Suara jangkrik menggema di area gubuk kedua pangeran yang tengah terlelap tersebut tak perduli nyamuk nyamuk sudah terbunting darah, hari ini cukup membuat kedua insan ini lelah
Kian Santang sedikit terganggu mendengar sesuatu dari balik semak belukar, atensinya tertarik membawa dirinya kesana.
Hanya niat menjaga jaga jika terlihat hewan buas, bukan masalah dirinya percaya dengan hal hal yang bersifat mistis.
"Rayi, tetaplah disini aku akan kembali" bisik kian Santang ditelinga Surawisesa. Walau pun yang dibisikkan tengah terjun ke alam Barzah. Semoga bisa balik.
Sebelum beralih kian Santang sempat membawa obor yang sebelum nya sempat menggantung di tepi tiang gubuk tersebut.
Dirinya menyelinap, seperti maling guna menyeimbangkan jika ada sesuatu dari arah lain secara mendadak.
Tanpa fikir panjang, dirinya siggap menerjang dengan otot tanpa melihat dengan mata kepala.
"Hiatttt!"
"Akhhh, ampun Raden."
Ternyata dibalik semak belukar tersebut terdapat manusia.Netranya sangat mengenali seseorang tersebut, reflek kian Santang membatu tanpa harus berfikir, bahwa itu seorang siluman yang menyamar menjadi seseorang yang dikenal, itu tidak terbesit dalam fikiran nya.
"Paman, sedang apa paman disini." Tanya kian Santang sebelum akhirnya dirinya mengajak pria ini ditempat yang lebih dominan cahaya.
Sedikit meringis akan serangan kian Santang yang cukup membuat dirinya terpental.
Kian Santang pun memulai ancang ancang untuk memberikan sedikit hawa murninya yang masih tersisa Sebagai pertanggung jawaban
"Tidak Raden!, Itu tidak perlu hamba baik baik saja." Tolak nya sembari mengatur nafas.
"Sedang apa paman maung bodas kemari, mengapa dirimu memantauku dari kejauhan" tanya kian Santang.
Ternyata pria tersebut adalah pihak istana. Maung bodas seseorang kepercayaan siliwangi. Yang tak lain penjaga kujang kembar.
Maung bodas memberi hormat "ampun raden atas kelancangan hamba, hamba diperintahkan oleh Gusti prabu untuk memantau Raden disetiap tengah malam tiba selama perjalanan" Lontaranya tersebut membuat kian Santang bingung.
Kian Santang membuang nafas kasar "bukan kah itu melanggar peraturan istana paman,"
"Jika seseorang mengetahui bahwa dirimu tengah bersama ku. Itu akan memperburuk keadaan." Usul kian Santang,"Tapi raden_"
"Kembalilah paman, sampaikan salam dan pesanku jika aku disini bisa menjaga diri dengan baik."
Kian Santang tersenyum, Maung bodaspun hanya bisa pasrah, jika menentang pun tidak ada gunanya selain kembali.
"Paman tunggu!"
Mendendengar penggilan kian Santang dirinya berbalik, kembali berkatup tangan sebagai tanda hormat.
"Hamba Raden."
"Bisakah aku meminta tolong kepada mu." Mendengar tuturan kian Santang maung bodas mengerinyit
"Tentu saja Raden."
"Hari sebentar lagi akan memasuki shubuh, aku akan melanjutkan perjalanann ku menuju pondok kakek guru."
"Kini Rayi Surawisesa telah kembali, dan dirinya saat ini tengah bersamaku." Ucap kian Santang melihat kearah pondok.
"Lantas apa yang harus hamba lakukan Raden."
"Jagalah Rayi Surawisesa kawalah dirinya hingga sampai istana, Selama dirinya menjalani hukuman Kanuragan Rayi Surawisesa dikuasi penuh oleh ayahanda."

KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Historical Fictionhanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...