Nam Jin, dengan tekad dan visinya, berhasil membangun sebuah brand yang kini semakin meroket dan dikenal oleh banyak orang. Di tengah kesuksesan ini, Ethan, sebagai ikon dari brand tersebut, muncul sebagai figur yang sangat dikenal oleh khalayak. Keduanya kini disibukkan oleh agenda peluncuran produk baru di setiap bulannya.Tentu saja, peran seorang Sean Allegra juga sangat signifikan, mengingat bahwa pria itu memberikan begitu banyak bantuan pada Nam Jin.
Ethan memalingkan wajah ketika dirinya mendapati suara Nam Jin tengah melenguh panjang. Tampaknya pria itu kelelahan, terlihat dari raut wajahnya yang cukup berantakan.
"Udah jam 8, kayaknya kita harus pulang deh kak."
Jin merapikan meja kerjanya, menutup macbook rapat, dan bersiap untuk beristirahat tenang di apartemennya. Ethan mengikuti langkah Jin yang cukup terburu-buru.
Mereka baru saja menyelesaikan persiapan peluncuran produk baru lagi, bedanya kini, Jin sudah punya studio sendiri. Pencapaian yang cukup luar biasa untuk sebuah brand yang baru berusia 5 bulan itu. Tidak heran sebenarnya, pria itu sudah menyiapkan segalanya dengan uang tabungan yang jumlahnya cukup besar.
"Kali ini kamu yang nyetir ya kak, aku capek banget."
Jin melempar sebuah kunci mobil ke arah Ethan, pria itu dengan cekatan dapat menangkapnya, tepat sasaran. Tidak tau dapat dikatakan sebuah prestasi atau tidak, tapi kini Ethan sudah bisa mengendarai mobil.
Pria itu diam dibalik kemudi, tatapannya hanya fokus pada jalanan yang cukup tenang malam itu. Ekor matanya menatap seseorang yang sudah tertidur di kursi penumpang. Sepertinya Nam Jin sudah bekerja keras hari ini, tidak biasanya pria itu dapat tertidur di dalam mobil.
Pikiran Ethan kembali tersita kala lampu merah menyala. Memikirkan sebuah nama yang akhir-akhir ini cukup menganggu dirinya.
Bagaimana kabar Sea?
Sudah hampir tiga bulan lamanya mereka tidak bertegur sapa. Walau bertetangga, tidak ada waktu barang hanya untuk bertanya. Ethan dan Jin masih disibukkan dengan kegiatan mereka kini, sedangkan gadis itu, seperti hilang ditelan bumi.
Sea bahkan tidah pernah menunjukkan batang hidungnya sama sekali. Saat terakhir Jin mencoba untuk menemui gadis itu, hasilnya nihil. Apartemen miliknya kosong.
Ethan berpikir untuk menerobos masuk saja kesana, tapi Sea tidak akan menyukainya. Pria itu harus bersikap normal dihadapan Sea, layaknya seorang manusia pada umumnya.
Pikiran Ethan kembali fokus ketika lampu jalan berubah hijau. Ia menancap gas pelan sambil sesekali menarik napas dalam.
Kenapa tidak bertemu Sea mampu membuatnya merasa sangat gelisah?
***
Ethan sudah siap untuk masuk apartemen, bahkan sekarang dirinya sudah bisa menyewa satu unit tepat di sebelah apartemen Sea yang juga tidak jauh dari milik Nam Jin. Mereka bertiga menjadi tetangga, Ethan tidak lagi tinggal bersama Jin karena dirinya kini sudah bekerja dan mampu membiayai hidupnya sendiri.
Pandangan pria itu tertuju pada sebuah pintu nomor 413. Ragu-ragu, ia mendekat kesana. Memastikan bahwa di dalamnya ada manusia atau tidak.
"Kayaknya Kak Sea lagi pulang ke rumahnya, biasanya dia juga gini, gausah dicari ntar juga balik lagi." Jin mendapati Ethan yang sudah berdiri di depan pintu itu langsung bersuara.
"Perasaanku ga enak."
"Yaudah coba aja ketok pintunya, jangan masuk tiba-tiba, Kak Sea ga suka loh." Jin memperingatkan.
Pria itu sudah nyelenong duluan ke apartemen miliknya, sepertinya Jin butuh istirahat yang panjang.
Sementara itu, Ethan masih berdiri di depan pintu, sepertinya ia tak harus mengetuknya, entah mengapa firasatnya tidak enak hari ini. Dengan memanfaatkan kekuatan yang ia miliki, kini dirinya sudah berdiri di dalam apartemen Sea.
YOU ARE READING
[ON GOING] Butterfly
Fanfiction"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang yang bertaburan bebas. Ia menyunggingkan sebuah senyuman penuh arti, kemudian melanjutkan kalimatnya, "Kau tau bagaimana caranya agar kupu-ku...