"Bisa kakak dorong sofanya ke sebelah sana?" Jin memberi perintah.
Walau tak menjawab pertanyaan Jin, Ethan segera menggeser sofa berukuran medium itu ke sudut ruangan. Hari ini Jin secara resmi menjadi penghuni JH Apartment, tempat dimana Sea tinggal, pria itu memilih ruangan tepat di sebelah apartemen milik Sea. Ethan juga akan tinggal bersama Jin, karena tidak mungkin jika dirinya harus tinggal berdua dengan Sea. Bagaimanapun juga wujud Ethan jelas seorang pria.
Apartemen itu merupakan salah satu yang termahal di kota. Namun bagi Jin yang notabene orang berada, tentu mudah baginya untuk mendapatkan apa yang ia mau. Namun kali ini ia tidak menggunakan koneksi atau kekayaan ayahnya. Jin mengatakan jika ia membeli dengan uangnya sendiri.
Walau terlihat manja, anak itu diam-diam berpikir cukup dewasa juga. Sea merasa takjub karena bisa melihat sosok Jin yang lain, bukan sebagai seorang bocah yang menyebalkan dan hanya bisa menganggu orang lain. Sisi Nam Jin yang seperti ini menarik juga.
"Ahhhh capek bangeeeet." Seru Jin.
Mereka bertiga -Ethan, Sea, dan Jin, merebahkan tubuh di lantai. Keringat mengalir deras dari tubuh mereka. Masing-masing kini hanya sibuk mengatur napas karena kelelahan sembari menyeka keringat yang terus bercucuran.
Hari yang cukup melelahkan untuk dikerjakan bagi tiga orang pengangguran. Benar. Sea yang kini kehilangan pekerjaannya sebagai public figure, Jin yang telah memutuskan untuk hiatus dari kanal youtube miliknya, serta Ethan yang entah pria itu harus bekerja menjadi apa. Ia bahkan tak punya kartu identitas. Sulit baginya untuk mendapat pekerjaan dengan kondisinya saat ini.
Sea tersadar dan segera bangun, kini posisi gadis itu duduk dihadapan Ethan dan Jin yang masih enggan untuk membawa tubuh mereka bangkit.
"Bagaimana cara membuat identitas untuk dia?" Jari Sea menunjuk ke arah Ethan, namun tatapannya terkunci pada Jin yang sedang menguap lebar. Ck. Gadis itu berdecak.
"Kakak tenang aja, biar aku yang urus semuanya." Ucap Jin seraya menaikkan alisnya.
Ah benar. Nam Jin kan punya segalanya. Anak itu seperti sedang pamer koneksi dan kekuasaan sekarang, membuat Sea sedikit kesal. Walau begitu, kehadirannya memang sangat membantunya. Tidak ada alasan untuk Sea benci pada pria yang lebih muda darinya itu.
Sea kembali merebahkan dirinya di lantai. Sepertinya untuk beberapa waktu kedepan tidak ada yang perlu ia khawatirkan. Hanya saja ada kalanya ia berpikir untuk mencari pekerjaan lain, uang tabungannya tidak akan cukup untuk menghidupi dirinya sampai tua. Apalagi kini ia juga menanggung seluruh kebutuhan Ethan. Gadis itu memijit keningnya pelan untuk menghilangkan penat yang mendera.
Aku akan memikirkannya nanti.
Sementara itu, Ethan yang berada di sebelah Sea terus memerhatikannya. Menatap gadis itu dalam diam. Ia tak melewatkan satu incipun dari pahatan wajah Sea yang ia lihat. Pria itu berpaling ke arah lain, kali ini menatap langit-langit ruangan sembari menghembuskan napas pelan.
"Aku bosan baget." Jin bangun dan meregangkan tubuhnya, "gimana kalau kita pergi keluar cari udara segar?"
"Bukannya orang-orang bakal kenal sama kita?" Sea menyela.
"Aku tau satu tempat dimana orang ga akan kenal sama kita. Ayo!"
***
Suara burung-burung laut terdengar saling bersahutan. Terbang beriringan diatas hamparan air yang seolah tak terbatas. Gemuruh ombak ikut serta meramaikan suasana. Desir pasir yang merdu dan angin yang seolah membuai membuat suasana sore itu menjadi tenang.
Sea memijakkan kakinya pada hamparan pasir yang berwarna putih kekuningan. Matanya beredar menyaksikan pemandangan indah yang sangat sulit ia dapatkan. Bibirnya terangkat, membentuk sebuah lekukan senyum yang teramat manis. Gadis itu benar-benar terhipnotis dengan pemandangan indah yang memanjakan mata.
YOU ARE READING
[ON GOING] Butterfly
Fanfiction"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang yang bertaburan bebas. Ia menyunggingkan sebuah senyuman penuh arti, kemudian melanjutkan kalimatnya, "Kau tau bagaimana caranya agar kupu-ku...