1.b
Happy Reading...
Jika ada kesalahan kata dan sebagainya, jangan lupa comment ya. Diharapkan kripik dan santan-nya ... 😊.
.
.
Hari ini Fay menghadiri acara perpisahan di SMP Media Bangsa. Biasanya undangan seperti ini dihadiri oleh perwakilan perusahaan, tapi ia baru saja memiliki jabatan ini, Fay rasa ia perlu menghadiri undangan tersebut.
Ketika Fay tiba di dalam aula sekolah, ia melihat ruangan sudah penuh oleh siswa. Fay datang tepat waktu, ia diberi kesempatan memberikan sambutan sebagai salah satu donatur sekolah. Fay berada di sekolah itu hingga usai pembacaan prestasi para siswa yang baru saja lulus. Fay ada disana dan memperoleh pandangan menarik, dibarisan para siswa yang lulus itu, ia melihat gadis yang kemarin hampir ditabraknya. Ternyata dia sudah keluar dari rumah sakit, di bagian telapak tangannya tampak masih di perban.
"Dia disini? Baguslah."
.
.
.
Gadis itu bernama Farras, siswa kelas tiga di SMP Media Bangsa, dan kemudian berencana melanjutkan SMA nya di yayasan Media Bangsa juga. Ia tinggal di sebuah panti asuhan sejak tiga tahun lalu, prestasi yang cukup bagus membuat Farras memperoleh beasiswa dan bantuan uang saku, dengan itu ia bisa melanjutkan sekolah disini.
Untuk ke sekolah negeri, meskipun gratis, Farras masih merasa keberatan karena jaraknya yang cukup jauh dari panti. Ia terpikirkan dengan uang yang harus dikeluarkan setiap harinya.
Apalagi kemudian bu Prita, salah satu ibu panti yang paling dekat dengannya sering memberi Farras uang saku cukup banyak. Farras sering merasa bersalah karena bu Prita sendiri memiliki seorang anak yang sedang kuliah di kota lain.
Sementara suaminya sudah meninggal dunia meninggalkan uang pensiun untuknya. Dengan itulah bu Prita menyekolahkan anaknya, Farras merasa bersalah karena ia juga mendapat jatah uang belanja dari bu Prita.
.
Hari ini diadakan perpisahan di SMP-nya, bu Prita sebagai wali Farras sudah hadir dan duduk di bagian tengah aula.
Farras duduk di deretan siswa kelas tiga yang lulus tahun ini, sejak awal ia fokus memperhatikan rangkaian acara perpisahan. Namun ia berubah gelisah setelah kedatangan seseorang yang duduk di salah satu kursi bagian tamu undangan.
Farras tahu bahwa dia adalah salah satu donatur sekolah, sambutan dari perempuan itu sangat mengesankan.
Hanya saja perempuan itu tampak aneh sekaligus menakutkan. Dia menatap lurus ke mata Farras tanpa ragu-ragu, dan di sudut mulutnya tergantung senyum yang sangat mempesona.
Farras sedikit malu, dia buru-buru menundukkan pandangan, tetapi kemudian menemukan bahwa Fay masih menatapnya. Farras mencoba memberanikan diri, mengambil napas dalam-dalam dan menatap ke depan kembali untuk melihat langsung pada perempuan dewasa itu. Ada sesuatu yang seolah menarik Farras padanya.
Matanya masih menatap Farras seperti sedang menyelidiki sesuatu. Farras agak bingung, kenapa dia menatapnya seperti itu?
Tiba-tiba, Fay mengedipkan mata.
Farras sedikit terkejut, dan secara tidak sadar mundur hingga tulang punggungnya menyentuh kursi belakang. Farras menundukkan kepalanya lagi dengan bingung dan membuang muka, melihat betapa menakutkannya wanita itu.
Sampai perempuan itu akhirnya pergi setengah jam kemudian, Farras sama sekali tidak berani untuk melihat lama ke arah perempuan aneh itu.
Sebisa mungkin ia mengalihkan pandangan, ke arah manapun ia bisa menghindar dari tatapan yang tidak ia mengerti maknanya, sebab sesekali Farras melihat tatapan itu melunak, seperti sendu mungkin?
Hal yang mengejutkan di akhir acara adalah pengumuman yang disampaikan oleh kepala sekolah tepat sebelum para siswa keluar aula,
"Anak-anak, bapak baru saja dapat panggilan. Ada kabar baik, Alhamdulilah. Tentunya kalian sudah tahu, perusahaan yang menjadi donatur sekolah kita sudah berganti kepemimpinan. Bu Fayana selaku pimpinan baru mengadakan perjamuan di rumahnya."
Kepala sekolah berhenti sejenak, memandang ke seluruh ruangan, lalu melanjutkan,
"Dan kabar baiknya, sepuluh siswa berprestasi dalam ujian kelulusan kemarin turut diundang sebagai perwakilan. Bagi siswa yang tidak masuk dalam sepuluh besar jangan berkecil hati, kalian dijanjikan akan mendapat bingkisan yang sama dengan yang akan didapat oleh ke-sepuluh teman kalian nanti."
Sorakan dan tepuk tangan para siswa yang mendengar pengumuman tersebut tidak membuat Farras turut berbahagia, dia sedang cemas sekarang.
Dalam daftar prestasi yang dipampang di papan pengumuman sekolah, nama Farras masuk dalam urutan ke-sepuluh. Itu artinya ia diundang, itu artinya dia harus bertemu kembali dengan wanita aneh itu.
Bagaimana ini? Padahal Farras sudah sempat berdoa agar tidak dipertemukan kembali dengannya setelah acara ini.
"Aduuuuuuh. ADUH!!!"
Keluhan yang awalnya karena kecemasan Farras terhadap pengumuman tadi, kini berganti dengan kesakitan akibat tepukan keras pada pundaknya.
Farras menoleh cepat dan menemukan Sisi yang tertawa melihat raut kesalnya. Teman sekelasnya sejak kelas satu SMP itu memang sedikit kasar dan bertenaga, dia juga termasuk anggota ekskul karate yang hampir selalu menang dalam setiap pertandingan. Namun buruknya ia sering menyalahgunakan kekuatannya itu untuk "menganiaya" Farras.
Farras ingin memukul balik dengan kekuatan penuh, tapi ia sadar diri, bahkan sekarang rasanya ia tidak memiliki tenaga samasekali. Energinya terkuras meski hanya duduk anteng dan sedikit berdiri seharian ini, ditambah lagi dengan pengumuman kepala sekolah tadi, bertambah lesu-lah pundak Farras menahan beban kepenatannya.
Perempuan aneh itu benar-benar meninggalkan rasa tidak nyaman di dalam dirinya, Farras masih terpikirkan maksud dari tatapan menakutkan itu.
"Farras kenapa sih? Nggak senang apa diundang sama orang besar? Kita berangkat-nya nanti sama-sama ya?"
Kekhawatiran yang dinampakkan Sisi diawal seolah tidak berbekas lagi di mukanya begitu ia mengeluarkan pertanyaan kedua dan ketiga. Nampaknya Sisi termasuk ke dalam deretan sembilan murid yang berbahagia dengan undangan makan itu.
"Untung Sisi peringkat ke-9, beruntung banget ya kita... ADUUUH!!!"
Farras sudah tidak tahan untuk membalas Sisi yang tidak berhenti menyerocos.
Jangankan mengharapkan ia meminta maaf atas pukulan menyakitkan yang diberikannya, ia bahkan tidak memberi jeda pada Farras untuk sekedar menanggapi dengan anggukan."FARRRRRRAAAAAAAAAS!!!"
Farras segera berlari menjauh. Sisi sudah mengejarnya, targetnya sekarang adalah sampai di depan gerbang sekolah dan naik ojek atau angkot saja.
Ia tidak peduli jika sehabis acara ini adalah sesi berfoto, tidak ada yang lebih penting dari menghindari Sisi sekarang ini. Entah kenapa teman satu-satunya itu paling anti di balas, padahal dia yang memukul Farras duluan.
Farras tersapu oleh arus orang keluar aula, namun ia tak peduli, ia hanya harus menghindari Sisi sebisa mungkin. Kalau tidak omelan panjangnya akan menjadi teman selama perjalanannya pulang ke panti nanti.
Farras hanya sedang tidak dalam suasana hati baik untuk menampung amukan Sisi. Meskipun amat menggiurkan untuk duduk di kursi mobil jemputan Sisi yang empuk.
"FARRRRRRAAAAAAAAAS!!!"
Teriakan Sisi kembali terdengar, itu memacu adrenalin Farras untuk terus berlari. Dan yah, akhirnya ia sempat menyusul angkot yang sudah akan meninggalkan sekolah. Farras menyempil duduk diantara siswa yang tampak menertawakan aksinya berlarian menghindari Sisi. Sekali ini, Farras tidak peduli, ia malah ikut tertawa dan mengambil nafas dengan lega,
"Haaaah, akhirnya selamat dari kejaran Sisi."
.
.
.
Thank's for READING...
Jangan lupa tinggalkan jejak
KAMU SEDANG MEMBACA
INNOCENT DAUGHTER
Teen FictionFarras tahu, setiap kali namanya dipanggil dengan nada dingin yang khas itu, artinya ia telah melakukan kesalahan. Dan tubuhnya tidak bisa menahan gemetar bila itu terjadi. "Farras, apa yang kamu lakukan?" "Manusia selalu didorong oleh rasa ingin ta...