Setelah UTS semua mata kuliah berakhir, kegiatan belajar mengajar dalam perkuliahan kembali berjalan seperti biasa. Seperti biasa juga, hari Kamis ini, Stefan akan mengikuti kelas mata kuliah lab komputer dan kelas-kelas mata kuliah lainnya yang terjadwal di hari Kamis.
Kelas lab komputer sudah selesai, Stefan dengan anteng duduk di tempatnya sembari menunggu Yuki, gadis itu sedang membereskan segala perlengkapan mengajar serta membereskan perangkat-perangkat mengajarnya seperti komputer dan proyektor sesuai prosedur.
"Kenapa masih di sini?" tanya Yuki yang sudah bersiap menjinjing tasnya, ia kini sudah berada di ujung barisan meja komputer Stefan.
Stefan beranjak berdiri dan berjalan mendekati Yuki, "gue mau nganter lo pulang." balas Stefan santai.
"Kenapa lo mau nganterin gue pulang?" tanya Yuki lagi menyelidik.
"Yaaa, soal yang kemaren, lo mau ngajarin gue kan. Kita kan belom ngomongin apa-apa lagi soal itu, jadi gue anter lo pulang sambil ngomongin itu. Lagian masa iya lo terima bayarannya doang." Stefan memberikan alasannya.
"Yaudah deh." Yuki mengiyakan dengan pasrah, tak mau banyak berdebat dengan Stefan karena ia sudah merasa penat dan lelah di malam hari itu.
"Jadi kita mau belajar di mana dan kapan aja?" Yuki memulai topik pembicaraan saat Stefan sudah mulai mengendarai mobilnya dengan terlatih.
"Di rumah lo?" tanya Stefan seakan meminta persetujuan.
"Ogah, jangan di rumah gue lah." tolak Yuki sangat cepat.
"Masa iya di rumah gue? Rumah gue tuh sepi, ortu gue jarang di rumah, ya lo nggak takut diapa-apain gitu sama gue?" tanya Stefan dengan santai tanpa beban sembari tetap menyetir.
Yuki berfikir sebentar. Benar juga kata Stefan, kalau belajar di rumah cowok itu, pasti cowok itu bisa saja khilaf dan mungkin melakukan perbuatan macam-macam. Bagaimanapun, dia adalah cowok normal.
"Yaudah deh rumah gue." Yuki akhirnya menyetujui dengan setengah hati.
"Jamnya?" tanya Stefan menoleh sekilas.
"Lo bisanya kapan?" tanya Yuki malas.
"Ya, elo bisanya kapan?" tanya Stefan balik membuat Yuki makin malas membahas hal ini.
"Jadwal gue sih full ya." balas Yuki tak niat sama sekali dari nada bicaranya.
"Sabtu sama minggu." balas Stefan yang kali ini terdengar sebagai pernyataan bukan pertanyaan seperti sebelum-sebelumnya.
Yuki menoleh dan melongo, "sabtu minggu? Gue nggak bisa istirahat kalo gitu lah, nggak bisa jalan plus refreshing sama temen gue juga jadinya." Yuki memprotes dengan kesal.
"Yaudah deh, terus kapan?" balas Stefan terdengar dengan nada agak ngambek di telinga Yuki.
Yuki menatap Stefan agak takjub, ia bisa melihat kalau Stefan berekspresi agak cemberut sambil tetap fokus menyetir. Yuki jadi tersenyum geli melihatnya.
"Ya kalo lo butuh aja gitu, kayak misalnya kalo ada mata kuliah yang lo nggak ngerti materinya, kecuali matkul labkom gue, lo jadwalin deh, biar rutin." Yuki memberikan pendapatnya dengan santai.
Stefan nampak berfikir, "gue bisa senin pagi, selasa malem, rabu sore, jumat siang, udah." Stefan menjawab dengan datar.
"Rabu sore aja gimana?" Yuki menawarkan.
"Oke." Stefan mengiyakan saja.
"Sisanya jumat sore deh atau nggak sabtu gitu atau minggu mungkin. Gue freenya di hari-hari itu doang." balas Yuki menjelaskan.
Stefan mengangguk patuh, "lo biasanya kalo pulang malem gini naik apa?" tanya Stefan mengalihkan pembicaraannya.
Yuki menautkan alisnya heran, mengapa topik pembicaraannya jadi seperti ini? Batinnya.
"Biasanya sih naik ojek online kalo nggak busway, paling banter sih angkot kalo masih ada." Yuki menjawab dengan santai sambil memandangi pemandangan jalan di depannya yang tidak terlalu padat.
"Gila naik busway sama angkot?" Stefan bertanya dengan nada agak terkejut. Ia menoleh sekilas sembari menunjukkan ekspresi terkejutnya.
"Nggak takut apa? Elokan cewek?" Stefan bertanya lagi.
"Nggak, biasa aja gue." balas Yuki terdengar santai.
"Lo sendiri pulang naik mobil mulu nggak capek?" tanya Yuki balik.
"Capek ngapain?" tanya Stefan menoleh sebentar dan menautkan alisnya ketika mobilnya berhenti saat lampu lalu lintas berwarna merah.
"Ya, capek nyetir kalo misalnya macet gitu, kan bisa berjam-jam tuh, apalagi kalo lagi jam-jam rame." Yuki membalas.
"Udah biasa itumah." Stefan merespon dengan santai.
"Eummm..." Yuki mengangguk-angguk saja meresponnya.
Keduanyapun terus mengobrol ringan sembari menikmati perjalanan pulang.

KAMU SEDANG MEMBACA
ASISTEN DOSEN
RomanceREPOST FACEBOOK Berhubung fitur notes di Facebook udah nggak ada, jadi pindah penyimpanan ke Wattpad.