TERBONGKARNYA

365 73 17
                                    

Bagaimana bisa lupa? Sementara kenangannya sangat banyak?
Aku lagi sedih karena ig utamaku kena dissable :(
Lagi susah ngumpulin niat nulis gengs :(
Doain ya aku tetep happy kiyowo.

***

Jingga hendak mengikuti kedua kakak kelasnya itu, namun ponselnya kembali bergetar. Sebenarnya ia ingin segera menemui Nadeo. Memastikan sendiri jika air mata dan kenangan yang dilihatnya tadi, memang benar milik lelaki itu.

Sayangnya, panggilan dari Rainbow di ponselnya tidak bisa diabaikan begitu saja. Bahkan meski Jingga belum mengangkat panggilan itu, suara Rainbow yang memaki-makinya seperti sudah terdengar.. Pasti.. Pasti lelaki itu akan mengomel.

"

Heh, keong!"

Benar, kan? Belum-belum Rainbow udah ngegas.

"Lo kemana aja, sih? Dari tadi gue telepon nggak dijawab-jawab!"

Jingga baru hendak membuka mulut, tapi suara Rainbow kembali terdengar. "Oh, iya. Lo, kan lelet. Ngangkat telepon aja udah kek ngangkat beban idup."

Jingga hanya bisa menghela napas. Sementara Rainbow yang banyak omong masih terus mengoceh. Sungguh perpaduan yang pas, diantara dua manusia yang berbeda karakter ini.

"Lo buruan ke sini!"

"Kema.. "

"Ke rumah gue!" Rainbow menyahut sebelum Jingga selesai berbicara. "Ceri nyariin lo mlulu?"

"Lo apa Ceri yang nyariin Jingga? Alah, alibi lo, Bow!"

Suara lain samar-samar terdengar. Rainbow langsung melompat ke sofa, membungkam mulut kakak lelakinya.

"Diem lo! Gue sumpel, nih!" ancam Rainbow sambil melempar kaos kakinya yang baru dikeluarkan dari sepatu.

"Tapi ini sebenernya mau nyari.. "

"Nyari Ceri, kan?" tebak Rainbow yang sudah pasti salah.

Jingga sebenarnya mau mencari Nadeo. Namun karena suara Rainbow terdengar penuh semangat, ia jadi urung mengatakannya.

"Jemput, nggak?"

Seketika Rainbow langsung menampar pelan mulutnya sendiri. Kelepasan. "Ngapain pake acara nawarin jemput segala, sih?"

Bukan mau sok romantis, tapi Rainbow sudah membayangkan selama apa perjalanan Jingga nanti menuju rumahnya. Menunggu angkot datang, naik ke angkot, turun dari angkot, jalan seperti putri solo... Arghh! Rainbow mengacak-acak rambutnya. Frustasi sendiri.

"Yaudah, terserah.. Eh, Kak Nadeo?"

Tanpa sadar Jingga memutus sambungan teleponnya saat melihat motor Nadeo melintas ke luar gerbang. Ia mencoba mengejar. Tapi sayang, langkahnya tentu tidak bisa melampaui kencangnya motor lelaki itu.

Bahkan Nadeo juga tidak menyadari jika Jingga mengejarnya di belakangnya. Rasa-rasanya terlalu sunyi. Langkah kaki gadis itu juga sama sekali tak terdengar.

"Kak Nadeo... Apa yang kulihat di pemakaman Mama waktu itu, beneran kamu, Kak?"

***

Di dalam rumah mewah berlantai tiga itu, sesosok lelaki mondar-mandir di teras rumah. Sekilas, mirip brokoli jalan. Pasalnya rambut Rainbow yang kribo mengembang itu, sampai menghalangi pandangan kakaknya.

"Lo bisa minggir nggak, sih? Ini pintu buat lewat orang-orang."

Rainbow mengangkat sebelah alisnya. "Orang-orang? Nggak usah halu, ya. Jelas-jelas di rumah ini cuma kita berdua doang."

LovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang