Happy Reading.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya Elio setuju Belva dirawat di rumah sakit. Kini, Belva sudah terbaring di ranjang rumah sakit dengan tangan terinfus.
Elio tidak menunggu di rumah sakit, hanya menyuruh beberapa bodyguard berjaga di depan pintu ruang rawat Belva, dan di sekitar rumah sakit.
Belva mengerjapkan matanya saat mendengar suara. Perlahan mata Belva semakin terbuka sempurna. Lampu ruang rawat yang pertama kali Belva lihat.
"Akhirnya Anda sadar juga."
Menoleh ke samping, Belva mengangkat tangannya untuk menyentuh kepalanya yang terasa pusing. Melihat tangannya terinfus, wajah Belva terlihat bingung.
"Saya di mana? Anda siapa?" tanya Belva dengan suara pelan.
"Anda di rumah sakit. Dan perkenalkan, saya Diego... dokter yang menangani Anda," jawab Diego.
Wajah Belva terlihat sangat bingung, karena tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Jika Anda merasa pusing, jangan dipaksa untuk berpikir."
Suara Diego kembali terdengar, membuat Belva tersadar. Belva kembali menatap Diego.
"Di mana Elio?" tanya Belva.
"Mr. Ricci tidak ikut saat Anda dibawa ke rumah sakit, karena katanya beliau akan kembali ke Rome," jawab Diego.
"Apa Anda ingin menghubunginya? Di depan ada beberapa pria seperti bodyguard, Anda ingin saya memanggil salah satu dari mereka?" tanya Diego, melihat Belva hanya diam.
Sudah mulai mengerti keadaan yang terjadi, Belva menggelengkan kepalanya. "Tidak perlu, terima kasih. Saya hanya ingin kembali istirahat, karena kepala saya terasa pusing," jelas Belva.
"Baik. Kalau begitu saya permisi. Jika Anda perlu sesuatu, bisa tekan tombol warna merah itu," ucap Diego sambil menunjuk tombol yang ada di samping ranjang Belva.
Belva mengangguk mengerti. Diego pun langsung melangkah menuju pintu. Saat melihat Diego sudah keluar dari ruang rawat, Belva menghela napas, lalu mengelus perutnya.
Merasa sangat bersyukur Elio tidak menggugurkan kandungannya, Belva sudah memutuskan akan rela melakukan apa pun, asal janin dalam kandungannya baik-baik saja.
Sementara di luar ruang rawat, Diego menghela napas sebelum melangkah menuju ruangannya. Dirinya sejak tadi sengaja menunggu di ruang rawat Belva sampai Belva sadar.
Bahkan Diego juga sengaja mengosongkan schedule-nya hari ini. Meliburkan dirinya hanya untuk menjaga Belva. Melihat keadaan Belva, Diego merasakan sesuatu yang tidak biasa pada perasaannya.
***
Setelah memastikan keamanan di sekitar Belva, Elio memutuskan kembali ke Rome. Sepanjang penerbangan, Elio terus menerima laporan tentang Belva.
Elio merasa sedikit aneh dengan perhatian yang Diego berikan untuk Belva. Perhatian yang Diego berikan untuk Belva terlihat lebih dari perhatian dokter pada pasiennya.
Berusaha menghilangkan pikiran tidak penting itu, Elio memilih memeriksa email yang berisi pekerjaannya. Karena penerbangan masih tersisa beberapa jam lagi.
Saat sedang fokus membaca email, suara ponsel terdengar, membuat Elio menghentikan bacanya. Mengambil ponselnya di meja, melihat Fazio yang menghubungi, Elio langsung mengangkat panggilan itu.
"Ya," ucap Elio.
"Kapan kau kembali ke Rome?" tanya Fazio.
"Ini aku sedang dalam penerbangan. Kemungkinan aku sampai sekitar jam enam pagi," jawab Elio.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY OBSESSION [END]
Romance🔞 WARNING 🔞 #Crazy Series 2 Ketika dendam berubah menjadi obsesi yang sangat besar hingga menciptakan kegilaan, membuat Elio Gerar Ricci meluapkannya dengan menculik, lalu menyiksa seorang perempuan cantik bernama Belva Parker. Akan seperti apa hi...