Tiga

18 4 0
                                    

"Gak seharusnya lo tinggalin Nia gitu aja, itu tugas lo."

Dino berhenti, langkahnya spontan tertahan saat suara familiar terdengar di telinganya. Membuatnya menahan diri untuk beranjak lebih jauh.

Juna, cowok itu berjalan ke arah Dino, berdiri tepat di hadapannya. Menatap Dino dengan raut tak sukanya, sementara yang ditatap hanya memasang wajah datar. Entah kenapa keberadaan Juna saat ini justru membuat moodnya lebih buruk. Bahkan dari ucapannya barusan terlihat jelas kalau cowok itu lebih menyalahkan dirinya karena meninggalkan Minnie di perpustakaan.

"Bukan urusan lo," Dino kembali melangkah.

Bertatapan dengan Juna sedekat tadi hanya akan membuatnya emosi tak jelas. Namun sebelum melangkah, Juna lebih cepat meraih tangan Dino, menghentikan kembali langkah cowok itu. Bagaimana pun juga ini salah dan Juna tidak ingin adiknya berada di jalan yang salah, karena perbuatan salah akan terus terjadi jika tidak di hentikan.

"Tapi yang lo berbuat itu salah, gimana pun juga itu tugas lo bukan Nia!"

"Lo ngebela cewek kampung kaya dia? Ck, selera lo menurun," ucap Dino.

"Ini bukan masalah cewek, tapi tindakan lo udah salah. Apa mama dan ayah pernah ngajarin lepas lo dari tanggung jawab," ujar Juna.

"Apa mereka juga berfikir kalau gue itu masih tanggung jawab mereka. Lo tau alasan kenapa gue pergi dari perpus, itu karena lo. Gue tau lo nunggu gue di depan pintu, seandainya lo gak nunggu gue, mungkin gue masih ngebantuin dia di perpustakaan. Gue gak suka lo deketin gue, semuanya udah beda gak kayak dulu!!" bentak Dino.

Cowok itu menghempas tangan Juna kasar, meninggalkan cowok itu seorang diri di koridor yang sepi.

Juna faham, sangat faham dengan ucapan Dino terakhir kali. Tapi jujur, Juna sangat menyayangi adiknya. Juna tahu kejadian itu bukan salah Dino, semua murni kecelakaan dan takdir, mana mungkin seseorang melawan takdir atau menyalahkan takdir. Mungkinkah Dino membenci dirinya, membenci sosok kakak yang selalu menemaninya saat kecil, mengingat alasan utama Dino di usir adalah karenanya.

Melupakan masalah itu sejenak, Juna memilih menuju perpustakaan. Menghampiri Minnie yang masih membereskan buku-buku. Tanpa berbicara cowok itu membantu Minnie mengangkat buku-buku itu, membuat si empu terjengkit kaget akibat ulahnya.

"Maaf ya karena Dino pergi gitu aja," sesal Juna.

"Gak papah, kamu sendiri kenapa belum pulang?" tanya Minnie setelah selesai merapihkan buku.

"Ada sesuatu yang harus gue urus."

Minnie mengangguk pelan, kembali fokus pada pekerjaannya. Tidak lagi membuang waktu, tubuhnya sudah sangat lelah.

Dalam hati Minnie membatin, ia tak pernah bertemu dengan orang sebaik Juna. Dalam kehidupan lamanya, hanya di isi dengan penderitaan, semoga di sekolah ini Minnie dapat merasakan kebahagiaan menjadi murid.

"Udah selesaikan?" tanya Juna.

"Iya, makasih banyak udah bantu."

"Sama-sama."

Minnie beranjak setelah menyelesaikan tugasnya, di susul dengan Juna. Namun sebelum itu Minnie mengunci dulu perpustakaan. Memastikan semuanya aman, tadi penjaga perpus bilang untuk menguncinya jika sudah selesai dan memberikan kuncinya pada satpam sekolah.

Suasana begitu sepi karena murid sudah pulang, sebagian guru pun telah pulang mengingat hari semakin sore. Lagi dan lagi Minnie pulang terlambat, pasti ibunya akan menanyakan alasannya.

"Lo pulang ke arah mana?" tanya Juna.

"Kiri, di persimpangan jalan sana aku naik bis," jawab Minnie.

"Ayo gue antar, mumpung satu arah."

My DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang