Dua bulan berlalu, sidang senat terbuka yang ditunggu-tunggu akhirnya telah tiba. Tampak Nayla dan Nadira mengenakan gaun dengan motif dan model yang sama, warna merah maroon yang sama, riasan wajah dan gelungan rambut pun serupa, mereka cantik sekali hari itu. Sebenarnya tidak ada yang tahu mereka mendapatkan gaun mewah itu dari mana? Kapan mereka membelinya, dan apa alasannya? Usut punya usut, ternyata mereka benar-benar sudah mempersiapkan gaun itu satu bulan yang lalu, mereka berdua berjanji untuk tampil cantik di hari istimewa ini.
“Kak, nanti kalo kak Nanden naik ke panggung jangan lupa direkam,” ucapnya pada Nadira saat sudah berada di dalam Auditorium Universitas Cendana.
Mereka berdua duduk di barisan bangku para orang tua wali, tidak hanya berdua, melainkan bertiga dengan Yuni. Beliau turut menghadiri wisuda Nanden sebagai walinya. Namun, kali ini Yuni tampak berbeda dengan kedua putrinya itu, dia mengenakan gaun yang berbeda.
Sedikit cerita, pada hari pemesanan gaun tersebut, Nadira mengajak ibunya untuk ikut memesan gaun itu supaya sepadan, tapi Yuni menolak dengan alasan gaun itu terlalu remaja untuk dirinya yang sudah di usia senja.Walaupun demikian, Yuni tetap tampil cantik, dia sengaja mencari pakaian dengan warna yang senada supaya lebih nikmat mata memandang.
Prosesi wisuda berlangsung dengan khidmat. Acara yang paling ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa atau pun keluarganya yaitu proses pengalihan tali toga dari kiri ke kanan, seolah-olah itu adalah detik sakral di mana perjuangan kuliah selama 4 tahun mereka sudah berakhir di sini.
Seisi ruang itu dipenuhi raut bahagia ratusan para wisudawan. Ada yang menangis bahagia, tertawa lepas, saling berpelukan antarkeluarga, dan masih banyak lagi pengekspresian bahagia yang lainnya.Begitu juga Nanden, dia dari jauh terlihat sangat tampan, wajahnya berseri-seri, berjalan gagah ke atas panggung dengan pakaian toganya dan selempang bertuliskan Nanden Dermawan, S.S (Sarjana Sastra). Nadira merekam detik-detik Nanden berjalan ke atas panggung dengan kamera yang dia bawa, diiringi senyum bahagia, juga tepukkan tangan yang terdengar nyaring oleh Nayla dan Yuni.
“Anak itu terlihat tampan di atas panggung,” ujar Yuni dengan wajah semringah.
“Kak Nanden kan memang tampan Bu sejak kecil,” sambung Nayla sembari mengangkat dua jempol tangannya ke arah Yuni.
***
Empat jam telah dinikmati, rangkaian demi rangkaian acara sudah dilalui, seluruh wisudawan dan wisudawati hari itu berbahagia menemui keluarganya masing-masing, sekedar berfoto-foto, berpeluk hangat dan ribuan ucapan selamat yang terus mengudara di moment bahagia itu. Tak sedikit dari rekan-rekan sejawat mereka datang berbondong-bondong memberikan bunga, aksesoris pelengkap seperti cokelat, permen, dan hadiah lainnya. Suasana yang sangat manis.
Nanden berjalan menuju kursi belakang, dia mencari keberadaan Nadira, Nayla, dan juga Bu Yuni. Sementara itu mereka di belakang sudah menyiapkan buket bunga tulip kesukaan Nanden, juga beberapa pernak-pernik wisuda sebagai pelengkap.
“Kak Nanden!” panggil Nayla dari jauh dengan melambaikan tangan. Nanden langsung berjalan menghampiri sumber suara itu, dan….
BUGH!
Seperti biasa, Nayla memeluknya dengan begitu erat, dia sangat bahagia atas pencapaian yang sudah diraih oleh kakaknya, kemudian pelukan itu disusul oleh Nadira dan juga Yuni dengan penuh hangat. Sebuah pelukan yang seharusnya ia dapatkan dari sosok Ibu dan Ayah, tapi tidak, dunia sudah memutarbalikkan kenyataan itu dengan sangat kejam.
Nanden sudah memberitahu ayahnya dua hari yang lalu mengenai acara wisuda ini, tapi dia tak berharap banyak padanya untuk hadir, apalagi hubungannya yang saat ini masih belum stabil. Namun, dia tak terlalu memikirkannya, yang terpenting saat ini dia masih merasakan pelukan hangat itu dari Nayla adik kesayangannya, juga Nadira dan Bu Yuni dua orang yang selalu ada. Itu sudah lebih dari cukup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanden
Tajemnica / ThrillerCerita hidup dari seorang pria berusia 23 tahun. Dia adalah Nanden Dermawan, pria yang berasal dari keluarga terpandang. Walaupun hidupnya terbilang mewah, tapi dia adalah pribadi yang sangat sederhana, sesederhana embun pagi yang menyegarkan bunga...