•••
Siang ini Al nampak berjalan menaiki anak tangga sambil ngebawa seember cucian basah di genggaman. Pemuda tampan tersebut berniat untuk menjemur sprai di rooftop biar cepet kering mumpung gak hujan, namun begitu membuka pintu tersebut, tubuhnya langsung terlonjak kaget begitu mendapati seseorang yang tengah meringkuk di deket sana. Untung kagetnya gak lebay, coba kalau gak, bisa terjun bebas dari atap lantai dua.
Menelisik sebentar, Al langsung menyadari jika sosok tersebut adalah Ardan, tercium dari aroma incestnya yang kental.
"Dan, lo ngapain di sana?"
Mengangkat pandangan dengan lemas, Ardan lantas mendongkak lengkap dengan tatapan sayunya.
"Gue galau bang, habis ditolak Raksa."
Al pengen ketawa, percayalah.
Sambil jalan ke arah tali yang dibentangkan sebagai tempat jemur pakaian, Al lantas meletakkan ember berwarna baby blue milik Kenan di lantai rooftop yang terbuat dari semen kasar.
"Ya lagian lo ada ada aja sih, malah suka sama adek sendiri."
Ardan masih duduk di deket pintu masuk namun kali ini pandangannya mengarah ke Al, mengikuti setiap pergerakan dari pemuda pucat tersebut.
"Gue juga gak pengen kayak gini bang, gak bakal ada yang pengen. Tapi mau gimana lagi, gue terlanjur sayang sama Raksa."
Ardan gak sepenuhnya salah sih, emangnya siapa yang mau punya kisah cinta yang bisa dikatakan sedikit- yahh... menyimpang? Kalau bisa, semua orang juga pengen jadi normal kali.
"Nah, gue juga bingung gimana cara jawabnya. Gue gak pengen sok sokan nyeramahin lo padahal gue sendiri pacaran sama cowok."
Memang benar, kalau aja perasaan bisa dikendalikan semudah itu, mereka mending suka sama cewek, yang normal normal aja biar gak dihujat dunia.
"Gue udah berusaha suka sama orang lain, tapi ternyata gue sangenya cuma sama Raksa doang."
Kalau yang barusan, baru halal untuk dihujat.
Mengambil sprai bersih di ember lalu merentangkannya di tali jemuran, Al lantas mencoba memikirkan jawaban terbaik yang ia punya.
"Kayaknya gue bukan orang yang tepat buat ngasih solusi, tapi kalau lo pengen cerita, gue bisa dengerin."
Selesai dengan pekerjaan, Al lantas menolehkan pandangan ke arah Ardan lengkap dengan senyum cerah yang membuat kedua dimplenya muncul dengan cara yang lucu. Aura kebapakannya mulai terpancar.
Beranjak mendekat kemudian duduk di samping Ardan, yang lebih tua nampak serius mendengarkan cerita dari temannya itu. Ternyata Ardan memiliki permasalah yang cukup serius terlepas dari dirinya yang cuma haha hihi selama ini.
"Terus ortu lo gimana?"
"Pasti bakal ngamuk sih, tapi palingan sebulan dua bulan, mereka bakal gak peduli lagi kayak biasanya."
Bukan tanpa alasan Ardan bisa memendam perasaan lebih ke Raksa, mereka terbiasa hidup berdua sejak kecil. Ardan menjadi sosok yang menggantikan kedua orang tua ketika orang orang dewasa tersebut sibuk dengan hidup mereka.
Yah, merupakan sebuah alasan juga kenapa Raksa gak terlalu berani menolak Ardan padahal sering digrepe grepe.
"Gue gak terlalu mikirin ini sebelumnya sih bang, gue pikir Raksa bakal terus jadi anak anak. Tapi gue lupa ternyata dia bisa tumbuh dewasa dan mulai milih jalan hidupnya sendiri."
Bahasa Ardan udah tinggi banget, padahal mah ini cuma perkara naksir cewek doang. Paling sebatas cinta monyet -Raksa cintanya dan si cewek monyetnya, gitu kata Ardan-, nanti juga bakal dilupain sama Raksa.
"Kalau gitu untuk sementara, coba lo kasih jarak dalam hubungan kalian. Mungkin lo sama Raksa cuma perlu waktu aja soalnya sejak kecil, kalian udah terbiasa bersama."
Siang siang curhat di rooftop berdua emang paling mantep, ini yang kurang cuma es jeruk doang. Gak mungkin juga kan mereka minum air bekas pewangi di ember.
"Iya bang, gue bakal coba nanti. Btw kemarin habis berapa ronde sampe nyuci sprai gitu?"
Selesai menumpahkan unek unek, Ardan kembali pada sifat aslinya, usil menaik turunkan alis sambil melemparkan tatapan menggoda ke arah Al.
Takk!
Kan, kena jitak.
"Suudzon mulu ke gue. Hubungan gue sama Kenan gak sebatas zina aja ya. Kemarin kasur gue ketumpahan kopi, makanya tuh sprai gue cuci."
Al langsung bangkit, ngambil ember milik Kenan terus jalan meninggalkan Ardan. Terserah deh mau gimana jadinya, yang penting Al udah sempat hadir ketika Ardan membutuhkan.
Ternyata gak salah bapak Jewaypi mempercayakan kos kosan ini ke Al, sosok berkulit pucat tersebut mampu menghadapi permasalahan dengan baik.
To Be Continue
Tertanda, 07/05/2022
Bee, berak sesi ketiga
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House [Stray Kids]
FanfictionKos kosan Bapak Jewaypi selalu ramai, apalagi pas masa masa lockdown kayak gini. Diprediksikan tempat ini akan berhasil menciptakan lulusan homo yang berkualitas, berkompeten dan berjiwa saing internasional. Emang sih mereka gak meninggal karena cov...