Marsha POV
Pikiranku kacau, betapa memalukannya aku saat mengutarakan perasaanku pada orang yang salah. Dia Ka Naomi. Bagaimana bisa?
Apa Ka Naomi salah paham? Sepertinya tidak. Buktinya dia langsung tahu maksud kata-kata cintaku untuk Shinta lainnya.
Aku memasuki cafe, entahlah aku merasa melayang apalagi setelah ka Naomi bilang, 'Setelah hari ini jangan hubungi aku lagi.' suaranya terngiang di dalam pikiranku.
"Marshaaa." Suara itu mengejutkanku sekaligus menyadarkanku.
Kulihat gadis berkulit kuning Langsat dengan rambut terikat, poninya masih menemani. Kaca mata bulat masih bertengger di hidungnya. Shinta. Dia shintaku.
Aku segera menghampirinya, senyum terbaik untuknya ku persembahkan.
"Ka shintaaa, kangeen." Ucapku dengan intonasi yang ku buat manja. Langsung berhenbur memeluknya.
"Samaa.. aku jugaa." Jawabnya kini kami tengah saling berpegangan tangan, berhadapan saling menatap, saling mengutarakan kerinduan.
"Oh iya bentar Ka, aku punya hadiah buat ka Shinta." Ucapku mengeluarkan dan memeberikan hadiahnya. "Spesial buat kakak."
"Waaaah makasih ya." Shinta menyimpannya, apalagi kalo bukan sesuatu yg berhubungan dengan Jepang. J-POP.
"Awalnya aku buat kue ulang tahun buat kakak, cuman kue nyaaa.."
'ish ka Naomi sih. Nyebelin."
"Cuman apa?"
"Eeh kuenya gosong, jadi aku ga bawa."
"Kamu coba lagi buat lain kali Sha, pasti kalau sering buat hasilnya oke." Ucapnya menyemangatiku.
Kamipun mengobrol, memperbincangkan banyak hal dari a sampai z. Mengobrol melepas kerinduan, mengobrol menceritakan aktifitas. Sampai tak terasa waktu berjalan cepat. Kami pun akhirnya berpisah karena waktu. Padahal aku masih ingin bersama.
Aku baru sampe rumah nih Ka. Kakak udah sampai?
Tentu aku mengirimnya pada Shinta, bukan pada ka Naomi ya.
Aku juga baru sampai. Sana gih mandi dulu, nanti kita ngobrol ngobrol lagi. Masih banyak yg pengen di omongin sama kamu.
Aku masuk ke dalam rumah, tentunya dengan perasaan yang sangat bahagia. Berjalan sambil bersenandung.
"Dek, kamu buat kue ya tadi?" Tanya kakakku tanpa sadar aku ternyata melewatinya yang baru keluar dari kamarnya. Aku mengangguk menjawabnya.
"Lain kali ga usah buat deh. Kamu berbakat, udah bantet, keras, kemanisan, terus bau amisnya berasa lagi. Nyesel gue nyobanya."
Aku sangat terkejut mendengarnya, bagaimana tidak? Aku melihat sendiri dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Ka Naomi menikmati kue buatanku. Yaa walaupun aku sendiri tak bisa memastikan bagaimana rasanya, karena memang aku tak mencobanya. Tapi dari Ekspresi wajahnya terlihat biasa saja, serasa tidak ada yang aneh dengan buatanku. Tapi setelah mendengar ucapan jujur abangku, rasanya aku merasa bersalah karena sempat marah pada ka Naomi.
"Apa aku chat ka Naomi?" Pikirku sembari masuk ke kamar.
Aku teringat kembali kata-katanya.
"Hah, bodo amat deh. Dia mau sakit perut kek, mau gimana-gimana juga. Bodo deh." Aku mencoba acuh.
***
Naomi POV
KAMU SEDANG MEMBACA
Salah Sasaran (?)
FanfictionIni kisah kita. Bukan Kamu Ini kisah mereka. Bukan Aku. Nb. Sebenarnya ini udah ku tulis di kumpulan OS, tapi tiba-tiba aja pikirannya berkelana. Jadi deh di buat lapak khusus.