Happy reading..Tidak lama dari mengiyakan permintaan marvin tadi, vilia akhirnya sampai ke apartemen setelah usai mengarungi perjalanan menggunakan bus. Di rumah tadi, ia was-was bukan becanda, pasalnya keluar rumah tanpa izin terlebih dahulu, entah sebenarnya mamanya lihat atau tidak, ia langsung berlari keluar rumah.
Vilia masuk ke dalam apartemen mengamalkan suruhan dalam pesan marvin beberapa menit silam.
"Langsung ke kamar atas aja, enggak dikunci." itu kata marvin dalam pesan tersebut. Dengan langkah gontai, vilia menapaki tangga keatas, dan benar saja! Marvin tidak mengunci sama sekali.
Dengan langkah pasti vilia masuk ke dalam kamar mendapati sosok pria tak berdaya terbaring diatas kasur. Saat dirinya masih di ambang pintu, marvin sudah menatapnya dengan sorotan mata lesu, entah dibuat-buat atau memang nyata, entahlah..
Vilia mendekat ke kasur setelah menutup pintu rapat-rapat. "Marvin, kamu beneran sakit?" tanyanya. Lelaki itu pun mengangguk lemas. Dengan segera si pacar pun spontan menempelkan tangan kanannya di dahi mulus marvin kemudian kebagian pipi dan leher, guna mengecek suhu badan lelaki itu.
Tapi vilia menemukan sebuah kejanggalan di situ, di tataplah marvin dengan pandangan menyelidiki. "Kok suhu badan kamu enggak panas sama sekali?" tanya Vilia heran.
"E-ee,, panas-nya didalam, b-bukan diluar." Marvin jadi terbata-bata, pasalnya ia bohong akan ini. Vilia dengan cepat menarik kembali tangannya dari leher marvin dan baru terpikir olehnya bisa saja marvin hanya berbohong.
Betapa bodoh dirinya mau dikibuli sama marvin. "T-tapi kaki gue,, sakit beneran kok! dua-duanya malah!" lanjut marvin lagi dengan senyum cengengesan miliknya sebab melihat raut vilia yang penuh sesal. "Iya,, aku percaya." final gadis itu seraya meletakkan makanan yang ia bawa dalam plastik ke atas meja.
Vilia menyempatkan diri untuk singgah dan membeli makanan untuk marvin mengingat pria itu sedang sakit,, pura-pura.
"Apa itu?"
"Ini aku bawain mie ayam buat kamu. Tadi kamu bilang lagi demam, jadi aku pikirnya kamu pasti lapar." setelah meletakkan makanan gadis itu beralih duduk di pinggir kasur, di sebelah marvin yang sedang berbaring, "hehe,, emang ada warung yang masih buka?"
"Ada! pedagang kaki lima!" Vilia menyahut cepat, "terus aku nggak pakein sayur-sayuran, daun sop, bawang-bawang yang kamu bilang racun itu, terus nggak pedas soalnya kamu nggak boleh makan saus sembarangan." ocehnya yang benar-benar tau apa yang tidak disukai oleh pria itu. Marvin hanya butuh sekali mengatakan apa-apa yang ia sukai dan tidak disukai, maka selamanya vilia akan mengingat.
Marvin tersenyum simpul. "Makasih ya vi,, nanti makannya bareng kamu aja." Vilia mengangguk kemudian lamat-lamat menyerngit karena mulai menyadari bahwa lelaki yang ditutupi dengan berlapis-lapis selimut itu sedang tidak memakai baju. Vilia bisa melihat dari bahu pria itu yang kosong tanpa kain apapun.
"Mau aku ambilin baju warna apa?" Vilia mulai beranjak dari kasur. "Kaos hitam aja, ada tuh di lemari." balas marvin mengikuti pergerakan vilia. "Demi apa sih Vin, aku disuruh ke sini cuma buat ambilin kaos doang," ucap vilia ketika sudah berjalan.
"Ya karena gue lagi sakit parah,, lo sebagai mbak pacar sudah semestinya mengerti dong dengan keadaan gue yang tak berdaya ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
GONE-side story'of Me Vii Elsa.zwj
Ficção AdolescenteVilia... Apa kamu ingat kisah melegenda Romeo dan Juliet? aku sedih ternyata kisah awal kita tidak bermula seperti itu. Dan apa kamu tau sebuah kisah cinta dari Marrie dan Pierre Curie? aku sedih ternyata cerita akhir kita tidak juga bertahan sepert...