"Stefan Andrew..." Yuki menatap orang-orang yang ada di hadapannya dengan secermat mungkin.
Orang-orang di hadapannya yang berjumlah sekitar 30 orang itu juga saling berpandangan dan melihat ke orang-orang di sekelilingnya, mencari sosok yang disebut oleh Yuki.
Saat ini, di sebuah ruangan kelas cukup besar yang berukuran kurang lebih 15x10 meter, terlihat Yuki sedang mengajar. Ruangan kelas itu bukan ruangan kelas seperti biasa, namun seperti ruangan laboratorium komputer. Karena setiap orang duduk dengan menghadap ke komputer masing-masing, satu komputer untuk satu orang.
"Ada yang tau Stefan Andrew nggak?" tanya Yuki memandangi orang-orang di hadapannya bingung.
Orang-orang di hadapannya tak ada yang bersuara, rata-rata hanya bisa mengedikkan bahunya bingung, dan sisanya terlihat tak perduli.Yuki Erika.
Dia adalah seorang asisten dosen di suatu universitas swasta ternama di Jakarta. Dia mengajar mata kuliah lab komputer, lebih tepatnya mengajar tentang pemakaian suatu aplikasi komputer yang berhubungan dengan akuntansi. Universitas tersebut bernama Universitas Atsaws, yang terdiri dari beragam fakultas maupun jurusan. Atsaws sendiri memiliki gedung fakultas yang berbeda, dan Yuki berkuliah di gedung Atsaws fakultas ekonomi. Di universitas atau kampus tersebut, profesi asisten dosen bervariasi, ada yang untuk membantu dosen dan ada juga yang bukan untuk membantu dosen, melainkan memiliki kelas sendiri untuk diajar, seperti halnya Yuki, yang mengajar mata kuliah lab komputer. Yuki sendiri merupakan mahasiswi fakultas ekonomi, jurusan akuntansi, yang kini memasuki semester 5. Dia baru saja diterima menjadi asisten dosen saat awal semester 5, jadi kelas barusan merupakan kelas pertamanya. Orang-orang di hadapannya tadi adalah mahasiswa/i yang diajarnya alias anak didiknya yang berjumlah sekitar 30 orang, yang didominasi oleh perempuan. Pada saat itu, Yuki sudah memasuki minggu kedua dalam masa mengajar, ia memanggil dan menanyakan nama Stefan Andrew karena pemilik nama tersebut sudah absen di kelasnya sejak minggu pertama, jadi sudah 2 kali. Yuki agak cemas karena jumlah absen maksimal di setiap mata kuliah adalah 3 kali, dan pemilik nama itu sudah 2 kali absen. Jika lebih dari 3 kali, maka setiap mahasiswa maupun mahasiswi tidak boleh mengikuti Ujian Tengah Semester maupun Ujian Akhir Semester. Dan untuk kasus Stefan Andrew, karena masih di awal semester, jika ia absen lebih dari 3 kali, maka ia tidak bisa ikut UTS apalagi UAS, dan sudah bisa dipastikan kalau mahasiswanya itu tidak lulus. Yuki yang baru saja menjadi asisten dosen dan kelas itu merupakan kelas pertamanya, jelas ia menginginkan dan pasti mengusahakan agar semua mahasiswa/i yang diajarnya itu lulus semua. Maka dari itu, ia khawatir akan setiap mahasiwanya yang bermasalah. Informasi lainnya, mahasiswa/i yang diajar Yuki adalah mahasiswa baru alias maba, yang merupakan mahasiswa/i tahun ajaran 2016, Yuki sendiri termasuk mahasiswi tahun ajaran 2014. Yuki mengajar setiap hari kamis malam, tepatnya pukul 7 malam yang berakhir pukul 9 malam.
Esoknya, Yuki kembali berkuliah seperti biasa dan saat ini ia sudah berada di kelasnya bersama teman-temannya, sebagai mahasiswa.
"Gimana jadi asdos? Enak nggak?" seorang gadis yang duduk di sebelah Yuki bertanya. Perlu diketahui, di kampus Yuki, meja dan kursi di kelas selayaknya meja dan kursi sewaktu SMA, namun meja dan kursinya terdiri bahan berkualitas sehingga lebih elegan dan ringan tentunya. Di setiap kelas, meja dan dikursi di susun dengan format 2 meja lalu diberi celah, 2 meja lagi, celah lagi dan seterusnya, sehingga ada 4 pasang meja memanjang dengan jumlah 5 baris. Yuki sendiri duduk di baris 2, di sepasang meja kedua dari pintu kelas.
"Ya gitu deh, ada enaknya sama nggaknya, Veb." Yuki menghela nafasnya. Ya Vebby, orang yang duduk bersebelahan dengan Yuki adalah Vebby, yang merupakan teman dekat Yuki di kampus, mereka selalu bersama sejak pertengahan semester 1 perkuliahan.
"Muka lo kok kayak gitu?" tanya Vebby lagi kebingungan. Saat ini, keduanya sedang mengobrol sambil menunggu dosen masuk untuk memulai kelas.
"Di kelas gue, ada satu anak yang udah absen 2 kali, kan parah tuh. Padahal mereka itu maba, masa iya baru awal aja udah manfaatin absen, ngeri gue kalo udah lewat 3, pasti dia nggak bakalan lulus." Yuki bercerita sambil memandang Vebby.
"Wih, berani banget tuh anak. Nggak tau apa, kampus kita ketat banget, dikiranya bisa ditoleransi gitu, udah pasti nggak lulus itu kalo absennya lebih dari 3, kan nilai UTS sama UASnya udah pasti nol, ckck." Vebby ikut berkomentar dengan hebohnya.
"Nah makanya kan, pusing gue mikirinnya, gue baru jadi asdos padahal, kan sayang kalo ada anak didik gue ada yang nggak lulus cuman gara-gara absen." Yuki kembali bersuara.
"Iya sihhh... eh eh eh dosennya udah masuk." Vebby langsung saja menghentikan pembicaraan mereka saat melihat sesosok pria paruh baya masuk kelas. Vebby jelas menyiapkan segala sesuatunya untuk memulai kelas begitu juga dengan Yuki yang langsung siap-siap.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASISTEN DOSEN
RomanceREPOST FACEBOOK Berhubung fitur notes di Facebook udah nggak ada, jadi pindah penyimpanan ke Wattpad.