oOo
"Raka raka mari bermain dengan ku." Ucap riaksa, menarik narik lengan kian Santang.
Kini kiang Santang sedang berada ditengah tengah para anak anak yang sedang bermain dipertengahan area pondok yang kebetulan Sangat luas.
Kian Santang tersenyum gemas melihat pipi chubby milik riaksa yang begitu seperti balon, "kau kuat menariku." Goda kian Santang saat riaksa menarik lengannya, badan nya tidak goyah sedikitpun.
Riaksa, bocah gendut pendek ini mengangkat satu alisnya, "diriku berani saja menarik Raka jayasangara, namun aku takut dimarahi oleh syekh guru." Bibir nya memoncong saat menyebutkan nama guru ingin sekali kian Santang mencomotnya.
Kian Santang mengerinyit "apakah syekh sering memarahimu," Ucapnya mengangguk keatas.
"Kau dalam keadaan terluka bukan, sebab itu syekh melarangku mengajak mu bermain terlebih dahulu." Senyumnya menampakan gigi kelinci berlobang satu.
Kian Santang mengangkat kedua alisnya "bukan kah kau mengajak ku bermain barusan?" Pertanyaan kian Santang membuat riaksa reflek menutup mulutnya dengan kedua tangan gembul miliknya.
"Akan ku adukan kau kepada syekh guru"
Perkataan kian Santang membuat bocah lelaki itu lari terluntang Lantung, bersembunyi diarea teman temannya.
Kian Santang tertawa kecil melihat riaksa terkena bualannya, sebenarnya dirinya sudah tau akan perkataan riaksa bahwa syekh melarang nya untuk melakukan aktifitas saat ini.
"Heeii kau." Seseorang datang duduk bersebelahan dengan kian Santang, sembari menepuk punggung kian Santang dengan pelan. Untung saja bukan diarea yang terluka.
Kian Santang hanya meliriknya sambil tersenyum, seseorang itu ternyata pemuda yang kemarin mengantarkan kian Santang ke kamar syekh.
"Siapa namamu." Ucap pemuda ini sembari menjulurkan tangan kanannya sebagai tanda pengelalan.
Kian Santang kembali melirik. Anak ini seperti risih ketika menemui seseorang yang belum dirinya kenal, ntah apa sebabnya. Mungkin Efek terlalu banyak mendem didalam istana atau penurunan wibawa sang ayahanda
Kian Santang tak membalas jabatan tangan nya hanya menjawab pertanyaan yang dilontarkan pemuda ini, padahal sesama lelaki.
"Nama ku kia— jayasangara." Satu huruf saja akan berakibat fatal baginya, hmm mulut yang sulit diajak kompromi
Merasa malu jabatan tangan nya tidak dibalas pemuda ini langsung menggaruk pahanya, seolah tidak terjadi apa apa.
"Namaku anggipati Malaya." Walau kian Santang tidak menanyakan namanya, dirinya tetap mengenalkan jati dirinya.
"Nama yang bagus." Merasa lega, setidaknya dirinya mendapatkan respon agar tidak menanggung malu..
Hening beberapa saat, keduanya saling menatap anak anak sedang bermain dan bergelut dengan fikiran masing masing.
Lalu anggipati menengok dirinya bruntal sekali langsung merangkul kian Santang tanpa aba aba.
"Ayolah kawan ki—"
KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Fiksi Sejarahhanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...