Cawu 3

1 0 0
                                        

Januari, 2003

Setelah berbulan-bulan belajar kelompok, ulangan selama dua kali dan libur sebulan. Akhirnya, Mentari kembali ke sekolah.

Rambutnya yang sudah mulai panjang, diikat rapi di belakang, penampilan Mentari tidak berubah. Ia masih tetap bertahan dengan baju rapi, ikat pinggang dan rok selutut, tidak peduli dibilang terlalu kuno. 

Ia segera bergegas ketika Linda memanggil namanya, ia langsung berlari dan ikut duduk bersama Cakra sambil mengambil sarapannya dan fokus menonton televisi. Permasalahan antara Cakra dan Mentari, sudah selesai. Cakra masih selamat, tapi ia tidak selamat dengan omelan dari Mentari dan menyuruhnya untuk meminta izin terlebih dahulu, kalo meminjam barang orang.

"Mentari?! "

Suara nyaring Adilla membuat Mentari menghela napas lalu cepat-cepat menghabiskan makanannya, setelah makanannya habis ia langsung cepat memakai sepatu.

"Pergi dulu, Ma, Assalamualaikum!"

Sebelum mendengar balasan dari Linda, Mentari sudah berlari.

"Hati-hati, Dek. " sahut Indra, duduk di teras sambil membaca koran.

Mentari cepat-cepat berlari dan akhirnya ia bertemu dengan tetangganya. Adilla masih berdiri sambil tersenyum lebar, menatap lapangan sepak bola dan terus menghela napas dan menghembuskan dengan pelan.

"Selamat pagi, tahun 2003!" serunya berteriak ke arah lapangan sepak bola yang masih berkabut.

Mentari menatap malas temannya itu,  lalu memukul kepala Adilla dari belakang.

"Lo nggak ada kerjaan apa? Dari kemarin teriak terus. "

Adilla berbalik dan seperti biasa ia menatap wajah Mentari yang tidak berubah, ekspresi galak seperti biasanya. Adilla menguap lebar dan berjalan duluan. Mentari cepat-cepat mengikutinya.

"Lo nggak bisa apa, ubah penampilan lo sedikit?"

Mentari terdiam sejenak. "Hah? Ubah apaan? "

"Ubah penampilan lo! " Adilla memijat pelipisnya. "Ini bukan jaman orde baru lagi, ini tuh udah tahun millenial. Di sekolah cuma lo doang yang pakaian kayak gini, lebih baik lo tiru gue deh, lihat nih. " Adilla menunjuk baju putihnya yang semakin mengecil, membuat Mentari menatapnya jijik.

"Untuk apa gue tiru lo, sama aja gue tiru setan. "

"Daripada penampilan lo kayak gembel terus. "

"Gembel apaan, rapi gini di bilang gembel. "

Adilla menyeringai. "Lo nggak ingat, pertama masuk SMA lo dibilang gembel sama Rio. Gue penasaran, sekarang lo bakal dibilang apa ya... "

"Kalau gitu, gue tinggal pukul aja sih Rio. Beres kan, " kata Mentari santai.

Adilla menatap jengkel Mentari, lalu ia kembali menyeringai. Ada satu hal yang ia lupakan.

"Rambut lo, bagus juga. " setelah berkata begitu, Adilla langsung menarik rambut Mentari dengan keras dan langsung berlari.

Mentari kaget dan hampir terjatuh, rambut yang sudah ia ikat rapi jadi berantakan lagi. Lalu Mentari berlari, mengejar Adilla tidak lupa sambil mencaci maki tetangganya itu.

***

"Selamat Idul Fitri, Selamat hari Natal dan Selamat Tahun Baru! "

Rahel menggeram kesal, kaget ketika membuka pintu dan sudah melihat wajah Andra yang sudah dihiasi senyum lebar.

Rahel menatap datar cowok dengan rambut belah tengah itu. "Lo udah ngomong itu pas kita pembagian rapor desember kemarin, setan! Minggir lu?! "

Selamat Pagi, MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang