"aku mencintaimu"suara dentingan jam dinding kini berbunyi lebih keras dari pendengar ryujin, kamar dengan tembok kedap suara itu menjadi hening setelah dua kata bodoh keluar dari bibir tebal si manik tajam. ryujin mengigit bibir bawahnya dan mengalihkan pandangannya kearah lain.
"kau masih mencintai adikmu" celetuknya lalu berdiri dan menjauh, duduk diatas sofa yang berada di kaki kasur, tangannya mengelus elus lututnya.
dua mata elang dengan kantong mata yang malah menambahkan ketampanannya tak berhenti menatap punggung ryujin yang membisu. tidak, keduanya sama sama membisu dan tidak melontarkan kata kata lagi setelah ucapan ryujin. waktu berjalan cepat bahkan ryujin baru sadar bahwa hyunjin sendari tadi berada disampingnya dan menatapnya, dia berusaha agak menjauh namun tangannya ditarik lebih mendekat oleh yang lebih kuat.
"dia hanya adikku, teman masa kecil yang selalu kuanggap adik, tak lebih" ucap hyunjin setelah sekian lama hening, tangannya semakin lama semakin mengerat memegang ryujin.
yang berambut sebahu menggelenglan kepalanya "kau mencintainya, dia cinta pertamamu" elak ryujin sambil menghela nafas, pipi gembilnya ia gigit dari dalam.
kali ini hyunjin tidak bisa mengelak, seberapa kuat dia berbohong ryujin akan tetap mengetahuinya. hyunjin mengerti bahwa rasa sayang yang ia rasakan pada adik kecilnya dulu bukanlah rasa sayang sebagai kakak laki laki biasa, nyatanya hyunjin umur 11 tahun dulu sudah sangat mencintai wanita yang selalu ia anggap adiknya. tadi kali ini berbeda, hyunjin dapat merasakannya.
rasa nyaman ketika dirinya memeluk tubuh kecil ryujin yang bahkan mengalahkan kenyamanan hyunjin saat bersama almarhum mamanya yang hyunjin sendiri telah lupa. hyunjin merasakannya, lagi.
Tangan kekarnya kini beralih kearah paha ryujin dan membawa tubuh kecil itu kepangkuannya, ryujin melototkan matanya saat dengan cepat pinggangnya sudah dikunci oleh tangan penuh otot hyunjin, yang kini sudah membawa kepala ryujin untuk bersender didadanya, merengkuhnya dengan erat.
"kau tak merasakannya?" ucap hyunjin lagi, kedua mata mereka yang tadinya sama sama terpejam kini terbuka lebar. hyunjin memandang tembok didepannya dan ryujin yang masih terdiam didada hyunjin.
dada hyunjin yang lebar dan keras, tapi selalu ryujin rindukan akhir akhir ini. lebar seperti kasur, keras namun nyaman. wangi khas yang melekat dikulit hyunjin tambahannya. ryujin tak bisa medeskripsikan perasaannya namun jika ia diberikan kesempatan memilih tidur di kasur atau tidur dengan posisi seperti ini, maka ryujin akan memilih untuk tetap seperti ini.
dengan tiba tiba hyunjin melepaskan pelukannya menciptakan rasa kesal dilubuk hati ryujin, lelaki itu memegang kedua bahu ryujin dan menatap mata gadis itu lamat lamat "hanya aku yang merasakannya? rasa nyaman itu? kau tak merasakannya?" dengan bodohnya ryujin menggeleng.
membuat hyunjin yang melihatnya menghela nafas, melepaskan pelukan pada pinggang ryujin bermakud membiarkan ryujin turun dari pangkuannya. "turun" ucap hyunjin ketika ryujin masih diam kebigungan, karena kesal ryujin masih belum bergerak, ia akhirnya mengendong ryujin ala koala dan berniat menurunkan gadis itu kekasur.
namun pegangan tangan ryujin pada baju hyunjin yang semakin mengerat membuat si mata tajam menaikkan satu alisnya.
ryujin lagi lagi menggeleng "iya aku tau hanya aku yang merasa nyaman, maka dari itu turun dan tidur" kesal hyunjin yang masih melihat ryujin menggeleng, hyunjin masih berdiri memeluk tubuh ryujin seperti putri kecilnya.
"bukan hanya kau yang merasakannya, aku juga" pekik ryujin yang sekarang merangkul leher hyunjin dan menenggelamkan wajahnya pada dada hyunjin, seolah olah tak mau turun dan masih ingin pada posisinya.
masa bodoh, jika pagi esok mereka berdua bangun dan hyunjin mengejeknya, ryujin masih punya alasan anaknya. berkata bahwa hal ini adalah semata keinginan anaknya juga tak buruk, ryujin tersenyum dalam hati.
sedangan hyunjin kini tersenyum tipis, agak kaget dengan tuturan ryujin yang tiba tiba. laki laki itu berjalan menjauh dari kasur membuat ryujin membuka mata dan melihat sekitar, keningnya mengkerut menatap pintu kamar mandi yang semakin mendekat.
"mau.. kemana?" cicit ryujin takut ketika ganggang pintu kamar mandi kini sudah dipegang hyunjin, yang daritadi masih menggendongnya kini terlihat mengunci kamar mandi itu dan berjalan menjauh kembali kearah sofa.
"pintu kamar mandi sedikit terbuka, akan dingin jika dibiarkan" jawab hyunjin ketika sudah terduduk kembali di sofa, membuat ryujin menghela nafas lega.
"sampai kapan kau akan seperti ini?" tanyanya sambil menatap ryujin yang masih mengalungkan tangannya pada leher hyunjin. yang berada diatasnya kini menatap jengkel hyunjin dan dengan kesal melepaskan tautan tangannya, berusaha melepaskan tangan hyunjin pada pinggangnya lalu turun.
"hey" hyunjin terkekeh geli dengan tangan yang semakin mengerat pada pingang ryujin, tak membiarkan gadisnya kemana mana. "seram sekali perubahan moodmu" ucapnya ketika sekarang ryujin sudah bersender lagi didada hyunjin dengan manja.
"tak usah banyak bicara dan diam saja" pekik ryujin yang sedang mencari posisi nyamannya.
hyunjin akhirnya hanya menghela nafas dan memeluk erat ryujin yang berusaha tertidur, sekali kali menepuk nepuk punggung ryujin agar gadis itu tertidur nyenyak. ketika hembusan nafas halus menerpa dada hyunjin juga detak jantung gadis itu yang terasa normal, hyunjin tersenyumlah lebar. daritadi dia mati matian menyembunyikan rasa senangnya.
laki laki itu menumpukan dagunya dikepala ryujin lalu memejamkan mata.
"aku mencintai kalian, tentu saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
cause its you
Romansa[✔] hwang hyunjin ft shin ryujin awalnya, hwang hyunjin hanya ingin menginginkan kesengsaraan musuhnya saja. namun jika akhirnya ia malah menginginkan kekasih musuhnya, ia bisa apa? (n) mature content ⚠️ completed.