•••
Di luar boleh keliatan dewasa, tapi kalau pas sama Kenan- itu merupakan sebuah pengecualian.
"Eh mong mong, tau gak? Tadi Ardan curhat."
Belum ada satu jam dan berita udah menyebar. Biasa lah, calon suami-suami harus saling sharing berita yang didapat.
"Cuhat? Kenapa tuh anak? Tumben banget."
Kali ini Kenan lagi mode jinak, dia bahkan berinisiatif ngapel ke kamar mas pacar.
Merebahkan diri di atas lantai karena masih ngerasa gerah setelah bersih bersih, Al lantas menggulingkan tubuh ke samping demi menatap sang kekasih yang tengah menempati kasur miliknya.
"Galauin Raksa."
"Ohh...jadi, Ardan beneran suka sama Raksa?"
Yang lebih tua mengangguk sebagai jawaban sementara Kenan nampak mengedikkan bahu acuh, dia gak terlalu kaget.
"Terus Raksanya gimana?"
"Naksir cewek di sekolahnya."
"Pftt...anjir kasian, ngenes banget nasib si dower."
Tolong maafkan kebiasaan buruk Kenan, dia kadang suka khilaf tertawa di atas penderitaan orang lain.
"Tapi endingnya udah ketebak sih, kayaknya mereka berdua bakal susah buat bersatu." Kenan kembali berucap setelah berhasil menghentikan tawa. Bukan bermaksud gimana gimana atau menyimpan dendam pribadi, tapi main logika aja lah, pasti bakal banyak rintangan kalau Ardan sama Raksa beneran pacaran.
"Yaa..takdir gak ada yang tau, kita doain aja yang terbaik buat mereka."
Mendengar ucapan bijak Al yang udah kayak pemuka agama, Kenan lantas menganggukkan kepala. Dia beneran doa dalam hati loh ya, jangan kalian berburuk sangka.
Baru aja ingin melanjutkan sesi gibah, tiba tiba suara ribut dari luar mengalihkan perhatian pasangan semi harmonis tersebut. Saling pandang sebentar, Al serta Kenan langsung beranjak keluar pas mencium aroma khas kebakaran.
"AIR AIR AIR!!"
"WOY INI GIMANA CARA MATIINNYA?!"
"ULAH SIAPA INI COK?"
"GUE, YA MAAF, KAN LUPA."
Begitu keluar dari kamar, mereka langsung disambut dengan kegaduhan di dapur. Asap nampak mengepul cukup banyak sementara kompor di depan sana udah kelalap api.
"ITU GIMANA CERITANYA BISA KEBAKAR?" Al refleks teriak, kaget dia.
"MAAF KAK, TADI GUE KELAMAAN MAIN TIKTOK."
Jadi secara singkat, semua ini karena ulah Avi. Tuh anak lupa lagi masak opor terus ditinggal buat nyoba trend baru di tiktok. Gak berpotensi kebakaran sih kalau aja Avi gak menutup teflon tersebut menggunakan alat berbahan plastik.
Awalnya meleleh, kena api, lama lama malah atraksi flambe.
"Minggir minggir kalian!" itu suara Yuda, pemuda tampan tersebut nampak datang dengan sembuah kain basah di tangan.
Untungnya Yuda peka dan cekatan, alih alih teriak teriak kayak Avi, Yoji, Shaka sama Ardan, sosok berahang tegas tersebut langsung ngelepas baju yang dia kenakan terus bahasin menggunakan air dari keran wastafel.
Gak apa deh, lagipula kaosnya udah buluk. Kaos berisi lambang partai, sang bapak tercinta yang maksa dia untuk membawa benda tersebut. Maklum lah, bapaknya Yuda main politik.
Cshhh!!
Api berhasil dipadamkan, kompor langsung dimatikan dan mereka sontak batuk batuk gara gara asap yang keluar semakin banyak.
"Lain kali ya hati hati atuh Vi."
Disela kabut yang perlahan menipis, mereka sontak mematung begitu menyaksikan penampakan Yuda saat ini. Sosok kelahiran Agustus itu keliatan begitu, emm- menggoda.
"Sumpah, gue kira perawakan lo kayak babi, kenapa bisa sixpack gini sih?" Yoji asal nyeplos, dia gak tau aja kalau Yuda mempunyai beberapa peralatan olahraga di kamar. Lagipula gak heran, pemuda tersebut kan sering turun buat tawuran.
"Kenapa? Iri ya?" ngulas senyum miring, Yuda bertanya dengan nada ngeselin.
"Halah, bubar aja bubar."
Yang lain pada kabur, males bersihin dapur, biarin Avi aja lah.
"Vi, kok bengong? Itu lelehan tutup pancinya dibersihin dulu."
Mencebik gara gara ditinggal, fokus Yuda langsung teralihkan pada sosok koala mungil yang masih berdiri diem di dekat sana. Kayaknya Avi terpukau sama abs dan bisep Yuda.
Wajar ada sih, dada tersebut nampak bidang dan kokoh, kayak nyaman aja buar disenderin. Selain itu lengan Yuda kayaknya enak buat dipeluk, apalagi kalau lengan berbisep tersebut melingkar di tubuhnya. Terus perut Yuda, alih alih buncit karena keseringan makan, area itu justru mencetak enam kotak kotak dengan sempurna. Kenapa tubuh Yuda bisa sebagus ini?
"Vi? Avi? Oy burik!"
"A-ah ya? Kenapa?"
"Malah bengong, itu beresin dulu. Gue mau ke kamar."
Gak tau kenapa, Avi malah gelagapan.
"Iya iya, gue bersihin."
Gak mau ambil pusing, yang lebih tua lantas jalan ke lantai dua dengan keadaan masih telanjang dada. Ternyata seru juga pamer aset ke orang orang, selain Al, kayaknya mereka pada iri.
"Hahaha!" mengingat reaksi penuh iri dengki beberapa menit yang lalu, Yuda malah jadi ketawa tawa sendiri. Pemuda tersebut berniat untuk ngegunting lengan pakaiannya biar bisa pamer bisep. Kenapa gak dari dulu aja coba?
Sementara di sisi lain, Avi masih keliatan bengong sambil menatap kepergian Yuda. Tuh anak mendadak salting tanpa alasan yang jelas, ngebuat pipi berhias freckhles tersebut jadi terhias rona merah samar.
"Sialan, kok tubuh Yuda bagus banget."
Sepertinya, udah ada yang kepincut.
To Be Continue
Fyi, aku lagi depresot sama tes bahasa inggris besok sampe sampe buku catetan aku taruh di bawah bantal. Siapa tau selama aku tidur, ilmunya bisa terserap 😭🙏
Tertanda, 12/05/2022
Bee, pengen skip besok
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House [Stray Kids]
Fiksi PenggemarKos kosan Bapak Jewaypi selalu ramai, apalagi pas masa masa lockdown kayak gini. Diprediksikan tempat ini akan berhasil menciptakan lulusan homo yang berkualitas, berkompeten dan berjiwa saing internasional. Emang sih mereka gak meninggal karena cov...