13

208 53 2
                                    




[ 1 Oktober ]

[ Saat pelajaran olahraga, waktu berlari 100 meter setiap orang dicatat. ]

[ Pelari untuk lomba estafet pun ditentukan. Enam orang dari kelas kami, baik laki-laki ataupun perempuan akan berpartisipasi. ]

[ Junghwan adalah pelari tercepat, jadi dia yang akan menjadi anchor. ]



Di tengah lapangan, Junkyu duduk diam mendengarkan murid-murid yang dipilih oleh guru Choi sebagai perwakilan kelas untuk lomba estafet. Ia tidak terpilih, begitu juga dengan Jihoon, Asahi, Mashiho dan Yoshi.

Apa yang ditulis surat itu benar, Junghwan terpilih dan benar-benar dijadikan Anchor. Namun, ada isi lagi dari surat itu yang membuat Junkyu khawatir.



Saat hari dimulainya lari estafet, Junghwan memimpin di depan sampai akhirnya kaki dia terkilir dan dia pun terjatuh.

Akibatnya, kelas kami menjadi yang terakhir.

Junghwan merasa bersalah dengan kekalahan itu.



Junkyu melirik Junghwan, mengamati pemuda itu yang kini tengah berbincang dengan murid laki-laki yang sama-sama terpilih untuk lomba estafet.

Ada satu hal yang Junkyu sadari dari Junghwan. Entah perasaannya saja atau tidak, Junghwan terlihat khawatir ketika ia ditunjuk menjadi anchor.



Demi Junghwan, lakukan sesuatu agar dia tidak menjadi anggota tim estafet.




"Hhhh," hela nafas Junkyu.

"Junghwan!"

Merasa namanya dipanggil, Junghwan menoleh kebelakang, menatap bingung pada Jihoon dan Junkyu. Pemuda Park itu berjalan kedekatnya, lalu menepuk bahunya.

"Kalau kamu keberatan, biar aku saja yang menggantikanmu," kata Jihoon.

"Eh ?" Junghwan mengernyi bingung saat mendengar ucapan Jihoon.

"Benar ! Kalau kamu keberatan, lebih baik tidak usah melakukannya," timpal Junkyu yang kini sudah menghampiri Junghwan.

Mendengar perkataan dua orang itu membuat Junghwan terkekeh pelan. "Kalian ini kenapa sih ? justru aku sudah menanti-nantikan ini. Akhirnya aku bisa berguna untuk kelas kita. Aku senang kok dipilih," katanya.

"Benar ? apa kata-kata tadi benar-benar dari hatimu ?" tanya Jihoon lagi seraya menangkup kedua bahu Junghwan dengan tangannya.

Junghwan menganggukan kepalanya sekali lagi, meyakinkan temannya itu.

O R A N G E ~ HwanKyu VerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang