Satu

15 2 0
                                    

Senyuman indah terukir di wajah seorang gadis cantik tapi sederhana. Hari yang ditunggu sekian lama akhirnya datang, menjadi pelajar untuk menempuh ilmu.

Setelah memantapkan jiwanya, langkah kaki pun bergerak. Menelusuri koridor yang panjang tanpa berujung. Menikmati deru langkah yang terdengar jelas. Suasana begitu sepi meski sudah memasuki waktu siang. Namun, karena hari ini, hari pertamanya, mungkin masuk sedikit siang bukan masalah besar.

Tiffania minnie, gadis cantik dengan penampilan sederhana. Rambut yang sering di ikat dan poni yang tertata rapih, membuat kesan imut jika di lihat. Sorot matanya yang polos menambahkan sisi keimutan tersendiri dalam dirinya. Sifatnya yang manja dan polos, kerap kali membuatnya di bully karena di anggap bodoh. Meski sebenarnya gadis itu sadar jika ia hanya dijadikan objek pembullyan teman-temannya.

Orang-orang memanggilnya dengan sebutan Nia tapi orang tuanya lebih sering memanggil dengan nama Minnie. Ia bukan keluarga terpandang atau kaya, tapi setidaknya keluarganya masih mencukupi biaya hidup dan sekolahnya. Satu fakta yang harus di ketahui, bahwa Minnie adalah anak baru, setelah tiga bulan ia hiatus sekolah.

Sebenernya Minnie pindah bukan karena masalah pribadi tetapi karena perpindahan kerja pada ayahnya, sehingga mau tak mau ia dan ibunya harus ikut pindah demi ayahnya.

"Hei kamu yang di sana, kenapa belum masuk ke kelas?!!!!"

Minnie berbalik, matanya menangkap sosok pria paruh baya yang lumayan tinggi. Gadis itu melihat sekeliling, hanya ada dirinya di sini, mungkinkah yang di maksud orang itu adalah dirinya? Tanpa berfikir panjang Minnie menghampirinya, sekalian bertanya dimana kelasnya.

"Kamu tau ini jam berapa!!"

"jam delapan," jawab Fani kelewat polos.

"Lalu kenapa masih di sini!!! Kamu telat kan, cepat lari sepuluh putaran!!"

Membelakkan matanya, Minni kaget dengan pernyataan orang didepannya, "Eh pak tunggu dulu!!" cegahnya saat orang itu berlalu.

"Apa lagi?!"

"Saya anak baru di sini dan saya belum tahu kelas saya di mana."

Hening beberapa saat, "Ah benarkah? maaf, saya kira kamu sudah lama di sini. Kalau gitu ikut saya ke kantor,"
Minnie mengangguk, menghela nafasnya lega.

Sepanjang jalan Minnie menatap detail bangunan yang ada, ia akui sekolah ini sangat bagus. Bangunannya mewah dan besar. Belum lagi bermacam bunga indah bermekaran di pinggir taman. Tak heran murid di sini keren-keren, Minnie yakin di sekolah ini penuh dengan orang-orang kaya saja.

"Baik nak, ini kelasmu. Tunggu sebentar saya akan panggil guru yang berada di dalam."

Minnie mengangguk lalu kembali melihat sekeliling. Mungkin orang yang melihatnya akan berfikir ia anak culun, apalagi dari segi penampilan ia tidak ada apa-apanya dengan mereka. Lihat saja dirinya, rambut di kuncir kuda, memakai kacamata, dan hoodie yang di kenakan pun sedikit pudar. Tapi siapa peduli, yang penting dirinya bisa sekolah kembali.

Di tengah Keasikannya memandang, seseorang memanggil, membuyarkan lamunan yang sejak tadi terbayang, menyuruh Minnie masuk kedalam kelas. Tanpa ragu ia masuk dengan senyuman, matanya kembali menatap sekeliling, di mana banyak murid menatap dirinya.

"Anak-anak kita kedatangan teman baru, ibu harap kalian bisa berbaur dan berteman dengan baik. Devinia, silahkan perkenalkan diri."

Minnie tersenyum, wajahnya terus ceria tanpa rasa gugup sedikit pun. Sebenarnya ia merasa banyak murid menatapnya aneh. Penampilannya kentara biasa dan mungkin terlihat kucel.

"Hai, namaku Devinia minnie, biasa di panggil Nia salam kenal."

Minnie tersenyum canggung saat tidak dapat respon dari yang lain, "Baiklah Nia, kamu bisa duduk di sebelah siswa yang sedang tidur itu."

My DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang