35 : jerk.

211 34 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Felix memandang rumah didepannya dengan tatapan sayu, rumah sederhana dengan bahan full kayu persis seperti bangunan masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Felix memandang rumah didepannya dengan tatapan sayu, rumah sederhana dengan bahan full kayu persis seperti bangunan masa lalu. rumah yang selalu ia datangi untuk bermain dulu.

Neneknya adalah rumahnya.

Sayangnya rumah yang sekarang ia tatap telah terlihat usang dan direngut waktu, kayu kayunya terlihat masih kokoh berdiri namun banyak terlilit tumbuhan liar, tak berpenghuni.

"kau yakin ini rumah nenekmu?" felix hanya sekedar mengangguk menjawab pertanyaan haechan, sang pemilik kulit tan kini menghela nafas lelah, dia berdecak pingang dan ingin sekali menangis.

"Brengsek!" umpat haechan lalu melemparkan satu satunya tas yang ia bawa dengan sembarangan, somi yang sendari tadi diam menggelengkan kepala melihat kelakuan kekasihnya, pandangannya tertuju kearah felix yang terlihat kecewa.

"kita bisa mencarinya lagi, masih ada waktu" somi menepuk mepuk bahu felix, dia mengeryitkan dahinya saat felix malah menggelengkan kepala.

"aku kecewa karena rumah ini tidak dijaga, aku merindukannya" ucapnya sambil sedikit meremat air botol yang felix bawa, somi yang melihatnya tersenyum kecil.

Lalu sebuah suara berbunyi, membuat pandangan mereka langsung berpusat kearah kantong felix dan menjadi hening disekitarnya. tangan felix cepat cepat-cepat mencari handphone disakunya dan memencet tombol hijau ketika muncul nomor tak dikenal lagi seperti kemarin.

cause its youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang