Part 3

8.7K 257 4
                                    

Happy Reading.









Elio menggedor pintu kamar Belva. Saat pintu terbuka, Elio langsung mencekik leher Belva. Elio menatap Belva dengan tatapan sangat tajam. Tatapan yang selalu Elio berikan saat menatap Belva.

"Jangan berpikir kalau aku akan merasa senang mengetahui kehamilanmu," ucap Elio sambil melepaskan cekikannya.

Meski napasnya belum teratur, Belva langsung berlutut di hadapan Elio.

"Aku mohon jangan gugurkan kandunganku," pinta Belva sebelum menunduk, ingin bersujud.

Elio menarik rambut Belva. Elio membuat Belva kembali berdiri, tatapan Elio masih sangat tajam menatap Belva.

"Aku mohon," lirih Belva dengan air mata yang sudah mengalir membasahi pipinya.

"Kau pikir aku akan menuruti keinginanmu itu? Anak itu tidak akan pernah lahir ke dunia ini," ucap Elio.

"Maka bunuh aku juga kalau begitu," balas Belva dengan suara pelan.

Ringisan Belva kembali terdengar, karena Elio semakin menguatkan jambakannya. Tangan kanan Elio menjambak, sementara tangan kiri Elio menyentuh leher Belva.

Elio mencekik leher Belva, tatapannya semakin tajam. Elio benar-benar seperti ingin membunuh Belva detik itu juga.

Tidak memberontak atau berusaha bersuara, Belva hanya diam dengan air mata yang mengalir semakin deras.

Lelah.

Itulah yang Belva rasakan.

Belva berharap Elio membunuhnya sekarang juga. Selama 6 bulan diperlakukan tidak layak, Belva ingin semuanya segera berakhir.

"Apa yang ingin kau berikan padaku, jika aku mempertahankan anak itu?" tanya Elio.

Melihat Belva kesulitan mengeluarkan suara, Elio langsung melepaskan cekikannya. Elio juga melepaskan jambakannya.

Sudah terbiasa menerima kekerasan seperti itu, Belva hanya bisa berusaha mengatur napas dengan cepat. Belva menatap Elio dengan tatapan sendu dengan air mata masih mengalir.

"Aku bahkan sudah seperti boneka untukmu. Apalagi yang belum aku berikan padamu?" tanya Belva lirih.

"Kau harus berjanji padaku bahwa kau tidak akan kabur, atau berpikir ingin mengakhiri hidupmu," jelas Elio.

"Aku berjanji," ucap Belva langsung tanpa berpikir.

"Good. Aku akan membiarkan anak itu hidup, tapi jangan berharap aku akan bersikap baik padamu," balas Elio.

Elio langsung pergi dari sana. Belva menatap punggung Elio yang mulai menjauh sambil menyentuh perutnya.

"It's okay, Baby. Mom yakin Daddy-mu akan menyayangi dan mencintaimu," gumam Belva sambil mengelus perutnya.

Belva berusaha meyakinkan dirinya bahwa Elio akan menyayangi dan mencintai janin di dalam kandungannya. Meski itu sesuatu yang tidak pasti, tapi Belva tetap harus yakin.

Tidak berharap Elio bersikap baik padanya, Belva hanya ingin janin dalam kandungannya kelak bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia.

Jika anaknya laki-laki, Belva berharap anaknya akan kuat dan bisa menjadi pria yang baik. Jika perempuan, Belva berharap anaknya tidak merasakan apa yang dirinya rasakan.

Belva tahu, harapannya sangat konyol. Tapi hanya itu yang bisa dirinya ucapkan sebagai salah satu harapan untuk anaknya. Namun jika harapan itu tidak terwujud, Belva tidak masalah kalau nantinya hanya akan hidup berdua bersama anaknya.

CRAZY OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang