•02• keadilan

674 85 21
                                    

====
NB:  karena bener bener fokus ngerevisi cerita yang disebelah, jadi kurang fokus ngetik yang ini, semoga kalian gak lupa sama konfliknya.
====

•••

Karena senja pun Mulai tiba, hari pun semakin gelap sidang pun terpaksa akan dilanjutkan besok.

Namun walau pun ber jam-jam didalam ruangan sidang Balairung, mereka pun belum menjatuhkan hukum kepada kian Santang mau pun pria ini, karena mereka sama sekali tidak menemukan siapa yang benar dan siapa yang salah.

Sidang tersebut hanyalah terkumpul bukti semata.

***

Setelah meninggalkan sidang Balairung, keluarga istana pun kembali ketempat tujuan mereka masing masing. berbeda dengan keluarga ratu Subang larang, yang memutuskan untuk berkumpul di kamar prabu Siliwangi, terkecuali kian Santang.

--

"Sampurasun ayahanda," ucap walangsungsang yang diikuti oleh Rara Santang.

"Rampes. Kemarilah" ujar Siliwangi dengan tangan kanan yang ia angkat memberikan isyarat untuk memeluknya

Siggap putra putri Siliwangi ini pun langsung mendekap sang Maharaja, ntah apa sebab nya. Hari ini membuat mereka benar-benar sangat lelah akan kehidupan yang penuh dengan drama.

Wanita yang terkesan lembut akan menangis jika menghadapi sebuah masalah, ntah itu kecil mau pun besar.

Begitu pun Rara Santang sebagai seorang wanita ia akan menangis didekapan Siliwangi hanya lirihan kecil yang terdengar dari nya, namun tidak dengan walangsungsang, jika ia menangis hancur sudah martabat nya sebagai seorang Raka.

Mau setinggi apapun, setua apapun umur kita jika sudah berhadapan dengan orang tua, kita tetaplah putra putri kecil mereka hingga buaiannya terakhir

Perlahan ia melepaskan pelukan hangat dari Siliwangi dan langsung menatap Subang Larang yang tersenyum ke arahnya,  hal itu membuat tanganya mengangkat menghapus mutiara bening yang berada dipipi Rara Santang.

"Apakah ayahanda akan terus mengikuti keadilan?" Lirih Rara Santang

"Aku sangat mengenal Rayi kian Santang.. dia tidak mungkin melakukan hal sekeji itu!"

"Tenangkanlah.. dirimu."
"Putri ku."

Siliwangi tersenyum, senyuman ketenangan, semua akan baik baik saja, jika kebenaran sudah didepan mata

"Sebenarnya apa yang terjadi kepada Rayi kian Santang ayahanda mengapa dia sangat begitu marah, seakan akan sesuatu sedang menguasai raga nya,"

Flashback
=======

Saat sidang Tengah berlangsung, pria ini begitu menentang penjelasan dari walangsungsang, ia selalu memotong pembelaan walangsungsang begitu pun kian Santang.

Bahkan seluruh rakyat pun membela pria ini! Akibat dirinya yang selalu tidak memberikan kesempatan kepada walangsungsang serta kian Santang untuk membela diri.

"Apakah kalian semua akan memandang seorang martabat, dan membiarkan aku yang hanya seorang rakyat jelata yang hanya ingin mengambil keadilan putriku" Ucap nya dengan nada keras, agar seluruh rakyat tau bahwa dialah yang sedang merasa tersakiti.

-Putra Mahkota-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang