Cahaya diantara gelap

2.9K 35 0
                                    

***

___

___
Semua ini sangat menyakitkan, takdir terlalu kejam padanya. Abi tahu ia laki-laki, harus kuat harus tegar. Tapi Abi juga seorang anak, kehilangan kedua orang tua tidak akan pernah mudah bagi seorang anak, apalagi untuk bocah sepertinya.

Ia belum bisa cari uang, ia belum mampu hidup sendiri apalagi menghidupi adiknya, Abra. Ia syok, tentu saja. Kedua orang tuanya meninggal dengan jarak waktu yang dekat. Ayahnya pergi lebih dulu, lalu ibunya menyusul 1 bulan kemudian.

Kini ia hanya memiliki Abra, yang bahkan belum mengerti betul tentang keadaan orang tua mereka. Ia tak lagi memiliki tempat berlindung selain menunggu belas kasihan dari kerabatnya. Namun.. Perempuan baik hati ini tiba-tiba datang merengkuhnya.

Akreeala Sanata. Anak pertama ayahnya dengan istri pertama. Kakak yang selama ini selalu menjaga jarak darinya, memasang benteng tinggi pada keluarga ayahnya.

Hanya sekali dalam setahun Rea akan berkunjung kerumah kakek nenek, yaitu satu hari di salah satu hari raya. Selain hari itu, kakaknya akan kembali sibuk dengan keluarga ibunya. Seolah mereka memang tak memiliki ikatan apapun selain aliran darah yang mungkin akan dilupakan jika kakek neneknya sudah tiada.

Abi tahu, niat awal kakaknya datang adalah untuk meminta Abra. Ia mendengarnya ketika kakaknya berbicara dengan Alvaro, adik kandung Rea, yang juga anak dari ayahnya dengan istri pertamanya dulu.

Rea sangat menyayangi Abra dan semua orang tahu itu. Entah apa yang di katakan neneknya sampai Rea mau mengalah dan malah beralih membawa dirinya. Rea membiarkan Abra tetap tinggal bersama kakek neneknya.

___

Dalam kamar gelap tanpa cahaya, kedua kaki kurus Abi melangkah pelan dan hati-hati menuju ranjang. Kamar yang jika terang di hiasi dengan nuansa pink dan putih itu kini benar-benar gelap tanpa cahaya sebab listrik baru saja mati.

Guntur tak menggelegar dan hujan pun belum turun namun cahaya kilap dari luar terus menyelinap masuk ke dalam kamar melalui celah-celah kaca jendela yang tak tertutupi horden, hanya untuk menerangi ruangan dalam seperkian detik lalu membuatnya kembali gelap.

Remaja 14 tahun itu berdiri tegak di sisi kasur. Mata bulat lentiknya sesekali berkedip menatap perempuan yang kini sedang berbaring nyaman di ranjang. Ingin sekali ia merengkuh perempuan itu, merasakan  kehangatan dan kenyaman yang mungkin saja masih di sisakan dunia untuknya. Tapi ia takut sang empu terganggu, lalu bangun.

Akhirnya ia putuskan tetap menjaga jaraknya. Biarlah dingin menyerbu, setidaknya ia tetap bisa mengenyangkan tatapnya pada sosok hangat yang kini tengah terlelap itu.

Setelah cukup lelah berdiri dalam waktu lama, ia berjongkok di dekat wajah perempuan itu. Meneliti pahatan cantik dengan aura yang mampu mendamaikan hati. Berbeda sekali jika mata cantiknya terbuka, perempuan itu akan terlihat dingin meskipun bibirnya tengah tersenyum.

"Kakak.."  Panggilnya riang, namun bibirnya tak menghasilkan suara sedikitpun. Nyalinya tidaklah sebesar itu.

Dan senyum Abi menyurut.

Sudah cukup ia berjongkok. Kakinya mulai pegal, ia hendak berdiri namun tiba-tiba sepasang mata sipit lentik milik Rea terbuka. Gadis itu begitu terkejut saat menatapnya.

"Abi? Ada apa? Kenapa ke sini?"

Abi kehilangan suaranya. Wajahnya masih sembab akibat menangis, suaranya pasti serak jika ia bicara, beruntung keadaan masih gelap. Jadi ia tidak terlalu malu pada kakak tirinya itu.

"Kamu takut?" Tanya Rea hati-hati.

Abi menunduk diam. Ia sudah 14 tahun, memalukan sekali jika masih takut gelap. Tapi ia juga tak ingin menunjukkan suara seraknya pada Reaa.

"Mau tidur sama kakak? Sini.." Rea menepuk sisi kosong kasurnya. Tersenyum tenang pada Abi meski kegelapan membuat senyumnya tak begitu terlihat.

Abi mengangguk setuju. Sepasang kaki kurusnya melangkah pelan mengitari ranjang menuju sisi kasur yang kosong. Ikut berbaring disamping Rea.

Keduanya menatap langit-langit kamar dalam diam. Abi tidak membuka suara begitu pun Rea.

Hingga akhirnya, Rea mulai berucap lirih. "Tidur Bi."

Abi memiringkan tubuhnya menghadap Rea. Ia masih gelisah dan belum bisa tidur. Setelah kematian kedua orang tuanya, ia jarang sekali bisa mendapatkan tidur yang nyenyak. Abi selalu bertanya-tanya, bagaimana ia bisa menghadapi hari esok?

"Kenapa?"

"Nggak bisa tidur, Kak." Jawabnya lirih, biar saja Rea tahu kalau dirinya sedang lemah. Sebab Abi memang merasa begitu sekarang.

"Bi, Kakak tahu ini berat. Bukan cuma buat kamu, tapi kakak juga." Rea ikut memiringkan tubuhnya menghadap Abi, membuat keduanya kini bertatapan satu sama lain.

"Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Setelah ini, kedepannya kamu harus percaya sama kakak. Kakak akan selalu ada buat kamu. Kakak, nggak akan pernah tinggalkan kamu." Janji Rea. Diambilnya jemari Abi untuk ia genggam.

Abi kaget, tentu saja. Ingin sekali ia tidak mempercayai itu, tetapi hatinya malah berharap Rea tidak akan mengingkari janjinya.

"Kak Rea.. Sayang aku?" Cicitnya ragu. Demi apapun, ia malu. Selama ini ia tidak pernah membahas hal remeh temeh seperti kasih sayang dan cinta dengan keluarganya, apalagi orang lain. Ayahnya kaku, ibu nya juga. Hanya Abra yang paling hangat di dalam keluarganya.

"Mau seperti apa pun keadaannya, kamu adik kakak. Nggak mungkin seorang kakak nggak sayang adiknya."

Abi ingin membantah, seperti saat ia membantah ketika kakek, nenek, paman, bibi atau bahkan ayah ibunya mengatakan hal tidak masuk akal. Seperti kata-kata Rea tentunya, sangat tidak sejalan dengan apa yang gadis itu lakukan sejak dulu.

Tapi entah bagaimana, kali ini Abi malah  merasa lega. Bahkan ia begitu bersyukur telah mendengarnya. "Makasih Kak.." Ucap Abi tulus.

Rea mengangguk pelan dan tersenyum kecil, lalu tangan lentiknya menarik Abi dalam pelukannya. Diusapnya pelan rambut lurus Abi, mencoba memberikan kenyamanan yang entah bisa Abi terima atau tidak. "Tidur.."

Malam ini Abi bisa tidur pulas. Berharap  tidak akan sedih lagi esok, sebab ia  memiliki Kakaknya. Yang secara tidak langsung, akan mulai menyayanginya.

Setidaknya.

Abi akan terus mengaminkan itu.

***

April, 9 2022

PARTNER IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang