Part 12

4.4K 140 20
                                    

Happy Reading.









New York, USA.

Sudah sampai di New York. Elio melangkah cepat menuju penthouse-nya. Saat sudah di depan pintu, Elio menekan password. Setelah pintu terbuka, Elio membuka pintu, lalu masuk ke dalam.

Menuju kamar Belva. Seperti biasa, tanpa mengetuk pintu, Elio langsung membuka pintu kamar Belva. Maid yang berada di kamar Belva, bangun dari duduknya, lalu menunduk hormat.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Elio pada maid.

Maid itu menatap Elio dengan wajah ragu. "Nona belum makan apa pun dari pagi, Tuan. Ini baru saja tertidur," jawab maid.

Elio melihat ke arah jam dinding, melihat sudah jam 2. Mengeluarkan ponselnya dari saku celana, Elio memutuskan menghubungi Emily.

"Ternyata kau masih menyimpan nomorku," ucap Emily saat mengangkat panggilan.

"Datang ke penthouse-ku sekarang. Belva sakit," jelas Elio dengan suara datar.

"Kau apakan dia?" tanya Emily dengan suara kaget.

Elio berdecak pelan. "Aku tidak melakukan apa pun padanya. Sepertinya dia mengalami morning sickness," jawab Elio.

Terdengar Emily menghela napas lega. "Okay, aku ke sana sekarang," ucap Emily.

Elio tidak mengatakan apa pun lagi, langsung mengakhiri panggilan. Lalu kembali memasukkan ponselnya ke saku, kemudian Elio menatap maid.

"Sebentar lagi Emily datang. Panggil aku jika dia sudah datang," ucap Elio.

"Baik, Tuan," balas maid.

Elio menatap wajah Belva yang terlihat sangat pucat hanya sesaat, sebelum membalik badannya, lalu melangkah keluar dari kamar Belva.

***

20 menit berlalu, Emily akhirnya sampai. Elio menuju kamar Belva. Saat membuka pintu, Elio melihat Belva sudah bangun, sedang diperiksa oleh Emily.

Berdiri tidak jauh dari ranjang, Elio tidak berniat berbicara apa pun. Emily pun hanya melihat Elio sesaat, lalu kembali memeriksa Belva. Sementara Belva hanya diam menunduk.

"Keadaannya sangat lemah. Be perlu dirawat di rumah sakit, El," ucap Emily, menatap Elio setelah selesai memeriksa Belva.

Emily memang lebih senang memanggil Belva, Be. Dan itu memang panggilan Belva dari kecil, tapi tidak dengan Elio, yang tetap memilih memanggil dengan lengkap.

"Tidak. Aku tidak mengizinkan dia dirawat di rumah sakit. Bawa saja semua yang diperlukan ke sini," tolak Elio.

"Ck... Harus ada dokter dan suster yang berjaga," ucap Emily, menatap Elio dengan tatapan kesal.

"Ya sudah, kau saja menginap di sini," balas Elio santai.

"Tidak bisa. Malam ini Ryan pulang," jelas Emily.

"Kalau begitu, suruh Ryan datang ke sini. Jadi akan semakin baik, dua dokter hebat berjaga di sini, tidak perlu suster lagi," ucap Elio.

"Enak sekali kau mengucapkan itu. Tidak, aku tidak mau. Aku sudah meliburkan diri besok, karena malam ini, aku ingin menghabiskan malam yang panas bersama suamiku," balas Emily ketus.

Elio berdecih. "Kalau begitu, hubungi dokter lain, yang bisa dipercaya tidak akan menyebarkan berita apa pun," ucap Elio.

"Sekalipun dirawat di rumah sakit milik Ryan, tidak akan ada yang berani menyebarkan berita," balas Emily, masih dengan suara ketus.

CRAZY OBSESSION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang