Pagi ini semua harus dimulai dengan senyuman
_VII Elsa_
Happy reading..
Vilia bangun lebih awal. Tidak ada kata bangun kesiangan untuk hari ini. Haha.. gadis itu sangat semangat karena bisa merapikan tempat tidur dan segala sudut dalam kamar.
Biasanya ia akan tergopoh-gopoh melempar barang ini dan itu setiap pagi sekolah dan berakhir dengan mama Vina yang turun tangan untuk merapikannya. Walau bagaimana pun, tetaplah Vina yang terbaik.
Vilia membuka tirai jendela kamar yang tak terlalu besar ini sehingga cahaya matahari masuk ke dalam. Pagi ini semuanya harus di mulai dengan senyuman oleh karena itu tangannya kini sedang membuka setiap jendela membiarkan kamarnya beradaptasi dengan sinar mentari pagi agar terlihat lebih hidup.
Bagaimana perihal semalam? ia tiba-tiba teringat kembali akan itu, dia mengerjap sejenak. Perihal itu.. ah lupakan saja! Vilia mengibas tangan ke udara seolah mencoba berpikir tidak peduli dan berbalik ke belakang lalu keluar dari kamar hendak turun ke bawah, ke dapur.
Gadis itu memasak sesuatu di sana, dia mengambil beberapa jenis sayuran di dalam kulkas kemudian mencuci itu dengan air. Baik lah saatnya menghidupkan kompor gas, Vii Elsa mendekat. Eits.. tapi tunggu dulu, dari dulu ini lah keluhan terbesarnya, takut rumahnya terbakar habis, masih juga sewaan.
"Putar kemana ya? ee.. ke kiri gak sih?" ujarnya entah pada siapa. Sibuk mengotak-katik barang tersebut dan akhirnya berhasil juga.
Tak lama dari itu fokusnya teralih pada Vina yang baru datang sembari menuangkan air dari teko ke dalam gelas. "Mama udah mau berangkat? gak mau makan dulu ma, aku udah masak loh." tawar anak itu dengan senyum manis menunjuk masakannya yang belum matang, berharap mama Vina juga sudah tidak marah lagi.
"Makan aja sendiri." seakan tidak memiliki selera makan, Vina pergi begitu saja dengan sikapnya yang cuek. Tetapi tetap dalam hati ia terkejut sekali mendapati vilia sudah bisa masak sendiri.
Dahi anak itu tanpa berkerut diguyuri dengan rasa sedih ia mengambil sendok untuk kemudian mencicipi buatan sendiri. Namun ia terkejut saat menelannya. "Weekk,, gak enak, rasanya gak enak. Kayak racun." gadis itu melepeh makanannya dan berlari mengambil tisu mengelap mulut yang sudah mengerucut sedari tadi.
Cepat-cepat ia mematikan gas dan membuang masakannya ke tong sampah. "Aku gak bisa masak. Iya, aku gak bisa," ia pun bingung kenapa sebegitu tidak enak rasanya.
Kemudian keluar menutup pintu utama rumah seraya menenteng jaket hitam disiku. Ia berjalan kaki menuju tempat yang ia anggap paling disukai. Bukan sekolah! bukan sama sekali, lagian vilia tidak memakai seragam.
Letih sudah ia berjalan, akhirnya vilia sampai dijalan raya. Terlebih dulu tangannya memakai jaket yang dibawa. Suhunya cukup dingin untuk kulit vilia yang refleks memutih lebih putih dari biasa. Lagi pula ini masih pagi jadi tidak heran dinginnya menusuk.
Kakinya berjalan dengan langkah pelan. Ia merogoh saku jaket mencari benda elektronik yang berdering tiga detik lalu. Marvin menelpon, namanya yang tertera dilayar handphone. Gadis itu menggeser tombol hijau.
"Halo marvin, kenapa?"
"Lu dimana? gak masuk sekolahkan lu," Marvin langsung menyolot saja, entah dari mana lelaki itu tau bahwa vilia tidak masuk sekarang. Apa marvin mengecek kekelasnya?.
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE-side story'of Me Vii Elsa.zwj
JugendliteraturVilia... Apa kamu ingat kisah melegenda Romeo dan Juliet? aku sedih ternyata kisah awal kita tidak bermula seperti itu. Dan apa kamu tau sebuah kisah cinta dari Marrie dan Pierre Curie? aku sedih ternyata cerita akhir kita tidak juga bertahan sepert...