Dua hari kemudian.
Siang itu, Yuki terlihat duduk sendirian di salah satu meja di kantin. Gadis itu terlihat sedang membaca novelnya dengan fokus, seakan benar-benar tenggelam dalam cerita novelnya. Disaat tengah fokus membaca novel, tiba-tiba pandangan Yuki jadi gelap saat ada sebuah tangan menutupi sepasang matanya, Yuki jelas terkejut bukan main.
"Siapa nih?" tanya Yuki sangat kesal. Disaat tengah asyik membaca dan terbawa oleh cerita seru novel, tiba-tiba saja ada yang mengganggu dengan menutupi matanya, bagaimana tidak kesal? Yuki mendengus.
Yuki akhirnya meraba tangan itu pelan. Ia berfikir sejenak, yang pasti itu bukan tangan Vebby karena tangan itu terlalu besar untuk ukuran tangan ramping Vebby. Yuki menebak dalam hati kalau ini adalah tangan seorang pria jika diraba dari ukurannya. Tapi siapa? Yuki kembali berpikir keras.
"Lepas nggak?!" ancam Yuki kesal sembari berusaha menarik tangan itu lepas dari matanya.
"Marah-marah aja." orang itu langsung menarik tangannya lepas dari wajah Yuki.
Yuki segera menoleh untuk melihat siapa orang tersebut. Saat menoleh, ia mendapati Stefan berdiri di belakangnya dengan senyuman manis.
"Stefan." sapa Yuki agak kaget.
Stefan yang disapa langsung duduk di sebelah Yuki.
"Ngapain ke sini?" tanya Yuki beralih menutup novelnya.
"Mau makan." jawan Stefan santai.
"Oh iya. Kamu kemaren ke mana? Kok sampe nggak ngajar?" tanya Stefan teringat perihal kemarin malam. Dimana Yuki tidak masuk atau tidak mengajar kelasnya, sehingga digantikan oleh asisten dosen lain. Padahal, Stefan berharap bisa bertemu Yuki malam itu, dan ia ingin berterimakasih kepada Yuki karena ia bisa masuk kelas untuk hari terakhir kelas lab komputer, dan itu semua karena Yuki mau datang merawatnya.
"Nggak enak badan." balas Yuki seadanya.
"Kamu sakit?" tanya Stefan cemas, tangannya bergerak cepat untuk menyentuh dahi Yuki.
Yuki mengangguk ragu sambil melepaskan dan menjauhkan tangan Stefan.
"Kok bisa? Masa iya ketularan dari aku?" tanya Stefan lagi dengan bawel.
"Eum... kemaren pas aku balik dari rumah kamu, aku keujanan gitu jadinya agak demam deh." Yuki menjelaskan.
"Tapi sekarang gpp kan?" tanya Stefan perhatian.
"Aku udah gpp kok." jawab Yuki dengan senyuman kikuk.
"Bagus deh." Stefan tersenyum lega.
Yuki ikut tersenyum. Sebenarnya, ia masih gugup jika harus berdekatan dengan Stefan. Ia masih saja bersikap kaku dan kikuk, apalagi setelah berpacaran, keduanya menggunakan bahasa aku-kamu, membuat Yuki jadi semakin canggung saja.
Stefan tersenyum geli melihat Yuki. Ia paham betul kalau gadisnya itu masih canggung meski mereka telah resmi berpacaran. Stefan menganggap hal itu wajar, karena berdasarkan informasi yang beredar, Yuki belum pernah berpacaran semasa kuliah. Ya mungkin karena sudah lama tidak merasakan yang namanya berpacaran, Yuki jadi sering canggung, pikir Stefan jernih.
Tak lama, Vebby muncul dengan membawa sepiring makanan. Saat sampai di meja, Vebby sempat bingung saat mendapati Stefan juga ada di antara mereka. Meski bingung, Vebby langsung saja mengambil posisi duduk di hadapan Yuki.
"Beli apa lo?" tanya Yuki melirik sepiring makanan di hadapan Vebby yang juga di hadapannya namun agak jauh. Piring tersebut berisi nasi dengan lauk ayam bakar dan sayur capcay.
"Beli makan lah." jawab Vebby seadanya. Vebby melirik Stefan sekilas, lalu beralih menatap Yuki memicing dan agak mengintimidasi.
Yuki hanya bisa tersenyum kikuk saat tahu arti tatapan Vebby serta lirikan matanya kepada Stefan yang sedang sibuk dengan iphonenya.
"Kamu nggak makan?" tiba-tiba Stefan bersuara membuat Yuki jadi makin kikuk karena Vebby makin menatapnya tajam, bahkan hampir melotot.
"Em... kamu kalau mau makan pesen aja duluan, nanti aku nyusul." jawab Yuki canggung.
"Oke deh." Stefan langsung beranjak pergi dari situ.
"What?" Vebby langsung memekik kencang saat Stefan benar-benar pergi dan tak terlihat.
"Aku kamu?" tanya Vebby tampak sangat terkejut dan agak jijik.
"Sorry, gue belom cerita." Yuki menghembuskan nafasnya.
"Lo akhirnya jadian sama dia? Kok bisa?" tanya Vebby penuh keingintahuan.
"Udahlah, kapan-kapan sih gue ceritain. Lagi ada orangnya tauk." Yuki mencibir.
"Ckck. Inget ya, lo utang cerita banyak sama gue. Tapi, congrats ya akhirnya kesampean punya pacar." seru Vebby dengan riang. Ia memainkan alis matanya menggoda dengan memasang senyuman menggoda juga.
"Jangan ngeledek deh." Yuki merengut sebal.
"Peje dong." seru Vebby sembari memulai aktivitas makan siangnya yang sempat tertunda.
"Norak deh peje-pejean." ejek Yuki.
Vebby mencibir, ia kini fokus melahap makanannya dengan nikmat.
"Mau." kata Yuki terdengar manja.
Vebby yang sudah biasa mendengar perkataan itu langsung saja menyodorkan sesuap makanan kepada sahabat karibnya itu.
Yuki menerima suapan itu dengan semangat lalu mengunyahnya dengan manis.
"Kan lo udah punya pacar tuh, kaya lagi, minta beliin makanan dong." Vebby kembali meledek.
Yuki mendelik kesal, "emangnya gue matre kayak lo." sahut Yuki kelas.
"Wajar kali kalo cewek itu matre ke cowoknya. Faktanya, banyak kan cewek yang suka dibayarin ini itu sama cowoknya. Normal itu." balas Vebby berpendapat dengan santai.
"Oh, maksud lo gue nggak normal?" tanya Yuki makin jengkel dengan sahabatnya yang satu itu.
"Kurang lebih." balas Vebby dengan gaya paling tengilnya menurut Yuki.
Yuki diam saja, tak mau merespon lagi, karena bisa-bisa yang ada ia tambah emosi jika terus meladeni Vebby yang kalau berbicara sangat 'cerdas'. Di saat seperti itu, Stefan kembali datang setelah memesan makanan.
"Udah pesen?" tanya Yuki mengalihkan perhatiannya dari Vebby ke Stefan.
"Iya, paling nanti dianter." jawab Stefan seadanya.
Benar saja, tak lama pesanan Stefan datang yaitu nasi ayam katsu dengan jus jeruk dingin. Stefan memesan makanan di kantin yang menyediakan makanan Jepang seperti halnya yang dipesan Stefan, nasi ayam katsu di wadah kotak bersekat ala restoran Jepang, dimana berisi nasi, ayam katsu, salad seperti wortel dan kol, lalu saus sambal dan mayonaise.
"Kamu nggak makan?" tanya Stefan sebelum mulai menyantap makanannya.
"Kamu makan aja duluan." balas Yuki tersenyum seadanya.
Stefan mengangguk patuh dan mulai menyantap makanannya suap demi suap dengan nikmat.
"Aaa.." tiba-tiba Stefan menyodorkan sesuap makanan ke arah mulut Yuki.
Yuki terkesiap, ia membuka mulutnya perlahan dan menyambut suapan Stefan.
"Abis ini nggak ada kelas kan? Kita jalan yuk." ajak Stefan antusias.
"Jalan? Ke mana?" tanya Yuki kebingungan.
"Ke mall? Biasanya sih cewek sukanya ke mall doang." jawab Stefan bingung.
"Ikut dong..." Vebby tiba-tiba bersuara dengan manis.
Stefan melirik Yuki sebentar, seakan meminta pendapat.
"Lo ngapain minta ikut?" tanya Yuki gemas sendiri, karena Vebby suka sekali mencari masalah.
"Gue mau belanja, itung-itung pajak jadian kalian ke gue, sahabat dekat Yuki sejak awal masuk kuliah." Vebby mendeskripsikan dirinya dengan bangga.
"Lo minta dibelanjain gue?" tanya Yuki terkejut bukan main.
"Ya bukan elo lah, cowok lo." jawab Vebby to the point.
"Vebby." tegur Yuki, ia dengan cepat mencubit pelan tangan Vebby yang mudah ia raih.
"Apa sih, Yuk. Stefan kan kaya. Lagian gue yakin, pasti Stefan juga sering bawa mantan ceweknya ke mall terus belanjain." balas Vebby cemberut sembari mengelus tangannya yang dicubit.
Stefan tertegun mendengarnya. Sahabat Yuki ini memang kalau bicara sangat terang-terangan. Terlalu to the point dan tanpa basa-basi.
"Iya, boleh kok. Tenang aja." balas Stefan tersenyum tipis.
Yuki melongo hebat dan langsung menatap Stefan dengan tatapan tidak suka sedangkan Vebby kegirangan sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASISTEN DOSEN
RomanceREPOST FACEBOOK Berhubung fitur notes di Facebook udah nggak ada, jadi pindah penyimpanan ke Wattpad.