Iris mata kian Santang sedikit mengerjap akibat nyeri yang menjadi di area punggungnya, namun dirinya tidak sepenuhnya membuka mata hanya saja suaranya berdesih meringis kesakitan."Tabib, ada apa ini mengapa dirinya menggerang kesakitan."
"Apakah racun tersebut telah hilang seutuhnya. Pastikan tidak ada sedikitpun racun yang masih berada didalam tubuhnya."
dirinya memang seorang wanita yang berani bertindak dan berani bertanggung jawab.
"Tidak ada yang perlu dikhawatirkan nyimas, ini hanyalah racun biasa. Yang hanya membuatnya tidak sadarkan diri. Pasalnya racun tersebut memang digunakan untuk berburu." Ucapnya membereskan barang barang miliknya.
Wanita tersebut merasa lega, walaupun hanya racun bius biasa, namun ia benar benar merasa bersalah akan hal ceroboh yang ia perbuat, untung saja mengenai bahunya, ia tidak bisa membayangkan jika anak panah tersebut malah melenceng ke arah dadanya
"Bagaimana keadaan mu."
oOo
Surawisesa menyudahi makanannya, dirinya berniat menuju ke wisma, namun saat hendak beranjak dari bangku makan, Siliwangi memanggilnya.
"Hendak kemana putraku" Tanya Siliwangi pada Surawisesa
Surawisesa pun mengurungkan niatnya, lagi pula sudah lama dirinya tidak berbicara dengan ayahandanya.
"Ah.. tidak aku tidak ingin kemana mana ayahanda." Balasnya dengan senyuman.
Siliwangi pun mulai membuka topik, sebelumnya memang sedari tadi dirinya menunggu Surawisesa untuk menyudahi hidangan nya.
"Bagaimana dengan keadaan mu diperjalanan." Tanya siliwangi, mereka berbicara seakan akan empat mata, padahal di ruang makan tersebut terdapat keluarga istana.
"Tidak berjalan begitu mulus ayahanda" Surawisesa berekspresi lesu, memikirkan kejadian apes yang berturut-turut menimpanya.
"Maksudmu." Tanya Rara Santang yang ternyata ikut menyimak pembicaraan keduanya.
"Diperjalanan diriku dikepung oleh kawanan monyet," ungkapnya jujur, sorot matanya sedikit sayu. Namun perkataannya tersebut mengundang gelak tawa keluarga istana termasuk Subang larang yang sedang minum akhirnya tersedak.
Namun Surawisesa tiba tiba berekspresi datar menatap Siliwangi.
"Singkat cerita diriku kembali terjebak dihutan buruk rupa." Perkataan Surawisesa pun seketika menghentikan tawa mereka seketika.
"Lantas, bagaimana bisa kau terbebas." Rara Santang bertanya dengan raut mimik wajah yang terlihat menantikan.
Surawisesa melirik walangsungsang bergantian dengan Rara Santang "apa yang kalian sembunyikan dari ku." Bukanya menjawab pertanyaan Rara Santang dirinya malah bertanya balik.
Semua dibuat bingung apa yang surawisesa katakan, bukan kah topik sebelumnya tentang buruk rupa. Mengapa beralih menjadi meracau?
Walangsungsang mengerinyit heran "apa yang kau maksud Rayi." Tanyanya
Surawisesa menyipit menatap keluarga istana secara bergantian, tatapan nya seolah olah masuk menusuk netra.
"dimana Raka kian Santang."
Sontak pertanyaan nya tersebut mendapatkan pikiran tak mengenakan dari semuanya, Mereka saling tatap satu sama lain, hingga hening beberapa saat.
merasa sunyi Surawisesa semakin yakin bahwa didalam kerajaan sedang ada konsekuensi yang diadakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Historical Fictionhanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...