Semua kini sudah berada di padepokan tempat peristirahatan sebelum kembali membawa kemenangan pada Padjajaran
Waktu menunjukkan tengah malam, setelah kejadian yang begitu melelahkan tadi siang, namun walangsungsang Rara Santang dan Siliwangi masih belum terpejam dimalam malam begini
Mereka masih senan tiasa berembuk di wisma syekh Hasanuddin untuk menunggu kian Santang pulih
Sang empu sampai saat ini belum sadar, walaupun Siliwangi telah mengembalikan kenuragan yang sempat ditarik karena hukuman yang diterima nya
"Aku telah menugaskan panglima dwi artha untuk membawa anak dari Hayam Wuruk terlebih dahulu ke Padjajaran, ayahanda"
Gagak ngampar berucap sopan kepada Siliwangi yang terbebas dari mahkota menduduki sebuah kursi tua dipadepokan
"Dimana para rakyat beristirahat Raka"
Rara Santang berucap pelan, ia bangkit membawa sebuah nampan yang berisikan minuman
"Mereka diruangan Mushola, dan para prajurit berada di ruangan samping"
Gagak ngampar menjawab sembari mengambil sebuah kertas yang berada dimeja syekh Hasanuddin
"Aku benar benar tidak menyangka diumur yang sudah berlanjut"
Rara Santang yang baru balik menatap tajam gagak ngampar yang membalasnya, terlihat sekali wajah sang kakak tertuanya begitu sayu lelah, tak jauh dari walangsungsang
"Maksudmu berlanjut?"
"Memangnya usia mu terhenti, bukankan semua manusia umur nya berlanjut"
Gagak ngampar memijit pangkal hidung nya, mendengar kekehan kecil dari walangsungsang dan Siliwangi disana, langit sudah semakin gelap lelah semakin lelah meladeni adik perempuannya
"Ayahanda, apakah besok kita akan langsung membawa Rayi kian Santang ke Padjajaran dalam kondisi seperti ini"
Gagak ngampar berujar serius, melihat wajah kian Santang yang damai, membuat nya iba untuk membawanya pulang. ia harus bagaimana untuk menghadapi para manusia manusia biadap yang selalu mengusik ketenangan keluarganya
Jika boleh memilih ia lebih baik menjadi rakyat biasa dibanding harus bergelut di dunia seperti ini bersama keluarga nya
"Kita harus kembali ke Padjajaran secepatnya, keamanan istana diragukan jika anak dari Hayam Wuruk tengah ditahan diistana"
"Rayi kalian akan kita bawa menggunakan tandu—"
"Ayahanda .."
Kian Santang berujar pelan, ntah kapan sang empu terbangun, apakah suara gagak ngampar begitu menggelegar sehingga membuatnya terbangun.
"Rayi .."
"Kau sudah sadar"
Semua kini mendekat, membantu sang empu kini yang hendak duduk bersandar pada ranjang, ini terlalu berlebih-lebihan fikir Kian Santang, ia bisa.
"Aku tidak akan kembali ke Padjajaran"
Perkataan kian Santang membuat prabu Siliwangi mengerutkan kedua alisnya, dirinya memajukan kursi yang ia gunakan untuk mendekati kian Santang
"Untuk saat ini ayahanda menentang keputusan mu putraku"
"Benar rayi, kau harus ikut kembali ke istana untuk melepaskan hukuman mu"
"Disini sangat berbahaya—"
"Aku ingin sekali kembali kepadjajaran yunda, namun aku masih mempunyai tugas yang akan ku emban seorang diri disini"
KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Fiksi Sejarahhanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...