Bergerak tidak nyaman, rasa lengket memenuhi area lengan, basah di bajunya masih terlihat, membuat fokusnya hilang saat pelajaran. Tangannya terus di kibaskan ke arah lengan baju yang tadi terkena jus.
Minnie risih dan tidak nyaman dalam waktu bersamaan tanpa ada yang tahu dan sadar. Semua mata tertuju pada papan, dimana banyak sederet angka yang cukup melmbuatnya pusing. Namun, dari sekian banyak orang, ada satu orang memperhatikan gelagatnya, tidak lain adalah Dino.
Cowok itu sadar bagaimana Minnie bergerak tidak nyaman sedari tadi, namun Dino sendiri tak tahu harus berbuat apa. Sampai bel pelajaran berbunyi, Minnie cepat-cepat bangun dari duduknya.
Sepertinya warna kuning di lengannya berasal dari mangga, buah yang paling tidak ia suka. Meski sebelumnya Minnie sudah membersihkannya, tapi tetap saja rasa lengketnya tetap melekat di bajunya.
Tidak peduli sekarang bajunya basah, Minnie tetap membasuhnya dengan air. Sekarang seragam putihnya tembus pandang sehingga kulitnya lengan terlihat dan sedikit menempel pada lengannya.
Namun sepertinya ketenangan belum bisa menghampirinya. Secara tiba-tiba, tiga orang datang ke hadapannya, menyuruh dirinya pergi ke kantin membelikan mereka jajanan, tentu saja menggunakan uang jajannya.
Ingin menolaknya? Tentu saja, tapi Minnie tidak bisa melakukan apa-apa, mereka mengancam akan berbuat lebih buruk padanya jika menolak, terpaksa uang jajannya tiga hari ke depan tandas.
"Ini." Minnie menyerahkan sebungkus plastik lalu pergi. Ia tidak ingin berurusan pada orang itu lagi. Minnie pastikan ini terakhir kali ia keluar saat istirahat, mungkin kedepannya ia tidak akan keluar kelas jika waktu istirahat.
"Semua jadi berapa?"
Minnie tersentak, "Kamu sejak kapan ada disini?" tanya cewek itu.
Minnie bingung tapi juga penasaran, seingatnya tidak ada siapapun di sebelahnya, tapi kenapa mendadak Juna ada di sebelahnya.
"Sejak lo ngasih jajanan ke mereka. Jadi, jumlahnya berapa?" tanya Angga kembali.
"Jumlah apa?"
"Jumlah uang buat beli itu semua."
"A..i-itu..gak sampe sepuluh ribu..."
Juna tersenyum, "lo gak bisa bohong Nia," ucapnya sambil mengelus puncak kepala Minnie, membuat si empunya kaget.
"Ini, gue tau uang lo pasti banyak ke kuras. Anggap aja sebagai permintaan maaf atas ulah Dino."
Juna menyerahkan selembar kertas berwarna biru kemudian pergi. Jumlah uang yang sangat banyak untuk mengganti uangnya yang tadi terpakai. Tapi bukan itu masalahnya, yang jadi pertanyaan kenapa harus Juna yang mengganti uangnya. Tidak, lebih baik Minnie kembalikan. Ini bukan haknya apalagi miliknya.
Minnie sedikit berlari mengejar Juna. Namun dengan sialnya ia bertemu Dino di lorong. Cowok itu menarik lengannya paksa, membawanya ke kantin, tempat yang baru saja ia datangi beberapa menit yang lalu. Tanpa aba-aba Dino menyuruhnya duduk, membawakan dirinya sepiring batagor dan es teh.
"Temanin gue makan," ucap Dino.
Minnie melebarkan matanya. Apa-apaan Dino, kenapa harus dirinya yang menemani disaat teman-temannya pun bisa.
Uang jajannya sudah habis sehingga Minnie hanya bisa menelan ludah melihat jajanan disini. Jujur, semuanya yang ada di sini sangat menggoda imannya, mengingat ia sendiri tipikal cewek yang tidak bisa lepas dari makanan dan mudah tergoda pada makanan.
"Gue lihat lo tadi di kasih uang sama Juna, kenapa gak di jajanin?" tanya Dino di sela makannya.
"Itu bukan uang aku, tadinya aku mau balikin tapi keburu kamu tarik kesini," Jawab Minnie.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Doll
Teen Fiction"Wah ada pacar baru nih!!" "Bukan pacar tapi boneka gue tepatnya."