9

303 41 6
                                    

Author POV

"Masuk!" Ucapnya datar. Namun Marsha terlalu terkejut dengan kenyataannya.

"MASUK!" Nada suaranya meninggi membuat Marsha kaget.

Karena di liputi rasa takut, dan bingung, dengan buru-buru Marsha masuk.

Masha sangat takut menatap lawan bicaranya. Baru kali ini dia memasang wajah sedingin ini.

"A.. aku eng enggak." Marsha memberanikan berbicara.

"Buka baju kamu." Titahnya membuat Marsha melotot menatapnya. Yang ditatap hanya berjalan dingin menuju kamar.

"Duuhhh begoo begoo." Marsha meruntuki kebodohannya sambil memukul pelan kepala sebalah kirinya, "bisa-bisanya gue salah liat. Begoo.. begoo." Marsha mengingat saat dia terburu-buru melihat list ex-mamber, Shinta Devi- Shinta Naomi. Nama itu sangat berdekatan.

Naomi keluar dari kamar dengan membawa handuk.

"Ka Naomi, aku benar-benar minta maa..."

"Buka baju kamu!" Suaranya meninggi seraya melempar handuk ke arah Marsha. Marsha menangkapnya.

"Ka Naomi marah."

"Atau mau aku buka kan?" Naomi berjalan mendekat.

Tubuh Naomi mungkin lebih pendek dari Marsha, namun tatapan Naomi sungguh mengintimidasinya. Membuat Marsha berjalan mundur. Dan menjatuhkan handuk yang dipegangnya.

Dug.
Marsha terduduk ketika betisnya meneburk sofa.

"A..aku buka sendiri ka." Marsha buru-buru membuka kaosnya. Memperlihatkan tanktop hitamnya.

Nafas Marsha semakin tak beraturan ketika tangan Naomi bergerak mendekat, memegangi tanktopnua.  Dengan sigap Marsha hendak membuka celana. Membuka kancing celananya, Menurunkan resletingnya.  Pantatnya sudah terangkat, hendak membuka celananya.

"Basah." Komentar Naomi meraba tanktopnya.

Tangan Naomi menghentikan pergerakan tangan Marsha, "kamu ngapain?" Tanya Naomi.

"Buka celana kak." Jawab Marsha polos. "Kan ka Nao..." Ucapan Marsha terhenti, ketika tiba-tiba saja Naomi membelakanginya.

"Ikut aku." Ucap Naomi masih dingin, seraya mengambil handuk yang terjatuh.

Naomi berjalan menuju kamarnya, Marsha dengan menunduk sambil mulutnya berkomat Kamit heran dengan tingkah Naomi, mengekori dari belakang Naomi.

Naomi, membuka lemari pakaiannya. Mengambil kaos dan hotpants.

"Pakaianmu basah, ganti ini dulu." Naomi menyimpannya di kasur tanpa melihat ke arah Marsha.

Naomi bergegas keluar kamar, menutup pintu.

"Hah." Naomi bernafas lega sembari bersandar di pintu kamarnya. "Huh, hampir aja aku khilaf."

Wajah Naomi memerah ketika mengingat apa yang dilakukan Marsha. "Sadar Naomi, sadar." Dia menepuk Pela pipi kanan kirinya silih berganti.

Buru-buru Naomi ke dapur, mengambil minuman. "Hah. Tenang Naomi, tenang. Jangan sampai ketahuan perasaan kamu." Ucapnya meyakinkan diri sendiri.

Naomi menyiapkan coklat panas. Menaruh kue yang di bawa Marsha di meja.

"Ckk.. pasti bukan buat aku." Decak Naomi sebal. "Tuh si Shinta Devi ga kreatif banget hidupnya. Udah nama depan samaan. Bulan lahir samaan. Masa cuman beda 4 hari doank. Harusnya kita tuh tukeran tahun lahir, biar gue yang ketemu Marsha duluan." runtuknya kesal mengeluarkan kue yang di buat Marsha. Tanpa tahu malu, Naomi memotongnya dan memakannya. " Ini kue ulang tahun gue, bukan Lo Shinta Devi." Ucap Naomi posesif pada kue itu.

"Ini pasti buatan Marsha sendiri. Dia  Beruntung." Naomi memakan kuenya.

"Siapa yang beruntung Ka?" Suara Marsha mengejutkan Naomi.

"Aku." Tembal Naomi. "Aku beruntung makan kue enak ini."

Marsha pun tersadar buru-buru menuju kue itu. "ihh kak Naomi jangan di makan. Ini bukan buat kakak."

Jleb.
"Aku tau." Tembal Naomi dingin. "Tapi aku suka kuenya. Jadi kue itu milik aku." Naomi tanpa tahu diri kembali memotong kuenya dan memakannya penuh kemenangan di depan Marsha.

"Duduk!" Titah Naomi dingin. Marsha menjalankan aksi ngambeknya karena kue itu. "Buruan duduk." Naomi sedikit berteriak. Marsha pun duduk.

"Minumlah, aku udah siapkan coklat hangat buat kamu." Suara Naomi mulai melembut. Tanpa di suruh dua kali Marsha meminumnya.

Kini Marsha yang memasang wajah marahnya. Menatap kesal pada Naomi yang memakan kue nya.

"Sebelumnya aku minta maaf ka, udah ganggu kakak dengan chat-chatku yang tak jelas. Harusnya aku bertanya lebih dulu atau setidaknya aku memperkenalkan diriku. Tapi kan aku juga ga tau aku salah orang, soalnya kakak ga pake picture profil." Terang Marsha.

"Heh, aku bukan ga pake PP, karena no kamu ga ku save. Buat apa ngesave  nomer yg ga jelas." Naomi membela diri.

"Bohong!" Tembal Marsha. "Di posisi sekarang ini sepertinya bukan aku saja yang salah. Kakak juga salah. Kakak tahu semuanya tapi malah bungkam"

"Kalo kakak jelaskan dari awal semua selesai kak. Ga akan ada kesalahpahaman. Kakak malah kirim alamat kakak, membawaku kesini? Buat apa kak? Kakak mau menertawakan aku? Mempermalukan aku?"

Naomi masih tenang. "Udah marah-marahnya?" Suara Naomi lebih lembut dari sebelumnya. "Aku beneran ga tau itu kamu, ga tau tentang kamu Marsha. Semenjak aku grad, aku udah ga mengikuti lagi JKT48. Jadi waktu aku zoom PP kamu aku beneran ga tau. Ya makanya aku selalu bilang kamu salah orang. Dan aku ga tau ada Shinta lain di JKT48 selain AKU."

"Marsh, aku mulai tau saat kita janjian di kedai coffee, aku sadar. Orang itu bukan aku. Benar katamu, aku salah, seharusnya aku mengatakan langsung pada hari itu. Aku salah, aku memilih diam. Sekarang kita disini itu untuk menyelesaikan kesalahpahaman ini."

"Bagaimana aku mengatakannya padamu, bahwa aku pun telah salah paham dengan kata-kata cintamu. Aku larut, aku terbawa suasana. Bahkan aku jatuh cinta." Naomi menatap Marsha sendu.

Naomi memberikan Marsha secarik kertas. "Aku sudah membuat janji untukmu dengan shintamu itu." Naomi memberikan alamat pertemuan.

"OMG. Gimana ini?" Marsha tiba-tiba panik. "Kue nya?" Menatap kue yang di makan Naomi. "kenapa kakak makanan iiihh." Kesalnya dengan wajah menggemaskan. "Bajuku  gi... Gimanaa??"

"Tenang aja masih dua jam lagi." Naomi memastikan.

"Pertemuan dengan orang spesial itu perlu persiapan yang spesial. Apalagi sekarang ka Shinta ulang tahun, aku udah buat kue nya khusus buat dia. Terus sekarang kue nya, kakak makan." Marsha panik.

"Ahh iya." Marsha mengambil wadah bertutup di dapur, mengambil kue hendak memotongnya dan menyimpannya di wadah.

"Apa-apaan sih? Ini kue aku." Naomi merebutnya posesif.

"Yaaa tapi aku bikinnya spesial buat Shinta kak."

"Ya tapi aku yang makan duluan."

"Tapi kan kakak makannya ga izin sama aku, terus ini juga cuman bawa sisa nya aja." Terang Marsha.

"Tidak." Naomi kembali memakan kue itu lahap. "akuuh sudah memesankan kue untukmu, sebagai gantinya." Ucap Naomi dengan mulut penuh kue.

Marsha duduk, menyilang kan tangan di dada melirik Naomi yang memakan kue nya lahap dengan perasaan sedikit kesal.

"Memang kakak bisa menghabiskannya?" Tanya Marsha.

"Bisa." Jawab Naomi yakin. "Aku bahkan takkan membaginya padamu." Ucapan Naomi terdengar kekanakan.

Waktu berlangsung cepat, kini Naomi mengantar Marsha bertemu dengan Shinta nya. Naomi sudah mengatur pertemuan ini. Kue ultah telah Naomi ganti, dengan yang baru. Pakaian Marsha, tentunya telah kering. Bahkan nomer Shinta Devi sudah diberikannya pada Marsha.

Merekapun sampai.

Marsha bergegas membuka pintu mobil tak sabar berjumpa Shinta nya, Naomi mengejutkannya dengan menarik Marsha dalam pelukannya "Marsha." Lirih Naomi. "Mulai hari ini anggap kita tak saling mengenal. Jangan pernah hubungi aku lagi."










Tbc

Salah Sasaran (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang