•12• renggang

710 94 41
                                    


Part nya lumayan panjang guys!

oOo

"Anggipati tunggu!!"

Kian Santang terus mengikuti langkah cepat anggipati yang berlari menuju luar padepokan setelah tidak sengaja mendengar pembicaraan dirinya dengan syekh Hasanudin mengenai kerajaan.

"ANGGIPATI!!"

kian Santang memberhentikan langkah nya dirinya membungkuk mengatur nafasnya yang berhembus dengan cepat, bersamaan itulah anggipati yang mendengar teriakan kian Santang langsung memberhentikan langkah nya.

"A-aku bisa jelaskan ini semua kepadamu anggipati,"

"Apa maksud mu, menjelaskan apa"

Kian Santang tersentak, hembusan nafas yang terdengar pelan menandakan lega atas kegugupanpannya saat ini.

"Hei, kau mendengarkan ku." Jelas anggipati sekali lagi.

Kian Santang mendongak, senyuman kembali mengembang diwajahnya "mengapa kau berlari."

Anggipati mengkerutkan wajahnya hingga terlihat masam lebih dari jeruk muda "kau masih bertanya??, Lantas dimana pakaian ku. Jangan harap dengan ku berbicara bersama mu tadi, aku akan memaafkan mu begitu saja." Tegasnya

Justru yang membuat anggipati terheran saat ini karena kian Santang malah terkekeh ditengah tengah amukan yang menyeruak ditelinga nya.

"Pakaian mu berada di wisma riaksa," setelah berucap kian Santang melangkah pergi meninggalkan anggipati yang ber api api.

Cukup lama anggipati meratapi punggung kian Santang yang menghilang pergi. Otaknya lagi lagi bekerja lebih lambat lunglai.

"Yah, seperti itulah."

Bukan karena diam takut, anggipati sengaja meredam amarahnya agar tidak mengebu gebu, menghancurkan pedepokan ini halunya.

oOo

"Syekh. Tidak bisakah jayasangara satu wisma dengan ku."

"Wisma mu sudah tidak memiliki ruang yang cukup, anggipati. Jayasangara akan kesulitan jika satu ruangan dengan mu."

Setelah beberapa hari pengenalan masa di padepokan syekh Hasanudin menetapkan kian Santang berjejeran wisma sama seperti yang lain, tidak mudah bukan murni seutuhnya keinginan dirinya.

"Hei kau yang bertubuh gendut, bisa kah kau bertukar wisma dengan sejoli ku." Anggipati menunjuk Wisnu pemuda bertubuh berisi yang berkisar tiga tahun lebih muda dari anggipati.

"Enak saja! Kau saja yang pergi," balasnya dengan sari mangga yang membelepoti sisi bibirnya.

Wajah anggipati mengkerut, tidak ada yang ingin mengalah diantara keduanya.

"Sudahlah anggipati, lagi pula kita tidak berjauhan, kita berdampingan bukan ?"
"Jikalau pun aku se wisma dengan mu, aku akan menolaknya."

Anggipati mendongak, usahanya menarik sahabatnya ini gugur seketika ketika mendengar tuturan dari sang empu.

"Syukur, syukur diriku mengajak mu bersama ku." Tegasnya menggebu gebu.

-Putra Mahkota-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang