Waktu memang tidak ada yang bisa menebak, berubah seakan tidak ada hambatan. Laras, cewek yang sangat mengenal Dino. Teman yang dulu sangat dekat dengannya. Namun perlahan kata dekat itu mulai menjauh, tepat setelah keduanya beda kelas. Dino yang dulu perhatian padanya seakan hilang kala sosok Minnie datang. Membuat Laras kesal dengan keberadaan cewek itu. Laras merasa Minnie telah merenggut Dino darinya.
Dino sering kali berkata pada Laras untuk berhenti membully orang. Namun sayangnya cewek itu sama sekali tak menggubris ucapannya. Dino lelah dengan sikap temannya yang kurang baik itu. Dino kerap kali menegur Laras namun sayang, cewek itu tetap dalam pendiriannya, bahkan Laras tidak segan untuk menjauh dari Dino jika cowok itu masih melarangnya. Dino sendiri masih ingat saat Laras menyuruhnya menjauh, jadi dalam kasus ini memang kesalahan berada pada Laras bukan Dino.
"Sejak kapan lo di ganggu mereka?!" tanya Dino dengan penekanan.
Minnie menunduk, cewek itu menangis dengan isak tangis yang tertahan. Dino secara spontan membawanya ke atap. Tempat dimana mereka berdua sering bertemu. Dino marah namun bukan pada Minnie, dirinya secara spontan merasa khawatir entah karena apa. Melihat Minnie hanya diam membuat rasa khawatirnya bertambah.
Bahu Minnie bergerak tanpa irama, meski pelan Dino masih menangkap suara tangis yang tertahan. Ia tahu Minnie menangis, dengan gerakan pelan Dino membuka jaket yang sedang ia dikenakan lalu memasangnya pada Minnie.
Dino menarik lengan cewek di depannya pelan, membawa dalam pelukannya. Perlahan tangisan Minnie mulai terdengar, tidak lagi tertahan. Dino memejamkan matanya saat suara Minnie terdengar. Tangisan putus asa dan rasa takut, Dino sangat faham itu.
Sampai beberapa menit, tangisan Minnie mereda. Cewek itu melepas pelukannya. Menatap Dino dengan mata merahnya. Hidungnya merah, entah kenapa membuat Dino tersenyum. Jujur, ini pertama kali bagi Minnie melihat Dino tersenyum kearahnya.
Tanpa berbicara, Dino merapihkan rambut Minnie yang berantakan. Penampilan cewek didepannya membuat ia meringis, Minnie sangat jauh dari kata baik, semuanya sangat berantakan.
"Lo diapain aja sama mereka?" tanya Dino, kali ini dengan suara lebih lembut.
Minnie menatap Dino, mata cowok itu indah. Seakan ada magnet yang terus menariknya untuk memandang kedua bola mata itu. Ini adalah pertama kalinya Minnie menatap Dino sedekat ini.
"Aku gak papah. Maaf baju kamu ikut kotor gara-gara aku," lirih Minnie.
Dino menggeleng, "Gak papah bisa gue cuci nanti."
Kecanggungan melanda, baik Dino maupun Minnie bingung harus melakukan apa. Keadaan tadi sangat spontan sehingga mereka tidak memikirkan waktu berikutnya yang akan datang. Tanpa sadar seseorang memperhatikan interaksi keduanya. Laras mengeram kesal, telapak tangannya mengepal kemudian pergi.
***
"Minnie kenapa dengan baju kamu nak?"
Minnie tersentak. Ia pikir ibunya masih menjaga toko, biasanya saat pulang ibunya selalu tidak ada di rumah, sekarang ibunya pasti curiga.
"I-ini, sebenarnya di sekolah akan ada festival besok dan hari ini teman sekelas mempersiapkan besok..."
"J-jadi baju aku kotor saat mereka memainkan tepung dan cola. Mereka sedikit membuka cola nya untuk bermain dan tepung untuk membuat kue."
Sedikit tidak percaya namun sang ibu mengangguk. Mungkin apa yang dibilang anaknya adalah kebenaran, "yasudah bajunya taruh di belakang lalu mandi, setelah itu makan."
"Iya bu," Minnie berlalu. Gadis itu bernafas lega karena ibunya percaya. Jujur, Minnie sedikit takut tadi, namun ibunya percaya, setidaknya itu menghilangkan rasa ketakutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doll
Teen Fiction"Wah ada pacar baru nih!!" "Bukan pacar tapi boneka gue tepatnya."