oOo
"Ayahanda!"
Kian Santang menatap Siliwangi yang kewalahan menghadapi sekaligus sepuluh pasukan asing dari arah barat yang menempur secara tiba tiba.
Para tamu tamu sudah diungsikan ke tempat lebih aman, mungkin hanya beberapa yang nekat melawan.
"Rayi awas!"
Belati sedikit menggores tangan kian Santang, beruntung gagak ngampar memberi tahunya.
Pertarungan pun terjadi, antara kian Santang yang bertarung menggunakan alat seadanya, tombak dari prajurit yang menjadi satu satu nya alat yang tersedia, ia kerahkan ditengah tengah dirinya tidak mempunyai Kanuragan.
*Bummm!
Ledakan dahsyat terjadi, akibat duel dua kekuatan—siliwangi dan seorang berjubah serta berpenutup wajah serba berwana hitam.
"Astagfirulahalazim!, Kekuatan jenis apa ini." Gumam kian Santang, melihat api yang sudah berkobar dimana mana.
"Rayi tangkap ini." Walangsungsang melemparkan sebuah pedang panjang, agar kian Santang lebih mudah melawan.
Kian Santang menangkap nya dengan fresh style jika tidak memiliki kemampuan mungkin pedang tersebut sudah tergores, atau mungkin menusuk.
*Tzing!
Adu pedang antara kian Santang berlangsung lama, kemampuan pedang yang dilakukan lawannya ini melebihi dirinya.
Nampak nya lawan kian Santang berwujud wanita, terlihat dari rambutnya yang di ikat bagaikan ekor kuda, dibalik cadar hitamnya.
"Menyingkirlah kau, aku tidak meladeni orang seperti dirimu." Sepertinya dirinya meremehkan kian Santang.
"Siapa dirimu, ada urusan apa kau memberontak di hari yang indah ini." Tanya kian Santang.
*Bum!!
Beruntung kian Santang cekatan, sesaat wanita itu menyerangnya dengan jurus tenaga dalam secara tiba tiba.
Wanita bercadar itupun berdecih pelan "sudah ku bilang, aku tidak memiliki urusan dengan manusia lemah seperti dirimu." Ia sudah bosan melawan tanpa Kanuragan dengan kian Santang, dirinya berfikir bahwa kian Santang prajurit biasa.
"Kakanda!!"
Pandangan kian Santang mengedar, tertangkap nya netranya melihat Subang larang tengah dalam kondisi terdesak.
"Ibunda." Kian Santang membelalakkan matanya, dirinya fikir bahwa Subang larang benar benar mengikuti Surawisesa yang membawa para tamu untuk diungsikan ketempat yang lebih aman. Tetapi malah sebaliknya
"Dinda Subang larang!" Siliwangi menyudahi pertarungannya, fokusnya terbuyar kepada Subang larang.
Mundur, terus mundur membawa Subang larang dengan pisau belati yang siap menggores lehernya.
Lalu pergi menghempaskan tubuh Subang larang begitu saja. Limabelas orang berpakaian hitam pergi secara bersamaan setelah mendengar suara siulan ntah dari mana asalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Ficção Históricahanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...