Kicauan burung terdengar jelas diperkarangan istana, pohon pohon seakan-akan bergoyang mengikuti alunan angin bagaikan sebuah melodi.
*Cicuitcicut
Burung ini seakan memberikan isyarat dengan suara nyaring nya, namun bagaimana cara ia menyampaikan nya.
"Kau sangattttt... cantik,"
puji Rara Santang yang baru saja mengumpulkan nyawa nya menatap arah jendela wisma nya yang terdapat burung yang berdominan warna biru tersebut
"Ada apa hmm?... Kau memanggilku," tanya Rara Santang yang sontak membuat burung itu berpindah kekepala nya.
Rara Santang terkekeh geli kala burung ini berjalan jalan diatas kepala nya "hahaha... Sudah cukup hentikan, kau membuat ku geli,"
Mendengar perkataan Rara Santang ia pun berpindah ke tangan nya, sembari mengepakan sayap indah nya, seolah-olah mengajaknya keluar wisma menuju arah lain.
"Aku tau pasti kau diperintahkan oleh rayiku kian Santang bukan?" Ungkap Rara santang dengan mengelus pucuk burung ini dengan halus.
Kian Santang memang mempunyai suatu kelebihan, yaitu mengerti bahasa para binatang, banyak mukjizat yang tersembunyi didalam dirinya, sudah menjadi kebiasaan nya memerintahkan burung burung untuk masuk ke wisma yundanya Rara Santang. Kian Santang mengetahui, jika yunda nya tersebut akan merasa damai jika bertemu dengan seekor burung.
"Rayi kian Santang..."
Kini ia tersadar, mengingat kejadian kemarin, Sontak ia keluar wisma nya, tak lupa dibuntuti burung biru tersebut.
Akhirnya burung ini dapat menyampaikan pesan nya, walau pun Rara Santang tidak mengerti bahasa nya.
***
Beberapa jam berlalu, matahari pun sudah hampir diatas kepala.
Rara Santang berlari dengan sekuat tenaga dengan wajah yang sudah dibasahi air mata, perkataan orang itu selalu berputar difikirannya
Flashback
Terdengar suara sorak sorak dari luar istana, memancing keluarga Siliwangi yang tengah menikmati makanan sontak terganggu akan kedatangan dua prajurit yang datang dengan hormat
"Ampun Gusti prabu, rakyat Padjadjaran tengah mangamuk dialun alun istana"
"Jagat dewabatara"
Siliwangi pun langsung bergegas keluar diikuti oleh beberapa keluarganya, padahal sedikit lagi satu suap makanan itu meluncur bebas kedalam kerongkongan mereka.
'HUKUM RADEN KIAN SANTANG!!'
'HUKUM RADEN KIAN SANTANG!!'
'HUKUM RADEN KIAN SANTANG!!"
Terdengar jelas sorak sorak para warga yang membawa batu serta obor, seakan-akan bersiap menghadapi peperangan.
"Kauu!!"
Walangsungsang menangkap sesosok pria yang seperti nya memimpin para warga untuk menyerang istana.
"Kisanak!!" Walangsungsang pun maju memberhentikan pria ini yang hendak menerobos prajurit yang menghadang nya di gapura.
"Jadi kau biang dari semua masalah ini" Bukan hanya walangsungsang yang langsung maju, namun diikuti oleh adiknya yang kedua yaitu Rara Santang.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Ficción históricahanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...