Meski Anna telah mengubah penampilannya menjadi natural namun Arif yang playboy begitu tertarik padanya, bahkan dia mengabaikan banyak murid perempuan cantik di sekolah itu. Arif begitu penasaran dengan Anna yang tidak malu dengan penampilan sederhana, selain itu juga Anna tidak peduli apa tanggapan murid lain tentang dirinya.
"Anna, bagaimana tanggapan kamu tentang dia?"tanya Arif kepada Anna tentang murid perempuan yang paling cantik di kelas mereka.
"Tentu saja dia sangat cantik,"jawab Anna seakan tidak acuh dengan pertanyaan Arif.
"Kenapa kamu ga tertarik dengan kecantikan seperti mereka, mereka, mereka?"tanya Arif sambil menunjuk murid-murid perempuan di kelas mereka.
"Apa menurutmu saya ga cantik?"tanya Anna sehingga Arif yang mendengar pertanyaan itu langsung melihat dengan seksama wajah Anna.
"Sebenarnya kamu cantik hanya saja kamu pemalas, kamu lihatlah mereka, sangat rapi, bergaya bahkan mereka seperti model yang ga ada kekurangannya,"kata Arif memberikan pendapatnya.
"Iya, mereka semuanya cantik-cantik,,,, ga cocok jadi murid, seharusnya mereka jadi model saja,"balas Anna sambil mengangguk-angguk kepalanya.
"Kamu ga malu dengan mereka?"tanya Arif.
"Malu kenapa?"tanya Anna.
"Mereka ga mau berteman dengan kamu karena penampilan kamu yang biasa-biasa saja, kamu ga masuk dalam dunia mereka,"kata Arif.
"Jadi kamu selevel dengan saya?"tanya Anna mengejek Arif.
"Saya hanya kasihan lihat kamu yang ga ada teman, suatu hari nanti kamu harus ingat kebaikan hati saya yang ada saat orang lain menjauhi kamu,"kata Arif.
"kamu merasa terbeban berteman dengan saya?"tanya anna dengan raut wajah yang berubah sehingga Arif tidak bisa menjawab pertanyaan Anna.
"Sejujurnya saya memang ga punya satupun teman semenjak saya di taman kanak-kanak, jika kamu merasa risih berteman dengan saya maka saya ga keberatan kamu juga pergi, saya udah terbiasa,"kata Anna sambil meletakan kepalanya di atas meja lalu dia berusah untuk menutup matanya untuk menghilangkan kesedihan hatinya.
"Kamu marah?"tanya Arif yang sedikit khawatir namun Anna sama sekali tidak menjawab.
"Ayo kita ke kantin!"ajak Arif sambil menarik tangan Anna namun Anna sama sekali tidak beranjak dari mejanya.
"Ok, saya minta maaf, mulai sekarang saya ga peduli dengan penampilan kamu, kita akan jadi teman sampai kapanpun,"kata Arif masih membujuk Anna.
"Kamu pergi aja sama teman yang lain, saya sedikit mengantuk,"kata Anna.
"Kamu mau saya gendong atau mau jalan sendiri?"tanya Arif sambil mengancang-ancang untuk menggendong Anna sehingga Anna terpaksa membuka matanya dan bangkit dari mejanya
"Ok, fine, you are annoying,"kata Anna mengutuk Arif.
"This is fun,"balas Arif sambil tertawa lalu mereka berlari sambil bergandeng tangan menuju kantin. Sampai di kantin mereka segera memesan makanan lalu duduk yang kebetulan di sana juga ada Riki yang sedang makan dengan seorang murid perempuan cantik.
"Heh, kemarin kamu bilang kalau kak Riki itu tunangan annafisah Fitri, apa itu annafisah Fitri?"tanya Anna sambil memperhatikan Riki dan Arif segera melihat kebelakang.
"Itu Erlin, mereka berdua adalah teman dari kecil, mereka ga pernah terpisahkan,"jawab Arif sambil terus makan.
"Lalu mengapa kak Riki mau bertunangan dengan annafisah jika dia punya pacar?"tanya Anna sangat kepo.
"Kak Riki hanya menganggap Erlin itu seperti adiknya aja tapi Erlin malah sebaliknya saya, juga ga ngerti dengan hubungan mereka,"kata Arif terus makan sedangkan Anna masih fokus dengan Riki dan Erlin.
"Menurut mu, apa kak Riki itu menyukai annafisah?"tanya Anna.
"Tentu saja dia menyukai Anna,"
"Kenapa?"
"Siapa yang ga menyukai annafisah, anak orang terkaya dan pewaris tunggal, cantik, pintar,"
"Apa kamu pernah bertemu dengan annafisah?"
"Pernah,"
"Pernah?"tanya Anna sangat terkejut karena selama ini dia tidak pernah memperlihatkan wajahnya.
"Iya,"
"Kapan?"
"Waktu di TK,"
"TK?"
"Iya, dia sangat cantik waktu kecil dulu tapi sayang dia harus belajar di rumah setelah 2 kali mengalami penculikan,"
"Seandainya dia ada di sekolah ini, apa kamu mau mengombalnya?"
"Tentu saja saya ga berani,"
"Kenapa?"
"Saya sadar dirilah, saya dan dia itu beda jauh,"
"Lalu jika di takdirkan kamu dan annafisah berteman, apa yang kamu lakukan?"
"Saya akan menjadi hamba-nya,"
"Kamu terlalu berlebihan, seharusnya kamu menjadi teman yang baik aja untuk dia,"kata Anna sambil tersenyum.
"Keluarga saya banyak terutang budi dengan keluarga annafisah, saya ingin sukses secepatnya agar saya bisa membalas kebaikan keluarga mereka,"kata Arif.
"Seandainya kamu jadi annafisah, apa kamu akan menyukai kak Riki?"
"Tentu saja ga,"
"Kenapa?"
"Dia itu sangat dingin kepada cewek, bagaimana annafisah bisa bahagia dengan suami seperti itu,"
"Dia dingin kepada semua cewek mungkin karena dia ingin menjaga hatinya untuk annafisah,"
"Apa kamu menyukai dia?"
"Ga tau,"
"Kamu jangan menyukai dia, jika sampai kamu menyukai dia maka putus pertemanan kita,"
"Dasar ga mau ngalah,"
"Tentu saja, saya ga akan kalah dengan cowok seperti itu,"
"Udah-udah makan, terimakasih traktirannya,"
"Ga usah terimakasih, karena hari-hari saya yang bayar makanan kamu,"kata Arif sambil menggelengkan kepalanya.Arif dan Anna semakin hari semakin dekat bahkan kini Anna juga berteman dengan teman-teman Arif yang mayoritas adalah lelaki semua. Banyak murid perempuan yang iri dengan pertemanan Anna dan Arif tersebut namun mereka tidak bisa melakukan apa-apa karena memang mereka dari awal tidak mau berteman dengan Anna.
Bersambung,,,