Yuki melangkah gontai menuju stand Adipati yang masih tampak ramai. Saat sampai di sana, ia bisa melihat Adipati beserta rekan-rekannya sedang sibuk melayani pengunjung.
Adipati tersenyum saat mendapati sosok Yuki mendekat ke standnya. Ia langsung mengalihkan pekerjaannya kepada rekan yang lain lalu menghampiri Yuki yang berdiri di daerah luar sekitar stand.
"Udah makan?" tanya Adipati menatap Yuki penuh perhatian.
"Kalo gue bilang gue cuman jajan semacem kentang goreng, itu bisa lo sebut makan?" tanya Yuki menautkan alisnya.
"Itu namanya belom makan." seru Adipati gemas sekaligus cemas.
Yuki mencibir mendengarnya, ia sudah menduga respon Adipati akan begini.
"Terus lo ngapain aja tadi sampe lama banget?" tanya Adipati menyelidik.
"Gue ngeliat-liat." balas Yuki cuek.
"Lo ketemu Stefan kan?" tanya Adipati memicingkan matanya.
"Iya, tadi gue nggak sengaja ketemu." jawab Yuki selalu berusaha jujur.
"Terus itu cowok nggak beliin lo makan? Atau setidaknya nanyain lo udah makan apa belom gitu?" Adipati terus bertanya dengan gemas.
"Lo taukan gue masih belom bisa beradaptasi sama dia, em maksudnya pacaran, gue nggak biasa, Di." Yuki memelas, "udahlah jangan tanya-tanya mulu." lanjut Yuki agak merengut.
"Masalahnya, kondisi lo lagi nggak sehat, Yuki." Adipati langsung meraba dahi Yuki dengan telapak tangannya.
"Gue tau kok." Yuki tetap merengut manja.
"Hei." sapa seseorang langsung membuat Adipati dan Yuki berpaling ke arahnya.
"Stefan." seru Yuki gelagapan, "baru muncul?" lanjut Yuki bertanya dengan hati-hati.
"Iya." balasnya singkat dengan senyuman tipis, "aku bahwa es krim, mau?" tawar Stefan selanjutnya sambil memamerkan secone es krim di tangannya.
"Lo nggak tau kalo cewek lo lagi sakit?" Adipati langsung menyahut sinis. Ia melipat tangannya di dada menantang.
"Sakit?" tanya Stefan menatap Adipati tak yakin. Ia langsung saja melirik Yuki, dan tampak 'baik-baik saja' di mata Stefan.
"Iya, bego. Ngapain lo kasih es krim?"seru Adipati tetap sinis.
"Eh udah udah." tegur Yuki pada Adipati.
"Sorry, gue nggak tau." balas Stefan kikuk.
"Oh iya, tujuan utama gue ke sini mau minta ke elo biar gue aja yang anter Yuki pulang." Stefan langsung teringat dan mengutarakan tujuannya.
"Dia pergi bareng gue, jadi pulangnya juga bareng gue." balas Adipati datar.
"Tapi sekarang udah sore." Stefan menyahut lagi dengan sama datarnya.
Adipati langsung mengecek jam tangannnya. Benar saja, sudah pukul empat sore.
"Yaudah, lo anter dia pulang." seru Adipati setelah berpikir sebentar.
"Kok...?" tanya Yuki tak terima.
"Gue janjinya mulangin lo sore kan? Lagian, lo masih kurang enak badan." balas Adipati lembut.
"Lo jangan seneng dulu dengernya." sinis Adipati saat melihat Stefan yang tersenyum senang.
Senyum Stefanpun sedikit lenyap.
"Lokan yang kemaren bawa Yuki main? Apa lo juga ngasih es krim? Manis banget sih lo jadi cowok." Adipati mengejek.
Stefan terdiam sebentar, berusaha untuk tidak merasa tersinggung, "kebanyakan cewek suka es krim." balas Stefan memberikan pendapat.
"Iya, kebanyakan. Tapi, lo nggak harus kasih dia es krim waktu dia baru aja sembuh dari sakitnya. Lo bikin dia ngedrop lagi tau." Adipati mengomel.
"Oke, gue akui gue salah." Stefan merespon dengan sedatar mungkin.
"Mana lo tadi nggak ngasih dia makan." Adipati tetap berkata sinis dan menuduh.
"Gue bener-bener nggak tau dia lagi sakit." Stefan segera merasa bersalah.
"Gue tau itu, lo emang cowok nggak peka, playboy kayak lo ngerti apa soal cewek lo." Adipati menyindir.
Stefan menatap Adipati tajam, tapi tetap mengatupkan mulutnya.
Adipati membalas tatapan Stefan sama tajamnya dan lebih menantang.
"Kenapa, lo marah?" tanya Adipati menantang.
"Nggak." balas Stefan tenang, "apa sekarang gue bisa nganter Yuki pulang?" tanya Stefan menatap Adipati kemudian melirik Yuki yang sedari tadi terdiam.
Adipati mengangguk, "lo inget, lo harus anter dia pulang bukannya lo ajak ke mana-mana lagi, gue janji sama nyokapnya mulangin dia nggak sampe malem." Adipati berucap serius.
"Lo pulang gih." Adipati kini beralih kepada Yuki dengan suara lembut nan hangatnya.
"Nggak tanggung jawab." Yuki mencibir.
Adipati terkekeh, tangannya tergerak mengacak rambut Yuki gemas, namun sang pemiliknya tidak protes sama sekali.
"Gue bisa aja anter lo sekarang, tapi lo pasti dengan kebaikan maksimal lo nolak gue kan?" tanya Adipati genit, "jadi mending lo dianter dia aja." lanjutnya melirik Stefan sebentar.
"Lo kalo diajak ke mana-mana abis ini jangan mau, langsung pulang bilang." nasihat Adipati lembut.
Yuki cemberut, "Adipati, gue bukan anak kecil." Yuki agak menjerit.
Adipati tertawa puas, "bercanda." ia berusaha membujuk. Adipati langsung merapikan rambut Yuki yang sempat berantakan dengan lembut.
Yukipun tidak menolak semua perlakuan Adipati, karena memang sudah biasa.
"Yang bener lo nganternya." Adipati kembali beralih ke Stefan dengan nada bicara tajam.
Stefan mengangguk singkat, "ayok." Stefan menatap lembut Yuki yang masih agak cemberut.
Yuki tersadar dan langsung kikuk ditatap seperti itu, "duluan ya, Di." Yuki tersenyum lembut kepada Adipati.
"Hati-hati." Adipati memperingatkan.
Yuki mengangguk mengerti. Setelah itu, ia langsung berjalan pergi meninggalkan Adipati diikuti Stefan.
![](https://img.wattpad.com/cover/307171491-288-k222b8d.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ASISTEN DOSEN
RomanceREPOST FACEBOOK Berhubung fitur notes di Facebook udah nggak ada, jadi pindah penyimpanan ke Wattpad.