Woiii komen lah!, Ngeliat banyak notifikasi komen kalian itu bikin semangat!
====
Sidang kembali dilaksanakan diruang Balairung. Sama seperti kemarin, yang diikuti oleh para rakyat serta para petinggi istana. Bahkan keluarga istana pun ikut serta dalam sidang tersebut.
Tidak ada satupun suara yang keluar akan sidang ini, saat Senopati anggapati menceritakan petunjuk semedi yang Siliwangi dapat.
"Jadi ayahanda, ternyata jurus tersebut telah diwariskan oleh Rayi kian Santang," tanya walangsungsang, alisnya bergelombang heran, bagaimana kian Santang bisa mendapatkan warisan berbahaya itu.
"jurus tersebut ternyata memihak kepada Rayi mu," jawab siliwangi, beruntung disana tidak ada sang empu yang yang tengah dibicarakan.
Seluruh rakyat akhirnya bisa memaklumi, ternyata mereka semua telah termakan hasutan dari pria paruh baya ini
..
"TIDAK!" Lantang pria ini, ia merasa sudah kalah telak, namun bagaimana nasib dirinya, dan keadilan yang ada.
"Bagaimana dengan nasib putriku lara, Ia sudah tewas, hanya karena jurus dari Raden kian Santang!"
Ia berjalan gontai menuju walangsungsang "Ternyata, jurus itu membutuhkan Tumbal!" Sarkas nya membuang muka.
Petinggi Istana merasa tidak terima atas perkataan pria paruh baya ini, mereka berdiri mengarahkan tatapan tajam sebagai peringatan
"Lancang sekali mulutmu itu, keturunan dari Gusti prabu tidak pernah melakukan hal sekeji itu, apalagi memakan tumbal!"
Walangsungsang sebagai anak tertua yang sebelumnya ia serta gagak ngampar mendapatkan kisi kisi dari Siliwangi untuk menjauhi hutan terlarang, saat umur nya kelak menginjak lima belas tahun.
Sudah merasa muak, dengan pria ini yang terus saja membela diri untuk meminta keadilan, walangsungsang pun maju dirinya ingin sekali menyakiti fisik pria tua ini. Namun nihil sebelum melangkah kan kaki lebih dulu Siliwangi mencegat dirinya.
"Biarkan ayahanda," ucap Siliwangi tangan nya masih setia menghadang. Sedangkan walangsungsang hanya mengagguk paham.
Siliwangi pun maju tangan nya ia kepalkan kebelakang, seperti istirahat ditempat sembari berjalan, kepala nya menengok ke sana sini melihat ruang istana nya dipenuhi manusia.
"Jurus tersebut memang sangat berbahaya. Namun satu hal yang yang membuat nya bahaya," Siliwangi diam beberapa detik, membiarkan para rakyat nya mencerna ucapan nya barusan
"Memancing amarah nya" Seluruh rakyat dibuat bingung, bahkan petinggi istana yang sudah bertahun tahun baru mendengar nya hari ini, mungkin hanya para keluarga istana yang mengetahuinya.
Walangsungsang pun yang sudah mengerti akan jurus ini pun maju "jadi!, Jika kau tidak memancing amarah rayiku!, Maka jurus tersebut tidak akan, menyerang mu!" Ucap walangsungsang, atensi nya menatap tajam pada pria ini.
"kau sudah tertangkap basah tetap saja berdusta," ucap Rara Santang, tidak terima.
"Sungguh, nyimas Raden. Aku tidak berdusta, bahkan putri ku sudah tewas," ucap nya membela diri.
"KAU__"
KAMU SEDANG MEMBACA
-Putra Mahkota-
Ficción históricahanyalah sebuah Fiktif belaka yang dikarang dengan imajinasi penulis yang dituangkan ke dalam cerita tersebut, tidak ada sangkut pautnya dalam sejarah hanya mengambil 20% dari 100% dari cerita faktanya termasuk pemeran. •angst •kolosal •religi Dim...