Sean mengerutkan dahi, menatap dua insan yang berada dalam satu ruangan itu secara bergantian. Pemandangan dihadapannya kini terasa sangat asing. Siapa pria tinggi jangkung itu? Dan mengapa ia berada dalam apartemen milik Sea? Berjuta pertanyaan menggema di otaknya, namun tak satupun kata mampu keluar.
Sementara Sea masih mematung ditempatnya, bertanya-tanya. Sudah berapa lama sejak dirinya terakhir kali bertemu dengan Sean? Ia bahkan tak mengingatnya secara pasti. Ia terlalu sibuk hingga tak sempat bertukar kabar.
Mungkin saja, alasan pria itu kesana adalah karena Sea yang menjauh dan tidak memberinya kabar sama sekali. Sea seharusnya tahu bahwa Sean akan selalu mengkhawatirkannya. Tapi entah mengapa, dan entah sejak kapan, Sea mulai merasa enggan. Mengapa?
"Hey yo what's up bro!"
Suara lantang seorang pria datang dari ujung lorong, tangannya sibuk membawa sekantong penuh bir dan camilan. Dengan wajah sumringah ia berjalan menghampiri tiga orang yang masih terlihat kaku. Kebetulan sekali, kali ini pria itu benar-benar datang di waktu yang tepat.
"Kamu disini? Apa kamu khawatir sama keadaan aku kak?"
Itu Nam Jin, ia menatap lawan biacaranya, Sean, tentu itu hanya sebuah ledekan. Ia sangat tahu apa tujuan pria itu kemari, sudah pasti alasannya adalah Sea Jane. Bahkan Sean saja tidak tahu jika Jin sudah pindah apartemen sekarang.
"Kebetulan sekali, aku baru aja pindah apartemen dan ingin ngerayain ini sama mereka."
Mencoba untuk mengubah suasana yang tegang, Nam Jin merangkul bahu Sean untuk masuk ke apartemen barunya. Ia memberi isyarat mata pada Sea dan Ethan untuk mengekori mereka, masuk ke tempat yang sama.
Empat orang itu tengah berada di ruang tamu apartemen Nam Jin, entah mengapa suasananya masih terasa begitu canggung. Tidak ada yang membuka suara sama sekali. Tempat itu sunyi walau ada orang hidup di dalamnya. Hingga tak terasa beberapa menit telah berlalu begitu saja.
Nam Jin dan Sea saling menatap, seolah bisa berbicara melalui mata. Harus dimulai dari mana skenarionnya? Sementara itu disisi lain, mata Sean tengah mengunci objek yang kini duduk dihadapannya.
"Ah aku hampir lupa, ini Kak Ethan, teman sekamarku sekarang. Aku nyuruh dia buat nunggu di apartemen Kak Sea soalnya aku beli bir ini tadi."
Nam Jin mencoba membuka suara, memecahkan keheningan diantara mereka. Sejujurnya ia benci perasaan canggung seperti ini. Wajah Nam Jin kembali sumringah. Ia segera mengeluarkan bir dan camilan yang tadi ia beli di supermarket. Menaruhnya satu per satu dengan rapi diatas meja, sambil sesekali mencuri pandang ke arah ketiga lawan bicaranya yang masih enggan bersuara.
"Kamu ga perlu khawatir dan nikmatin aja birnya."
Tangan Jin menepuk punggung Sean pelan. Itu seperti sebuah isyarat. Takut jika saja Sean memikirkan hal yang tidak seharusnya. Walau tentu saja, akan sulit bagi dirinya untuk percaya jika segala hal diceritakan sekarang. Siapa Ethan, darimana asalnya, bagaimana ia berakhir disini. Cerita itu akan terdengar tidak masuk akal bagi Sean yang sangat menggilai sains. Lebih baik jika rahasia disimpan saja.
Sementara itu Sea Jane masih tampak kikuk, duduk di hadapan Sean yang kini menatapnya dalam. Jika tatapan itu adalah senjata tajam, maka pasti Sea sudah terhunus sekarang.
Mata itu menuntut jawaban, namun Sea enggan membalasnya, ia lebih memilih membuka satu bir kaleng dan menenggaknya dengan cepat. Gadis itu seperti seseorang yang tengah kerasukan.
"Hei pelan-pelan aja, jangan kayak orang gila." Kini giliran Nam Jin yang membuka kaleng bir-nya, namun ia memberikan itu untuk Ethan, "Ini, kakak harus coba."
YOU ARE READING
[ON GOING] Butterfly
Fanfiction"Kau tau kan jika kupu-kupu itu rapuh saat kau sentuh." Gadis itu memandang ke langit luas, menatap bintang yang bertaburan bebas. Ia menyunggingkan sebuah senyuman penuh arti, kemudian melanjutkan kalimatnya, "Kau tau bagaimana caranya agar kupu-ku...