3.2

241 38 7
                                    

Author POV

Acara konser berakhir tentunya mereka tak langsung bubar begitu saja. Review perform juga keadaan penonton dibahas sebagai penutupan dan sebagai acuan perbaiki diri.

"Marsha, aku pulang duluan ya, kamu kembali ke hotel kan?" Yang ditanya mengangguk. "Istirahat lah, jangan lupa makan." Shinta kembali mengingatkan kekasihnya. "Satu hal lagi, jangan sekamar dengan Zee. Aku ga suka."ucapnya protektif.

"Tenang aja cinta, aku sama ka indah kok." Jawab Marsha entah mengapa terasa menggemaskan setiap yg melihatnya.

Marsha pun membereskan barang barangnya. Mengecek setiap barang berharap tak ada yang tertinggal.

"Sha kita makan di hotel aja yuk?" Ajak indah yang telah membawakan dua kotak nasi dari sponsor

"Iya ka ayo."

Jarak hotel yang sebenernya tak terlalu jauh dari venue, namun tetap aja salah satu staf mendampingi para member untuk kembali ke hotel mengingat keadaan masih cukup ramai dan masih dipenuhi oleh para Wota.

Usai sampai hotel, mereka segera menyantap makanannya. Tak lupa membersihkan diri.

"Hp lu, bunyi terus sha." Indah memberitahu ketika Marsha batu saja keluar kamar mandi.

Marsha mengecek hpnya.

Chinta:
Aku udah sampe rumah pacara animeku. Kamu udah makan kan?

Selain chat ada 3 panggilan tak terjawab dari Shinta.

Marsha membulat, ketika ada chat lain masuk yang sudah hampir 20 menit.

CALO:
Mars, aku tunggu di bawah jangan lupa jaketnya.

Marsha tersenyum mengingat nama yang masuk dalam chatnya. CALO. beberapa bulan yang lalu tertulis nama Calon Pacar, akibat terburu buru menghapus nama Calon pacar yaaa jadi yang tersisa hanya Calo. Sebenarnya Marsha pun berniat mengganti nama itu dengan lebih layak. Tapi menulis nama Shinta akan membuatnya kembali tertukar dengan Shintanya, tapi menulis nama Naomi. Rasanyaa Meraka pun tak sedekat dan seakrab itu.

Marsha buru-buru membalas chat Naomi.

Maaf ka baru bales. Aku baru selesai mandi. Ka Naomi masih di bawah?

Marsha harap-harap cemas menanti jawaban Naomi. Tentunya itu menarik perhatian teman sekamarnya.

"Kenapa sha?"

"Hah?" Kaget Marsha.

Ting

Calo:
Aku masih di bawah.

Senyumnya merekah seketika. Buru-buru dia mengambil jaket milik Naomi. Mengenakan cap dan pergi.

"Kemana sha?" Tanya indah saat Marsha membuka pintu keluar.

"Aku mau ketemu ka Naomi dulu ka." Marsha langsung tak terlihat dari pandangannya.

"Oke, inget Marsha kamu harus biasa aja, ingat kata ka Naomi terakhir. Anggap saja kita tak pernah saling mengenal." Marsha mencoba menenangkan diri entah mengapa dia merasa sangat gugup.

"Ka." Seru Marsha dengan lambaian tangan. Naomi hanya membalas dengan senyum tipis.

Marsha mendekat. Naomi mematung. Bisa saja Naomi berjalan mendekati Marsha, namun itu akan mempercepat pertemuan mereka dan saat dia menerima jaketnya kembali. Berakhir sudah pertemuan mereka. Takkan ada lagi jaket penghubung itu. Tak ada lagi alasan bertemu. Maka Naomi memilih diam, agar dia memiliki sedikit waktu lebih banyak untuk menatapnya.

"Ini Ka." Ucap Marsha menyodorkan jaket Naomi.

Naomi menerimanya. Memejamkan matanya.

"Berakhir sudah." Pikirnya saat itu.

"Makasih ya ka. Udah aku cuci kok  jaketnya." Marsha memastikan bahwa dia memberikan jaket bersih.

Naomi sedikit meremas jaketnya. Indra penciumannya seketika menajam, dia dapat mencium aroma yg sama yang selalu dia rasakan saat di dekat Marsha. Rasanya jaket ini tak boleh di pakai lagi oleh nya. Agar aroma marsha terus menempel.

Terdiam tak ada obrolan. Marsha tak segera berpamitan apalagi Naomi sangat tak ingin semua segera berakhir.

Naomi tampak gusar, sesekali menggaruk kepalanya yang tak gatal. Beberapa orang yang berlalu lalang memperhatikan begitu juga staf hotel mengawasi. Mereka takkan ingat bahwa naomi pernah menjadi  salah satu member JKT48.

"A..aaku ." Ucapnya gugup ingin mengucapkan pisah namun hati tak ingin.

"Loh ka Naomi?" Suara itu sontak membuat suara Naomi terhenti dan seakan memecah kecanggungan yang ada. Naomi tersenyum walaupun dia tak tau siapa yang menyapanya.

"Eh ada Marsha juga?" Lanjut perempuan tinggi berkulit putih yang mengenakan Hoodie berwarna hijau tua dengan kupluk hitam.

"Ka Chika mau kemana?" Tanya Marsha.

"Mau cari makan. Laper." Jawab Chika memberi isyarat pada perutnya.

"Sendirian?" Kini suara Naomi terdengar.

"Enggak kak." Chika menggeleng. "Itu." Memberi isyarat bahwa di belakang ada yang mengikutinya berjalan lambat dan serasa malas-malasan.

"Buruan." Tit
ah Chika pada salah seorang member tinggi kurus mengenakan jaket Hoodie putih, dengan kaos putih, rambut panjangnya tertutup kupluk jaket. Tangannya bertengger di saku jaketnya.

"Lu sabar kali Chik. Ribet banget mesti keluar. Gue kan bilang kan pesen aja lewat ojol." Jawabnya mendekati dan sedikit kaget ketika melihat Marsha.

"Loh ka Chika samaaa..."

"Sutt." Ucap Chika dengan telunjuk di bibirnya agar Marsha diam dan merahasiakannya. "Rahasia ya. Si kulkas gengsian." Seraya mengedipkan mata.

"Mau makan bareng?" Ajakan itu sontak membuat Chika melotot bahkan mencubit perutnya.

"Boleh. Aku ikut deh."jawaban tak terduga Naomi membuat Chika melotot. "Kebetulan aku laper."

"Kamu mau ikut Mars,?" Tanya Naomi yang di jawab dengan anggukan cepat dari Marsha. Dan tentunya kini Naomi yang melotot. Bagaimana tidak mulanya dia hanya basa basi. Tapi kini membuatnya terjebak bersama Marsha. Haruskah bergembira?




Tbc



Salah Sasaran (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang