Bab 26

169 14 0
                                    


***

Sepanjang perjalanan menuju Jakarta, tidak ada percakapan berarti diantara mereka semua.

Ya, akhirnya Casana mengalah setelah melihat kemunculan sosok Abi.

Hanya dengan sebuah pernyataan, "Bisa tolong bantu saya?" Keluar dari mulut Abi, semua kesulitan Abra lenyap!

Jujur saja Abra masih bingung dengan semua keadaan ini. Kenapa Cassie berubah lebih pendiam setelah bertemu Abi, ia juga lebih penurut padahal jiwa pembangkangnya sudah mendarah daging.

***

Mereka tidak memiliki waktu banyak untuk bersiap kemudian menuju bandara. Penerbangan tercepat mereka dapatkan pada Pukul 14.50 WITA.  Dan ketika Casana maupun Ivanka selesai berkemas, waktu sudah menunjukkan pukul 13.20 WITA.

Waktu benar-benar seolah berjalan dengan cepat tak seperti biasanya. Mungkin, itu sebab mereka semua tengah terburu-buru agar masih memiliki waktu makan siang di Bandara.

"Kamu nggak kasih tau Abang kan? Kalau kakak di Indo?"

Abra menggeleng tenang. "Nggak, Abra semalam kan memang udah rencana ke Bali. Di minta Kak Fira nemenin Cassie. Terus Kakak telpon, ya sudah aku langsung ke tempat kakak makanya. Aku belum sempat kabarin orang rumah juga, ini baru mau kabarin Abang, kalau aku udah ketemu Cassie."

"Good."

Casana tidak berniat menguping, tetapi pembicaraan mereka terdengar jelas di telinganya. Banyak hal yang ingin Casana tanyakan pada Abra, tapi sejak tadi orang baru itu terus berada disamping Abra. Tidak membiarkan sebentar saja Casana mencuri  celah untuk mengajak Abra bicara.

"Kamu mau ikut atau mau langsung pulang Cas?" Tanya Abra. Ia menatap Cassana yang sejak tadi diam, gadis itu hanya menatap  makanannya.

Ivanka ikut melirik Casana, Ia juga penasaran dengan jawaban Casana.

"Ikut ke Makam, kalau kalian langsung kesana, baru cari hotel. Tapi kalau enggak langsung ke sana, mungkin aku sama Vanka cari hotel dulu." Jawab Casana kalem.

"Kenapa nggak langsung pulang aja sih, Cas?" Desah Abra jengah.

"Aku belum mau pulang."

"Ayah kamu, nggak cari kamu?!"

Hening tiba-tiba menyerbu suana diantara mereka. Lalu lalang sekitar yang tadi lumayan berisik kini seolah bisu setelah kalimat itu keluar dari bibir Abi.

Casana meletakkan sendoknya. Kemudian mengangkat kepala yang sejak tadi tertunduk, hanya untuk menatap balik Abi yang duduk dihadapannya.

Abra dan Ivanka juga berhenti mengunyah, mereka mengamati raut Abi dan Casana bergantian. Yang kini baru Abra sadari,  ada  sesuatu mengganjal dan menyentil hatinya.

Kenapa.. Mereka terlihat begitu mirip? Sama-sama saling menatap dengan tajam dan aura gelap. Dan kini nafas Casana berubah, masih terlihat tenang namun jelas lebih berat. Berbanding terbalik dengan Abi yang tetap enjoy di tempatnya.

Abra mengenal Kakaknya, dulu. Dan kini ia lebih mengenal sikap kakaknya itu pada diri orang lain. Bahkan senyum miring yang kemudian ditunjukkan Casana pada detik ini, Abra sudah pernah melihat itu dulu.

"Mbak Rea, memangnya Papanya Adek bayi  kemana sih? Kok nggak pernah datang? Memangnya nggak mau lihat Adik bayi ya nanti?" Pertanyan lugu itu Abra ucapkan tepat sehari sebelum Rea melahirkan. Abra menemani Rea di rumah sakit, menunggu dengan semangat kehadiran Adik bayi cantik.

"Papanya adik bayi lagi kerja dek, jauuuhh sekali. Nanti, kalau Adik bayi sudah lahir, kita baru telpon Papanya adik bayi, ya? Nanti Adik bayinya jadi suprize, kalau Papanya datang."

PARTNER IN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang