•••
Malem ini Yoji nyasar ke kamar Shaka karena mereka punya rencana buat nobar film mumpung Shaka udah bisa download aplikasi Netflix MOD. Tenang aja, ada wifi di kos kok meski kadang jaringan error erroran, biasa lah, indiehomo.
"Film horornya udah tayang kan Ka?"
"Udah elah, bawel amat lo."
Bukan apa apa, masalahnya Yoji udah nanya hal yang sama hampir lima kali.
Mendengar ucapan barusan, yang lebih muda cuma bisa haha hehe sambil ngemil kerak nasi dari magic com yang udah dia kumpulin. Selama masa corona kudu hemat dong, gak ada pop corn, kerak nasi pun jadi.
Ngomong ngomong, kedua remaja tersebut lagi tiduran di atas kasur dengan posisi tengkurap, terdapat sebuah laptop, bantal dan juga cemilan di hadapan mereka, sebuah amunisi untuk nonton film bersama.
"Yang teriak takut bakal dipukul ya." Yoji tiba tiba nyeletuk, mendapat anggukan setuju dri Shaka. Tantangan diterima, lagipula si tampan gak pernah takut sama hal hal beginian.
"Gue mulai ya."
Si tupai mengangguk semangat sebagai jawaban.
Klikk!!
Film dimulai, gak ada satupun dari mereka yang nampak tegang. Seperti biasa, semua dimulai dari perkenalan pemeran dan juga beberapa kilas adegan yang akan menjadi alur utama dari cerita, terdapat beberapa adegan dengan latar yang mencekam tapi sayang, semua itu gak terlalu berpengaruh untuk Shaka maupun Yoji.
Kayaknya nonton kartun happy three friend lebih horror.
Beberapa menit video terputar dan gak ada keanehan yang terjadi. Lalu ketika mulai memasuki scene tegang dengan keheningan ngeselin dan juga jumpscare yang siap menanti, tiba tiba-
CTAKK!!
"Shaka, gue buta!"
"Ini mati listrik, bodoh!"
Keduanya mendadak rusuh. Bukan, bukan karena kaget sama setan melainkan gara gara keadaan yang mendadak gelap. Wifi otomatis mati, membuat layar laptop menampilkan penampakan hantu yang tepat berada di depan layar.
"Anjir, listriknya pasti belum diisi sama pak Jewaypi." Shaka bergumam, menghadapi situasi dengan cukup tenang.
"Kayaknya ini karma gara gara lo download aplikasi ilegal deh Ka." Yoji juga berucap santai, mencoba membenarkan posisi lalu mencari ponsel guna menyalakan flash untuk menerangi kamar.
Srett!!
"Akhh mata gue, aaa- cahaya ilahi!" Shaka auto merem, hampir jatuh dari kasur bahkan.
Haha hehe tanpa dosa setelah mengarahkan cahaya ponsel tepat ke mata yang lebih tua, Yoji lantas membantu untuk beres beres supaya gak ada insiden laptop keinjek atau kerak nasi yang tumpah di atas tempat tidur.
Kayaknya rencana nobar hari ini batal, yaudah deh, harus diundur di lain kesempatan.
"Eh Shaka, gimana kalau nonton film yang ada di hp lo aja?"
Karena baterai laptop udah sekarat, mending main ponsel aja. Sayang sekali Yoji gak nyimpen satu pun film yang menarik, tapi siapa tau Shaka punya.
"Gue adanya film bokep doang."
Yoji gak kaget sih, rata rata anak cowok memang menyimpan sesuatu berbau hentai di ponsel mereka.
"Gak apa, gas aja lah daripada gabut."
Sekarang masih jam delapan malam ngomong ngomong, gak asik banget goleran di kamar sendirian sambil nunggu listrik hidup. Mending nobar aja meski sesuatu yang akan ditonton adalah film dewasa.
"Yaudah deh kalau lo pengen."
Tanpa pikir panjang, mengabaikan potensi bahaya, kedua remaja tersebut memilih untuk nekat melanjutkan acara nobar dengan earphone yang menyumpal sebelah telinga.
Ternyata koleksi punya Shaka cukup lengkap. Mulai dari yang straight, homoan normal, homoan kasar, homoan halus, lesbi bahkan yang solo player. Yoji seperti menemukan harta karun bokep yang terpendam.
Menonton film sesuai dengan pilihan dari Yoji, mereka nampak larut dengan adegan yang terputar serta desahan yang terlontar. Awalnya si tupai gak punya niatan aneh aneh, kalau ngaceng pun, palingan nanti dia bakal pergi ke kamar mandi terus bersolo karir. Gak ada sedikitpun niat untuk-
"S-Shaka, lo ngapain nindih gue anjir?"
Ternyata Shaka engas gaes. Maklum lah, ngaceng gara gara liat pemeran uke di film yang mirip sama Yoji. Rata rata postur mereka hampir sama, kecil, mungil tapi pantat montok. Mencurigakan banget si Shaka nih.
"Shaka- woy!"
Belum sempat memproses, tau tau tubuhnya udah dibalik menghadap atas dengan suatu beban yang terasa menekannya. Itu tubuh Shaka, sengaja mengukung Yoji supaya gak bisa bergerak dan lebih mudah digrepe.
"Stt...jangan berisik Ji, nanti yang lain denger."
Masalahnya, kamar Shaka berseberangan dengan kamar Al, cuma dipisah oleh lorong menuju toilet aja. Kalau kekerasan, yang ada Al malah dateng ngegerebek. Ya berdoa aja semoga pemuda pucat tersebut lagi main ke kamar pacarnya.
"Lo mau ngapain?" kali ini Yoji bertanya dengan nada yang cukup pelan.
Diantara gelapnya malam, Shaka mendekatkan wajah ke arah yang lebih muda, "Mau macem macemin lo, kayak di video barusan."
Oke, Yoji paham sekarang.
"Yaudah, tapi pelan pelan, gue gak bisa nahan desahan kalau lo kekencengan."
Mereka itu friend with benefit, ingat?
Ngulas seringaian lebar, Shaka lantas meraba ke samping guna mencari ponsel miliknya. Video langsung ia close, beralih menghidupkan flash lalu arahkan ke atas sehingga kamarnya bisa sedikit terlihat meski diterangi oleh cahaya redup nan remang.
Dan begitulah, di antara kesunyian malam, Yoji nampak menutup mulutnya menggunakan kedua tangan guna meredam rintihan tertahan ketika milik Shaka menerobos masuk ke dalam.
Sungguh perkara yang indah dari sebuah insiden mati lampu.
To Be Continue
Tertanda, 25/07/2022
Bee, yuhuu aku baru kelar UAS
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House [Stray Kids]
FanfictionKos kosan Bapak Jewaypi selalu ramai, apalagi pas masa masa lockdown kayak gini. Diprediksikan tempat ini akan berhasil menciptakan lulusan homo yang berkualitas, berkompeten dan berjiwa saing internasional. Emang sih mereka gak meninggal karena cov...