Semilir angin berhembus pelan, hawa dingin menempel pada permukaan kulitnya. Keheningan melanda, tidak ada percakapan atau suara yang keluar dari dua orang yang tengah duduk.
Dino sempat melupakan permintaannya kemarin, akhirnya cowok itu menyuruh Minnie menghampirinya di atap saat jam pulang. Awalnya Minnie menolak namun tahu maksud Dino, akhirnya Minnie mengiyakan ajakan cowok itu.
"Makanannya kan udah enggak enak, kenapa kamu masih mau makan?" tanya Minnie.
Dino tampak menikmati makanannya, meski sebenernya rasa makanan itu mulai sedikit basi. Alasan Dino tetap memakan makanan Minnie adalah Dino bukan orang yang suka membuang makanan, apalagi karena kecerobohannya. Jadi selagi masih bisa dimakan maka Dino akan memakan makanan itu.
"Lo masak gak kebanyakan? Pasti ibu lo nanya kenapa bawa bekal sebanyak ini."
"Ibu aku justru malah nyuruh lebih. Katanya sebagai ucapan terimakasih."
Maafkan Minnie harus berbohong. Semua ini atas permintaan Juna untuk tidak memberi tahu yang sebenarnya. Sebenarnya Minnie sendiri penasaran dengan hubungan kedua cowok itu tapi ibunya pernah memberitahu kalau seseorang tidak baik jika ingin tahu urusan orang lain.
"Gue selesai, makasih makanannya."
Minnie mengangguk, membersihkan peralatan makannya. Namun belum sempat masuk tasnya, Dino lebih dulu mengambilnya, "gue yang nyuci, besok gue kembaliin," ujar Dino.
"Gak usah biar aku aja." Minnie berusaha merebut kembali peralatan makannya namun dengan cepat Dino pergi. Sehingga mau tak mau dirinya mengalah. Cewek itu menyusul Dino untuk keluar dari area sekolah bersama. Langkah mereka seiring, raut wajah Dino yang datar.
Suasana koridor sangat sepi, sudah banyak murid yang pulang. Secara tiba-tiba Minnie teringat sesuatu, mau tidak mau cewek itu harus melangkah berlawanan dengan arah Dino. Ada sesuatu yang harus ia lakukan sebelum pulang sekolah.
Teman sekelasnya mulai ikut membully nya, mungkin karena Minnie sering di kerjai oleh murid kelas lain sehingga teman sekelasnya pun mengikutinya. Tadi saat istirahat, jauh sebelum Juna datang, segerombolan geng di kelasnya menghampirinya. Menyuruh dirinya untuk membersihkan kelas setiap pulang sekolah dengan alasan perintah dari Dino. Mendengar kata Dino spontan Minnie mengiyakan ucapan geng itu. Ingat ancaman Dino padanya malam itu, sepertinya kalimat itu cukup mempan membuatnya takut.
Minnie melupakan Dino yang tadi sempat berjalan bersamanya, cewek itu langsung menyapu kelas. Minnie yakin tanpa di beritahu atau bertanya Dino sudah tahu kemana ia pergi, mengingat ini adalah perintah dari cowok itu. Meski pada kenyataannya Dino sama sekali tidak menyuruh segerombolan geng itu.
"Ngapain lo?"
Minnie menoleh, kaget melihat Dino ada di depan pintu kelasnya, berdiri menatap dirinya bingung.
"Mau piket kelas dulu."
"Besok aja, sekarang pulang udah sore. Ibu lo bisa nyariin nanti." Dino menyeret paksa Minnie. Jujur, ucapan cowok itu ada benarnya. Hanya saja akan jadi masalah untuknya jika kelas tidak di bersihkan.
***
Keheningan menyapa saat pintu terbuka. Tak ada tanda-tanda kehidupan, dengan malas Dino melangkahkan kakinya masuk. Rasanya sepi tidak ada bibinya. Padahal baru satu hari bibinya pergi. Sudahlah, lebih baik sekarang ia membersihkan diri.
Dino mengurungkan niatnya, cowok itu berjalan menuju dapur dimana meja tersusun apik dengan makanan diatasnya. Mengindahkan pandangannya, Dino sama sekali tidak mendapati seorang pun. Sampai ekor matanya menemukan sticky note di samping piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doll
Teen Fiction"Wah ada pacar baru nih!!" "Bukan pacar tapi boneka gue tepatnya."