2

633 55 21
                                    

Seakan diberi lampu hijau, puluhan chat memenuhi pemberitahuan Shinta. Entah itu di balas maupun tidak, tetap saja tuh anak masih aja mengirim pesan padanya. Sekedar menyapa Pagi, siang, malam. Mengingatkan makan pagi, siang, malam. Atau mengucapkan tidur di menjelang malam.

Dan Shinta itu aneh walaupun risih, dia tetap membalasnya. Meladeninya. Padahal dia tak seperti itu biasanya. Jutek. Ya itulah Shinta, terlalu masa bodo dengan sekitarnya.

+6281320092***
Vc ya ka? 21.20

"Nih bocil mulai ngelunjak." Kesal Shinta, dia melupakan fakta dia mulai merasa terobati rasa bosannya oleh si 'bocil'.

Oh ya, Shinta memang tak mensave no 'si bocil'. Ya menurutnya tak perlu karena dia takkan membutuhkannya dan dia memang hingga saat ini merasa tak kenal dengan tuh bocil. Tapi karena si bocil tak berhenti mengusik hidupnya, dia jadi hafal no si bocil, apalagi tuh foto profilnya, membuatnya selalu terbayang dan berpikir. 'Emang pernah ketemu ya?'

Hp nya bergetar. Panggilan video masuk. +6281320092***

"Nih bocil mau apa sih?" Runtuknya kesal.

Shinta menutup kamera depannya. Dan mengangkat panggilannya.

"Lah ko gelap?" Komentar di balik layar ponselnya. "Ka Shinta. Ka Shinta. Hallo?" Gadis di balik layar itu mengecek-ngecek keberadaan Shinta bak sedang mengintip di balik pintu.

Shinta segera merubah kamera depannya menjadi Kamara belakang. Membuatnya memperlihatkan isi kamarnya.

"Yaaah." Kekecewaan terlihat pada wajah si bocil. "Padahal aku pengen liat muka kakak. Kangen tau Kak." Ucapnya melemas.

"Gue enggak tuh. Biasa aja. Soalnya kenal Lo aja enggak." Tembal Shinta jutek.

"Ihh kakak." Jawabnya gemas. "Tapi katanya gak kenal aku, kenapa kakak angkat? Hayoooo ngakuu?" Ledeknya.

"Bener juga ya?" Pikir Shinta.

"Ya udah gue matiin. Bye." Ucap Shinta dingin seraya mematikan panggilan videonya.

Panggilan video kembali masuk. Shinta melakukan yang sama dengan sebelumnya. Menutup kamera depannya dan langsung menggantinya dengan kamera belakang.

"Iiih kakak, kenapa di matiin sih?" Rengeknya imut.

"Kan lu sendiri yang ngasih ide." Tembal Shinta malas.

"Oh iya, ya?" Jawabnya polos.

Shinta hanya mendengarkan ocehan tuh bocil, hanya menjawab dengan dehaman atau sesekali dengan jawaban juteknya.

Tak ada lagi ocehan menganggu dari si bocil, membuat Shinta sedikit penasaran.

"Lu ngapain?" Tanya Shinta penasaran.

"Cieee.. ciee ada yang ga suka di kacangin ternyata?" Ledeknya. Shinta hanya memutar bola matanya malas. "Duh, kalo bisa liat ekspresi muka kakak, pasti lucu nih. Hahahaha." Ucapnya lagi diiringi tawa ngeri.

"Kok ketawanya mirip gue? Ngeri nih anak, jangan-jangan mau ngeduplikat gue lagi." Pikir Shinta.

"Ini ka, aku lagi bikin sketsa." Ucapnya seraya memperlihatkan bukunya yang sudah dicoret dan memperlihatkan hasil karyanya.

"Bagus." Komentar Shinta singkat

"Yes. Dapet pujian dari pujaan hati." Ucapnya bangga.

"Nanti aku buat sketsa atau buat ka Shinta versi manga deh. Kayanya cocok, apalagi kalau kakak pakai kacamata yang gede agak bulet itu loh kak, itu pas banget sama karakter manga yang polos polos gitu. Tapi kaya minta di polosiin. Hahahaha."

Salah Sasaran (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang