NAOMI POV
Aku memilih angkutan umum untuk pulang, aku berharap keramaian ini melupakan pengharapan ku, melupakan kesedihanku. Tapi nyatanya keramaian ini membuatku malu, jika teringat betapa percaya dirinya aku akan perasaannya. Dan bodohnya mulanya aku yang menolak, ogah-ogahan, tapi kini saat aku, hatiku, perasaanku menerima, ternyata ada kenyataan yang tak bisa ku terima. Karena itu bukan aku.
Harusnya sedari awal aku tak berada di cerita ini. Ini bukan kisah ku, tapi kisah mereka. Tapi kenapa aku harus terlibat, takdir macam apa yang harus kuhadapi?
Kini aku berjalan di komplek perumahan, tentunya menuju rumah. Rasanya ada sesuatu yang hilang dalam diri ini. Harapan. Perasaan.
Bodoh! Harusnya aku tuh berlogika sedikit, aku dan Marsha sedari awal tak mungkin. Dia tak mungkin menyukaiku, tak mungkin cinta. Pertama kita memang tak saling mengenal secara personal, kedua jarak usia kita, tidak mungkin kan dia menyukaiku yang umurnya terpaut nyaris 12 tahun. harusnya aku berpikir seperti itu. Bukan larut dalam perasaan.
Hah.
Tetes demi tetes membasahi. Hujan. Langit seakan mendengar kesedihanku. Langit seakan menemaniku menangis. Kini tanpa tau malu, air mataku turun. aku akan menangis, disaat hujan menemani berharap hujan menutupi tangisku.
Ini terasa menyakitkan. Aku bahkan sudah patah hati, saat hati belum bisa berkata lantang tentang cinta. Bagaimana tidak? Aku bisa saja berusaha melawan dan berusaha mendapatku jika ada orang lain yang menyukaimu. Tapi ini, bagaimana aku mengalahkan orang yang kusakai? Bagaimana membuatmu melihatku,?
Perasaan tetaplah sebuah perasaan. tidak kita bagi, tetap sebuah perasaan. Tidak kita sampaikan pun itu tetap perasaan. Tidak berkurang nilainya.
Aku sampai di rumah.
"Loh Ci ko hujan-hujanan?" Tanya dudut yang sedang bermanja-manja pada Veranda.
"Aku gpp." Aku langsung menuju kamarku. Menutup rapat pintu kamarku.
Tubuhku merosot, melemah. Berjongkok, bersandar di pintu. Memegangi kepalaku, menunduk. Memejamkan mata. Mengeratkan gigi.
Aku membuka hpku, mulai mencari Shinta lainnya. Shinta JKT48. Ada. Ada Shinta lain ternyata. Itu kenyataan. Menyakitkan.
Bodoh. Aku ternyata melewatkan bukti ini. di story' line nya jelas, siapa yang ditujunya. Shinta Devi. Bukan Shinta Naomi.
Bahkan dengan jelas terucap, 'Aku suka Shinta.' di showroom. Itu menjadi suara terburukmu yang pernah ku dengar. Karena bukan namaku di dalamnya.
***
Author POV
Marsha sedari pagi sudah sibuk. Bagaimana tidak, hari ini pujaan hatinya berulang tahun. Dari pagi dia sudah sibuk di dapur bermaksud membuatkan kue spesial. Tentunya kado spesial pun sudah di persiapkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Sasaran (?)
FanfictionIni kisah kita. Bukan Kamu Ini kisah mereka. Bukan Aku. Nb. Sebenarnya ini udah ku tulis di kumpulan OS, tapi tiba-tiba aja pikirannya berkelana. Jadi deh di buat lapak khusus.