tanya Belva.

"Kau terkejut bukan? Aku sedang berusaha untuk menghilangkan traumaku, jadi aku akan mencoba untuk mengantarmu ke bandara besok." jelas Daniel.

"Baiklah... tapi jangan terlalu memaksakan dirimu, oke?." Ucap Belva dengan wajah sedikit khawatir.

Entah kenapa Daniel sangat menyukai rasa khawatir yang ia lihat di wajah Belva. Bukankah ini berarti Belva peduli padanya?.

Beberapa saat kemudian, mereka pun tiba di depan rumah Belva. "Jangan lupa untuk melihat hadiahku dan beritahu apa kau menyukainya atau tidak" ucap Belva sebelum keluar dari mobil Daniel.

Daniel sangat ingin menjawab ucapan Belva tapi Belva sudah keluar dari mobilnya terlebih dahulu. "Aku pasti akan selalu menyukai hadiah apapun yang kau berikan padaku." Ucap Daniel saat Belva sudah berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Mobil Daniel pun bergerak meninggalkan rumah Belva. Beberapa menit kemudian, Daniel sampai di rumahnya.

Daniel tinggal hanya dengan pelayan di rumahnya sejak orangtuanya tiada. Terkadang Daniel masuk ke dalam kamar orangtuanya untuk menangis saat ia merindukan orangtuanya.

Malam ini Daniel kembali masuk ke dalam kamar orangtuanya, entah kenapa hari ini ia sangat merindukan mama dan papanya itu.

"Ma, Pa. Hari ini Belva ngasi aku hadiah lagi, dia memberikan kotak musik sebagai hadiah permintaan maaf." ucap Daniel di depan foto orangtuanya.

"Kalau mama ada disini, kita bisa mendengarkan kotak musik ini sama-sama 'kan?" Tanpa sadar air mata Daniel jatuh saat mengingat betapa mamanya menyukai kotak musik.

"Maaf ya ma, pa Daniel masih suka nangisin kalian. Daniel kangen kalian berdua" ucap Daniel yang masih menangis sambil memeluk foto kedua orangtuanya.

Tidak lama kemudian, Daniel terlelap di kamar kedua orangtuanya akibat menangis terlalu banyak. Ini selalu terjadi saat Daniel merasa gelisah.

🌞🌞🌞

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sunshine | Hyunjin YejiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang