•••
Kenan jalan ke arah toilet lantai satu demi mengambil cucian di mesin pengering untuk kemudian dijemur di rooftop. Namun sayang, langkahnya langsung terhenti begitu mendengar isakan samar yang bersumber dari arah pojok.Berjalan mendekat dengan langkah was was, Kenan sontak membulatkan mata terkejut begitu mendapati Raksa yang meringkuk di dekat jendela pada ujung lorong. Yah, untungnya yang dia temui bukan setan.
"Astaga Sa, lo kenapa?" Kenan langsung mendekat, bertimpuh di hadapan Raksa lalu memeluk tubuh mungil tersebut dengan lembut.
Si rubah sedikit terkejut ketika mendapati kehadiran yang lebih tua. Padahal Raksa sengaja nangis di sini supaya gak ketauan siapapun, tapi sayangnya Kenan justru berhasil nyiduk dirinya.
Masih terisak sampai pakaian yang Kenan kenakan ikut basah, Raksa gak mau mengatakan apapun yang mana hal itu membuat Kenan makin kebingungan. Adik bontotnya kenapa dah?
"Ardan mana Sa?"
Diantara seluruh pertanyaan yang berkeliaran di kepala, si puppy memutuskan untuk menanyakan yang ini. Bukan apa apa, biasanya kan Ardan selalu ada di sisi Raksa layaknya anjing penjaga, tapi sekarang tuh anak malah gak keliatan batang titidnya.
Masih gak mendapat jawaban apapun selain gelengan kepala, perlahan Kenan mulai mengerti dengan situasi yang terjadi. Dengan cepat ia berhasil menyimpulkan bahwa Raksa sedang bermasalah dengan Ardan. Gak mungkin si rubah gak mau menjawab pertanyaan tentang Ardan kalau pemuda tersebut lagi adem adem aja sama sang kakak, terlebih lagi Ardan gak muncul untuk menenangkan yang lebih muda. Jadi begitulah, dapat dipastikan bahwa kedua pemuda tersebut lagi berantem.
Paham, Kenan pun gak menanyakan apapun lagi, fokus menenangkan Raksa sampai tangisan layaknya anak kecil tersebut bisa berhenti.
Sebenernya Kenan gak ingin ikut campur dengan masalah orang lain, tapi sepertinya mau gak mau dia harus ikut turun tangan sekarang.
━━━━━━━━━ 🕊 ━━━━━━━━━
b o a r d i n g h o u s e
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━Bener dugaan, hubungan antara Ardan sama Raksa keliatan gak bagus. Penghuni lain juga menyadari hal itu namun gak ada yang berinisiatif untuk bertanya. Sejauh ini mereka masih memantau keadaan, kalau udah parah, baru deh pasung si Ardan.
Lalu ketika menyantap sarapan bersama pagi ini, Kenan lantas menghela nafas panjang sebelum akhirnya membuka suara karena gak tahan dengan atmosfir dingin yang menyelimuti mereka.
"Dan, lo apain adik lo sampai nangis gitu sih kemaren?"
Kenan nanya baik baik loh, tapi gak tau kenapa Ardannya malah nyolot, "Oh, jadi dia ngadu ke lo?"
Gak terima dituduh, Raksa langsung membela diri, "Aku gak ada cerita apa apa ke siapapun, Kak Ardan kalau marah sama aku jangan nuduh nuduh gini dong."
Yoji yang baru aja mau menyuapkan makanan ke dalam mulut sontak menghentikan gerakan. Avi serta Yuda saling berpandangan bingung sementara Shaka, Nanta sama Al cuma bengong memperhatikan perdebatan barusan.
"Lo kenapa sih Dan? Kasian Raksa lo gituin."
Mencoba membela Raksa karena ngerasa di sini memang Ardan yang salah, Kenan secara gak sengaja telah membuat keadaan bertambah buruk. Ardan bahkan langsung kehilangan nafsu makan lalu pergi dari sana.
Mengabaikan panggilan dari yang lain, Ardan tetap melanjutkan langkah menaiki tangga lalu kembali ke kamarnya.
"Hahh..."
Punggung disandarkan di balik pintu, remaja berbibir tebal tersebut langsung menjambak rambut frustasi sambil sibuk merutuk dalam hati.
"Maafin kakak dek."
Tubuh Ardan meluruh, duduk di lantai dengan pandangan kosong serta pikiran yang kembali pada kilas balik beberapa minggu lalu.
Sungguh, ini menyiksa. Ardan bener bener ngerasa bersalah karena udah ngebuat Raksa sedih. Tapi di sisi lain, Ardan mempunyai alasan yang kuat dibalik perilakunya akhir akhir ini.
Iya bener, pada akhirnya kedua orang tua mengetahui hubungan gak normal diantara anak anaknya. Hanya sebuah kesialan kecil yang berbuntut panjang, Ardan hanya iseng mencium bibir adiknya ketika tertidur, dia hanya gak tau kalau sang mama ternyata udah pulang ke rumah.
Dan ya begitulah, sekalinya Ardan mendapati kehadiran wanita tersebut di rumah, semua justru berubah kacau. Raksa berencana akan dipindahkan ke rumah paman serta bibi mereka yang berada di negara berbeda, Ardan menolak tegas hal tersebut karena gak mau berpisah dengan rubah kesayangan.
Lalu semua terjadi begitu cepat, Ardan berjanji akan menjaga jarak dari Raksa sehingga anak itu gak perlu dikirim ke tempat yang jauh. Ardan tentu belum memiliki persiapan, masih mengenyam pendidikan dan gak mempunyai penghasilan apapun. Gimana pun, Ardan gak akan bisa menang melawan kedua orang tuanya saat ini.
Maka dari itu, mau gak mau pada akhirnya ia mulai mengikuti arus untuk sementara, setidaknya sampai Ardan yakin bahwa dirinya sanggup menghidupi diri dan juga sang adik ketika bener bener diusir dari rumah.
Sayang sekali Ardan adalah pemuda bodoh yang terlalu mementingkan perasaan Raksa. Dia gak mau membebani si manis sehingga Ardan memutuskan untuk memendamnya seorang diri. Mulai menjauh, menjaga jarak lalu meledak karena menderita luka seorang diri.
Ardan pikir semua akan baik baik aja, tapi sepertinya Raksa tetap terluka dengan pilihannya saat ini. Sungguh, Ardan gak tau apa yang harus ia lakukan. Pikirannya makin kalut ketika mengetahui bahwa sang adik menangis karena dirinya.
"Maaf dek, maaf."
Kini Ardan mulai menyadari jika dirinya gak berguna dan hanya bisa memperburuk keadaan. Bener bener kenyataan yang menyebalkan.
To Be Continue
Tertanda, 30/07/2023
Bee,
KAMU SEDANG MEMBACA
Boarding House [Stray Kids]
FanfictionKos kosan Bapak Jewaypi selalu ramai, apalagi pas masa masa lockdown kayak gini. Diprediksikan tempat ini akan berhasil menciptakan lulusan homo yang berkualitas, berkompeten dan berjiwa saing internasional. Emang sih mereka gak meninggal karena cov...