Empat

3 2 0
                                    

Tak ada kata semangat untuk memulai hari. Semuanya seakan gelap meski matahari bersinar terang. minnie, gadis itu merasa hidupnya kembali suram setelah Dino berkata ia adalah bonekanya. Minnie memang tidak di bully banyak orang, tapi hidupnya seakan terikat dengan Dino. Cowok itu selalu menyuruh dan memaksa dirinya melakukan keinginannya, tanpa melihat ia mampu atau tidak. Orang-orang bahkan mulai menatap dirinya aneh dan remeh. Mungkin mereka berfikir cewek kumuh sepertinya bisa dekat Dino yang populer itu. Padahal jauh dari lubuk hati, Minnie sama sekali tidak ingin berurusan dengan Dino apalagi sampai terikat seperti ini.

Namun, sepertinya perkataan Minnie tentang yang membully nya sedikit sudah tak berlaku sekarang. Lama kelamaan orang mulai melakukan hal yang sama seperti Dino. Sama seperti saat ini, segerombolan cewek menghampirinya, menarik lengannya secara paksa menuju gudang. Di mana tempat yang gelap dan penuh debu. Entah apa tujuannya tapi jujur, itu sangat menakutkan.

"Gue perhatiin lo makin hari makin nempel sama Dino, gue tanya lo siapanya Dino!!" pekik cewek itu.

"Aku bukan siapa-siapanya, tolong lepasin tanganku ini sangat sakit," keluh Minnie.

Jujur, ini memang sangat sakit. Mereka memegang lengannya begitu kuat sampai kemerahan terlihat.

Tak mendengarkan keluhannya, cewek-cewek itu malah berbuat lebih padanya, mengacak rambutnya sampai mengotori hoodie. Menuangkan sesuatu di atas kepalanya, cairan yang cukup lengket dan bau. Minnie belum tahu itu apa, tapi yang pasti baunya sangat tidak sedap. Setelah selesai melakukan hal itu, cewek-cewek itu pergi. Meninggalkan Minnie yang sudah berada di lantai dengan keadaan mengenaskan.

"Jadi cewek jangan lemah."

Minnie mendongak, matanya menatap sosok di depannya. Berdiri dengan angkuh tanpa melihat kearahnya. Minnie menghapus air matanya yang sempat menetes lalu bangkit menyamai orang di depannya. Itu Dino, entah dari kapan cowok itu berada di sini.

"Ngapain kamu di sini?" tanya Minnie dengan suara serak akibat menahan tangis.

"Nyari boneka gue," jawab Dino.

"Aku lagi gak mood ngeladenin kamu," Minnie berlalu. Ia sudah tak tahan dengan lengket di bajunya. Ingin cepat-cepat membersihkan diri. Beruntung hari ini ada pelajaran olahraga, setidaknya ia bisa menggunakan pakaian itu sekarang.

"Berhenti atau lo akan dapat masalah keluar nanti."

Minnie berhenti, suara datar Dino membuatnya bergidik ngeri. Tanpa aba-aba cowok itu meraih tangannya, membawanya keluar lewat pintu yang berbeda. Minnie tidak paham, namun cewek itu tetap mengikuti kemana Dino membawanya.

Keduanya kini sudah berada di lantai dasar, bukan lagi di gudang atap sekolah. Minnie baru mengetahui kalau di sekolah ini punya dua tangga menuju atap dan itu berkat Dino.

Tapi ngomong-ngomong, kenapa cowok itu membawanya lewat pintu lain, tidak sama seperti yang tadi di masuki. Tidak sempat bertanya, Dino lebih dulu pergi.

Langkah cowok itu berhenti sebentar, "ganti seragam lo ke olahraga, gue gak mau duduk sama orang yang bau."

Minnie mencium bajunya yang bau. Tidak salah Dino berkata begitu, karena ia sendiri pun tak tahan dengan baunya apalagi orang.

***

"Kenapa pakai seragam olahraga?"

Minnie menoleh, seseorang tersenyum kearahnya. Menghampiri dirinya yang sedang menunggu bis. Keadaan sedikit canggung meski sebelumnya sangat dekat, atau mungkin lebih tepatnya Minnie yang menjaga jarak, semua kejadian yang ia alami membuatnya berfikir kembali untuk tidak mempercayai orang dengan cepat.

My DollTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang