"Bu, jangan tinggalin Nayla, Bu! Ibu.... Ibuuuuuu!"
Teriakan itu terdengar nyaring di dalam kamarnya. Dia terbangun, dengan napas memburu dan keringat dingin yang merabah seluruh tubuhnya. Nayla melamun sejenak, dia benar-benar ketakutan. Sosok perempuan yang hadir dalam mimpnya itu benar-benar mirip seperti ibunya, rambut cokelat bergelombang, sorot mata yang teduh dan senyum simpul yang tak pernah hilang dari wajahnya.
Nayla melihat sekitar kamar, rupanya hari sudah pagi, sinar matahari sudah menjamah masuk ke dalam kamar mungilnya itu. Tak mau berlarut-larut, dia langsung bergegas ke kamar mandi karena hari ini dirinya sudah berjanji dengan Nadira untuk memberikan kejutan di hari persidangan kakaknya itu.
Sementara di kamar sebelahnya, Nanden sudah terlihat rapih, dia sudah bangun dari pagi-pagi buta menyiapkan segala keperluan yang harus dibawanya untuk sidang skripsi. Pagi itu Nanden terlihat tampan, dia mengenakan kemeja putih bercelana hitam seperti mahasiswa yang akan melakukan sidang pada umumnya, tak lupa berdasi juga jas hitam yang ia selempangkan di tangan kanannya.
Kembali ke kamar Nayla. Setelah keluar dari kamar mandi, wajahnya tampak berseri-seri padahal dia baru saja bermimpi buruk, tapi sekarang biasa-biasa saja. Sudahlah lupakan, pagi itu dia mengenakan seragam sekolah seperti biasa. Loh? Kok seragam sekolah? bukannya hari ini dia mau datang ke kampus bersama dengan Nadira? Iya benar, hari ini Nayla akan menghadiri sidang skripsi kakaknya, dan ini memang rencana Nayla, dia memakai baju sekolah supaya tidak dicurigai oleh Nanden, Rudi, dan juga Mala.
***
Mereka berdua keluar kamar secara bersamaan. Namun, Nayla tiba-tiba melihat penampilan Nanden yang sangat luar biasa. Dia tertegun di ambang pintu kamarnya, dengan ekspresi kaget dia berjalan mendekati kakaknya, berhenti tepat di depan Nanden berdiri lalu memandanginya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki dengan takjub. Sementara Nanden hanya terdiam dan kaku, dia mengernyitkan dahi melihat tingkah adiknya yang tiba-tiba aneh ini.
"Wah! Ini Kak Nanden?" tanyanya terkejut, dia masih melihatinya dengan begitu dalam, sesekali menyentuh kemeja putihnya yang licin entah sudah berapa kali Nanden menggosoknya.
"Kamu kenapa sih?" ucapnya sedikit merinding.
Nayla menutup mulutnya dengan satu tangan, matanya melotot, "Sumpah! Kak Nanden ganteng banget sih hari ini?!" serunya dengan pura-pura tak tahu kalau Nanden akan sidang hari ini.
"Biasa aja kok," responnya datar, "Udah yok turun, kamu ditungguin sama ayah." Sambungnya dengan mengalihkan pembicaraan.
Wajah Nayla seketika kembali bete, "Aku lagi ngga bicara sama ayah." Cetusnya membuat Nanden penasaran.
"Kenapa? Ayah bikin kamu kesel lagi?" tanyanya kemudian menghembuskan napas pelan, "Udah kakak bilangin jangan dimasukin ke hati, kalau ucapan ayah bikin kamu sakit hati, kamu ngga usah respon, kalau kamu respon yang ada kamu makin sakit hati." Nanden sudah memahaminya sekarang, setiap Nayla merasakan sedih pasti asal muasalnya ya karena tuntutan untuknya kuliah ke luar negeri. Apa lagi kalau bukan itu.
"Tapi aku ngga papa kok, melihat kakak aku yang tampan pagi-pagi begini, sedihku agak berkurang," guraunya kemudian tertawa kecil, "Kak Nanden bikin aku terpana!" ucapnya lagi sambil mencubit kedua pipi Nanden menggemaskan.
Nanden tersenyum kecil, wajahnya tampak kikuk, sepertinya dia salah tingkah mendengar pujian dari Nayla pagi-pagi begini, tapi memang benar kok, Nanden memang terlihat sangat tampan pagi itu, penampilannya sudah seperti seorang kepala direksi di sebuah perusahaan ternama.
"Udah ah! Yok turun." Cabutnya dengan semangat, Nanden merangkul pundak Nayla untuk segera menuruni tangga bersama, rupanya dia sangat gemas. Baru saja mereka melangkah menuruni beberapa anak tangga, tiba-tiba Nayla....
![](https://img.wattpad.com/cover/302864122-288-k121721.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nanden
Mystery / ThrillerCerita hidup dari seorang pria berusia 23 tahun. Dia adalah Nanden Dermawan, pria yang berasal dari keluarga terpandang. Walaupun hidupnya terbilang mewah, tapi dia adalah pribadi yang sangat sederhana, sesederhana embun pagi yang menyegarkan bunga...